3

597 29 2
                                    

2 hari telah berlalu

"Woy bangun lu! Mau jadi mayat?" Tanya Kelvin berteriak di depan kamar Vania. Ia sangat yakin bahwa Vania masih tertidur lelap, setelah semalam mengerjakan tugas MOS sampai sekitar pukul 1 malam

"Woy bangun! Gue tinggalin mampus lu!" Teriak Kelvin kini. Ia menjadi tidak sabar untuk kali ini. Tetapi, Vania masih saja terlelap dalam tidurnya

"Apa gue tinggalin aja kali ya? Kan biar sekali-kali ngerasain tuh anak naik angkotan umum." Pikir Kelvin dalam hati. Ia masih tidak habis pikir dengan kelakuan Vania saat ini.

"Agh! Bodo amat! Keputusan gue udah bulat. Tinggal aja deh. Daripada nanti gue juga batal acara kumpul ama temen."

"Okey! Bye Vania! Gue tinggal ya." Ucap Kelvin didepan pintu kamar Vania. Tak lupa ia melambaikan tangan seakan-akan ingin berpisah menjauh. Bagi orang yang memandangi hal itu, akan tertawa sebab Kelvin terlihat seperti orang bodoh.

Cowok itu lalu berlari kecil menuruni tangga, dan menyambar kunci mobil yang terletak pada tempatnya, dan langsung keluar menuju pintu utama rumah. Memang rumah besar ini memiliki beberapa pintu cadangan, yang digunakan untuk berbagai kepentingan darurat, misalnya jika ada terjadi kebakaran atau sebagainya.

PUKUL 06.30.
Seorang cewe tetap saja bermalas-malasan di tempat tidurnya, mengingat kemaren ia tidur subuh. Kepalanya sangat berat sekarang, hingga jam beker yang berbunyi, ralat maksudnya sedari tadi berbunyi tidak dihiraukannya.

Ia kembali mengambil selimut dan melipat wajahnya ke bantal pink bermotif bunga-bunga tersebut. Kamarnya yang bernuansa putih seaakan memaksanya untuk tidur lagi. Seketika semua ingatannya tentang MOS hampir buyar, jikalau tidak ada yang menelponnya pagi ini.

"Woy! GUE DI DEPAN DARI TADI!" Ucap seseorang dari sebrang sana. Dari nadanya terlihat sangat tidak bersahabat. Mungkin sedang kesal, atau entahlah.

"APA!?! KURANG SEPULUH MENIT?!?!" Ucap Vania membalas sahutan ponsel dari sebrang.

Dengan gerakan secepat kilat, Vania segera menyambar handuknya dan berlari ke kamar mandi. Melakukan ritual yang seharusnya dilakukan pada pukul 05.00 tadi pagi.

-00-

"Samudra, kamu makan dulu ya sayang. Kamu kan baru sembuh. Atau mama bawain bekal ini?" Tawar Shalsa

Tetapi anak satu-satunya itu tetap pada pendiriannya. Ia tidak mau merepotkan bundanya. Dengan berbagai cara ia sudah menolak halus, tetapi keadaan tetap sama. Shalsa tetap memaksa.

"Samudra kan udah sehat bun. Ini aja udah kuat. Jadi gaperlu makan lagi." Ucap Samudra sembari memamerkan otot tubuhnya.

Selain memiliki otak yang cemerlang, Samudra juga memiliki badan yang sangat atletis. Lengan yang besar, dan dada yang bidang serta kokoh, ditambah mata nya yang hijau. Matanya diperoleh dari ayahnya yang juga merupakan gen blesteran, Indo-Amerika.

"Nak, sekali ini saja. Dengarkan bunda. Bunda ingin yang terbaik untuk kamu. Tolong nak, kamu harapan Bunda setelah ayahmu." Ucap Shalsa dengan benar-benar khawatir.

Samudra yang melihat hal itu tidak bisa menolak perkataan bundanya. Apalagi Bundanya merupakan orang yang paling Samudra sayang di dunia ini. Bukan dengan embel-embel ayah atau kakaknya.

"Yaudah. Samudra ngalah deh. Tapi Samudra mau bekalnya kayak biasa ya, roti keju 3 kasih saus, dan tambahin sosis."

"Oh, gitu. Sekarang Samudra tunggu di sini aja. 5 menit jadi kok." Ucap Shalsa sembari mengacak-acak rambut Samudra layaknya seorang ayah kepada anaknya.

SAMUDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang