"Gimana dok keadaan anak saya? Apakah sudah ada kemajuan?" Tanya Shalsa
"Untuk saat ini keadaaan anak Samudra sudah membaik, dan besok kemungkinan sudah diperbolehkan untuk pulang. Tetapi perban yang di punggungnya tidak boleh dilepas terlebih dahulu. Kita masih harus menunggu 1-2 bulan ini."
"Oh begitu, terima kasih dokter."
"Sama-sama juga bu. Kalo mau masuk silahkan, saya permisi dulu." Ucap dokter itu seraya berjalan ke ruangan nya
"Bangsat tu motor, kalo kalah ya ngakuin aja, pake nendang motor gue segala lagi. Untung nyawa gue ga ilang." Gumam Samudra mulai pelan saat Shalsa ibunya mulai memasuki ruangan nya.
"Samudra, besok kamu sudah bisa pulang, tapi jangan kecapekan dulu. Kata dokter kamu harus banyak istirahat." Ucap Shalsa dengan senang hati sembari mengelus rambut anaknya itu.
"Besok aku istirahat di rumah, lalu lusa aku harus berangkat ke sekolah. Ada urusan penting yang harus aku selesaikan Bun."
"Tapi kamu belum sepenuhnya pulih Sam. Bunda takut kamu kenapa-kenapa lagi." Gumam Shalsa dengan pelan, tetapi masih bisa didengar Samudra. Nada nya menjadi lirih, dan terisirat raut wajah khawatir.
Bukan Samudra namanya jika ia tidak keras kepala. Bukan Samudra namanya yang menahan rasa sakit untuk memenuhi keinginannya
"Bunda tenang aja, aku bisa kok jaga diri baik-baik. Lagian kan juga aku udah gede." Samudra mencoba menenangkan ibunya dengan senyuman sendu miliknya. Senyuman yang sangat manis dan menambah nilai plus untuk Samudra jika sudah bertingkah begitu.
"Tapi kamu belum kuat nak. Kamu baru saja pulih. Memang segitu sulitnya ya menuruti perintah Bunda?"
"Kita pikirin nanti ya Bun, sekarang kan jam makan siang, Samudra pengen roti keju deh." Ucap Samudra mengalihkan topik. Ia tak ingin melanjutkan acara berdebat dengan Bundanya.
-00-
"Topi udah, bet nama udah, ikat rambut udah, seragam juga udah lengkap, tas juga udah, umm tinggal apa ya?" Gumam Vania ketika membereskan peralatan MOS nya untuk besok.
Untuk saat ini, Vania bersekolah di suatu sekolah favorit di ibu kota. Jangan tanyakan betapa senangnya hati nya. Ini cita-citanya sejak kecil, bahkan sejak kelas 2 SD
"Kaos kaki udah, sepatu udah, ikat pinggang juga udah, umm OH IYA DASI GUE ILANG." Terika Vania panik. Ia kemudian berlari ke arah lemari mencari dasinya yang terhilang. Sampai-sampai ia harus melihat ke kolong tempat tidur untuk menemukan benda pipih itu.
"Aduh mana sih, perasaan gue taroh sini deh biasanya." Ucap Vania seraya menunjuk lemari tempat pakaian, sedangkan tangannya yang satu mengetuk-ngetuk dagunya. Ia kini sangat bingung, karna 2 hari lagi MOS akan dimulai, dan ia belum siap sepenuhnya.
"Ahh, bodo amat lah, besok juga masih ada waktu." Vania kini menyerah. Merasa tidak peduli dengan semuanya. Ia kini terasa sangat lelah, mencari dasi di seluruh sudut kamarnya. Alhasil bajunya bermandikan peluh yang tidak sedikit.
"VANIA. MAU MAKAN GA LO? ATAU MAU JADI MAYAT HIDUP DI SONO?" Teriak Kelvin dari bawah.
Kelvin merupakan kakak laki-laki dari Vania. Cukup tampan jika dilihat dari dekat, dengan alis yang tebal dan rambut yang selalu mengkilap dengan pomade serta sisiran yang selalu kebelakang. Kini ia kuliah di Bandung di sebuah universitas ternama di sana.
"Iya toa masjid. Bentar." Balas Vania seperti biasa.
Vania kemudian turun ke bawah, dengan celana pendek dan kaos hitam yang melekat di tubuhnya.
"Halo mah, pah." Sapa Vania setelah sampai di ruang makan.
"Mama sama papa doang nih yang di sapa? Gue nya enggak?" Tanya Kelvin menggoda
"Dan Bang kelvin, HALO." Ucap Vania setengah berteriak, lalu memutar bola matanya malas.
Fiian dan Novi selaku orang tuanya Vania dan Kelvin hanya menggelengkan kepala seraya tersenyum melihat tingkah anak-anak mereka.
Sudah menjadi tradisi keluarga Bharmantyo untuk melakukan makan malam. Menurut mereka makan malam merupakan acara yang dapat mempererat hubungan keluarga. Mereka dapat melepas penat walau hanya sesaat saat sudah begini.
"Gimana urusan sekolah kamu? Beres atau ada kendala?" Tanya Fiian, selaku papa Vania
"Tinggal dasi sama buku aja yang belum beres. Kalau yang lainnya sih udah." Jawab Vania sembari mengambil ayam goreng yang tersaji hangat.
"Itu tuh dasi kamu masih di jemuran. Tadi baru di cuci sama bi Yanti." Tambah Novi, mama nya Vania.
"WHAT!?!?!." Ucap Vania berteriak
"Dari tadi aku nyari dasi sampe nyungsep ke kolong tempat tidur taunya di jemuran. Hedehh.""Makanya jangan ceroboh lo." Tambah Kelvin menasehati
"Diem ae lu mah, sok-sok nasihati." Ujar Vania tak mau kalah
"Dih gue lebih tua juga. Udah pantes lah nasihatin lu."
"Heleh, lu juga ga ngaca! Waktu itu kaos kaki lu aja ilang, taunya ada di tas lu."
"Kan dulu, waktu gue masi imut-imut." Tambah Kelvin seraya membuat-buat wajahnya.
Vania yang melihat itu hanya membuat muka mual, seraya mengambil gelas yang berisa air dan meneguknya.
"Sudah-sudah! Kalian ini berdebat saja. Sudah dewasa juga. Harusnya semakin dewasa, semakin nambah juga yang baiknya." Ucap Fiian menengahi.
"Ya pah." Vania dan Kelvin hanya menjawab berbarengan dengan muka yang melas dibuat-buat.
"Sekarang Kelvin periksa semua pintu dan gerbang, dan Vania kamu jangan tidur kemaleman." Perintah Fiian
"Ya pah." Ucap Vania. Dan kini Kelvin tidak ikut menjawab
Dan sekarang ruang makan keluarga Bharmantyo hanya di penuhi oleh dentingan sendok dan garpu. Sesekali diiringi tawa yang harmonis dari keluarga tersebut
-00-
Samudra kini tengah menatap langit yang berbaur dengan gelap, tanpa bintang
Ia kini duduk sambil memegang tongkat putih dari rumah sakit, dan punggungnya yang masih diperban. Jika bisa dikatakan, ia mengalami retak tulang belakang, tetapi untung nya tidak parah
Didalam keheningan ini, benar-benar ingin mengutarakan isi hatinya
"Gue rindu. Tapi kenapa lu kayak gini sih!?! Sampai kapan?!?!" Gumamnya dalam hati sambil mengacak rambutnya.
-00-
Di kamarnya yang bermotif khas anak cewek, Vania hanya bisa membayangkan masa-masa SMA nya yang indah.
Ia kembali melihat langit-langit kamarnya
"Semoga aja gue ketemu orang baik-baik di SMA. AMINN." Ucap Vania dalam hati. Ia sangat senang saat ini
Good night
Tinggalkan jejak :))))
KAMU SEDANG MEMBACA
SAMUDRA
Teen Fiction#11 in berandalan (15-04-2019) *SAMUDRA ADIJAYA VERNANDO Muka yang tampan, serta hidung yang mancung dan rahang yang tegas tampak menghiasi wajahnya. Ditambah pesona dada bidangnya kokoh dan lebar membuat kaum hawa tergiur-giur. Namun siapa sangka...