Part 3

9.8K 267 11
                                    

"Fan, Aina adek lo?" Di saat ada kesempatan berdua, Zidan bertanya hal yang sedari tadi dipendamnya. Yang ditanya menatap datar.

"Seinget gue adek lo, Raisa sama Metta, ‘kan?"

Pria berkacamata itu hanya mengangkat alis, lalu melengos pergi.

"Fan!"

Tak digubris teriakan temannya. Tak nyaman membahas apalagi menginformasikan bahwa Aina adalah adiknya.

Setelah puas melepas rindu, kelima sahabat itu kembali berpisah. Lagi, mereka akan larut dengan kesibukan yang menyita hampir seluruh waktu.

"Hadew, dari mana aja sih, Capt? Mentang-mentang di darat, maen mulu!" Bunda langsung memberondong pertanyaan saat putranya baru saja membuka pintu rumah.

"Biasa, Bun. Anak muda!" Pemuda itu mencium pipi bunda tersayang.

"Ish! Bunda kan masih kangen. Baru aja sehari udah ditinggal-tinggal," rajuknya.

"Iya, deh, iya. Maaf," rayunya.

Seperti biasa, hati wanita itu akan lumer kembali kalau sang putra mengeluarkan jurus andalan, rayuan.

"Kita diundang keluarga Herlambang dalam pesta debut putri kelimanya minggu depan. Semua diupayakan hadir, ya." Saat makan malam, Ibrahim, ayah Zidan mengumumkan undangan pesta dari Arman Herlambang.

Mendengar perkataan Ayah, Zidan kaget sekaligus semringah. Kesempatan untuk bertemu gadis berhijab itu terbuka. Walau baru pertama kali bertemu, naluri lelakinya menuntun hati untuk mengenal wanita yang berdaya pikat tinggi.

"Bukannya anak Om Arman cuma empat?" Zahira yang mengenal keluarga itu keheranan dengan keberadaan anak kelima.

"Dari bininya yang laen, kali," tukas Zaky dengan gaya santainya.

"Hush! Sembarangan aja!" Bunda mendelik.

"Lah, mungkin aja, Bun. Laki mah bisa aja. Apalagi Om Arman itu konglo, ganteng pula. Ye gak, Bang?" tambahnya sambil menepuk pundak abangnya.

"Itu, elo kali!" ledek Zahira.

"Jiah, salah alamat lo. Ney cowok tipe setia. Setiap tikungan ada!" Kali ini Zaki merangkul pundak kakaknya. Candaan dokter muda itu disambut tawa semua anggota keluarga. Mereka paham betul kalau Zidan tergolong kolektor wanita.

"Enak aja lo!" Pilot muda itu melepaskan lengan adiknya dan meninju kecil bahu dokter koplak itu.

"Gak semua lelaki kayak gitu. Contohnya Ayah, cuma cinta Bunda seorang," sela Ibrahim. Dipeluknya sang istri yang tengah merona.

"Cieeeeee!" Kompak keempat anaknya menyahut. Ayah makin hot menggoda, sementara wajah Bunda kian memanas saja.

===

"Kak Raisa!" Aina memanggil Raisa yang hendak menaiki tangga. Gadis itu tak memedulikannya, malah mempercepat langkah.

"Papi bilang, hari ini aku harus ke butik."

Raisa membalikkan badan. "Terus?"

"Papi bilang, katanya aku pergi bareng Kak Raisa saja, kan butiknya sama."

"Lo pikir gue kurir!" Dia melotot dan berlalu dari hadapan Aina dengan menghentakkan kaki.

Gadis itu sudah menyangka akan tanggapan kakaknya. Namun, karena Papi yang menyuruh, dia memberanikan diri. Tujuan Papi agar Aina lebih dekat dengan saudaranya.

Pemilik mata bulat itu berlalu sambil menyeka pipi yang sudah basah. Kenapa juga dia bodoh meminta tolong Raisa, tentu saja kakaknya itu akan menolak secara menyakitkan.

CINTA SANG PILOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang