Samudra memilih mengalah saat orang itu kembali. Itu pun karna permintaan Shalsa. Iya tidak mau Samudra kembali terbaring di rumah sakit. Mungkin, jika tidak di lerai Samudra akan menghabisi orang itu, terlebih egonya yang sangat tinggi. Kini Samudra hanya bisa diam dan membisu di dalam Lamborghini putih mewah miliknya. Pikirannya melayang ke beberapa tahun silam, saat orang itu memilih tidak bertanggung jawab terhadap perilakunya. Samudra kembali emosi memikirikan nasib Ibunya yang bersusah payah harus bekerja. Memang saat awal-awal sangat sulit, hingga Shalsa memiliki 500 cabang butik miliknya di seluruh Indonesia, bahkan ada 10 cabang di Amerika.
Kembali mata Samudra menghadap jalanan yang terlihat macet, karna ini jam pagi yang seharusnya manusia menunaikan tugas-tugasnya. Ia kini membuka lebar kaca jendelanya, supaya pikirannya kembali segar dan fresh saat mengikuti pelajaran nanti.
Saat ini lampu jalanan yang harus di taati seluruh pengguna jalan berwarna merah. Itu berarti sudah sekitar 10 menit ia terjebak di jalanan seperti ini. Kali ini Samudra berharap agar dapat lepas dari jeratan tiang kuning tersebut, karna mobilnya ada di barisan paling depan dari mobil-mobil lain. Sembari menunggu lampu yang menyala hijau, ia menoleh ke kanan, melewati jendela kaca yang ia buka lebar-lebar. Ia mengernyit heran kala mendapati 2 orang perempuan yang menatapnya sambil tersenyum kagum. Dan lagi ia tidak habis pikir, bahwa sudah 10 detik mereka memandagi Samudra.
Tiang kuning itu kembali menunjukkan angka cantik yang ditunggu banyak orang. Memilih mengabaikan, Samudra kembali memajukan mobilnya dengan suara mobil yang sangat khas sekali, senada dengan mobil sport berharga tinggi.
Kini ia memilih tidak memikirkan 2 perempuan tadi. Tapi Samudra dibuat cukup bingung dengan seragam mereka yang sama dengan seragam yang Samudra kenakan. Cukup lama ia memikirkan hal-hal itu, di dalam mobilnya yang meniupkan AC sangat kencang. Hingga dering HP nya mengacaukan semuanya.
"Pesan dari sapa nih?" Tanya Samudra dalam hati sambil membuka lockscreen HP nya.
-00-
"Gue sumpahin ya tuh cowo, gabakal punya pacar sampe kapan juga!" Ujar Vania dalam mobil Rara. Dari nadanya terlihat ia sangat kesal.
"Coba lu pikirin dah, kalo orang di senyumin ya harusnya balik senyum lah." Tegas Vania.
"Ish, itu tadi cowo apa bukan sih. Sok-sokan masang tampang cool banget. Padahal baru aja di dalam mobil gitu doang." Vania kembali menggerutu
Bayangkan saja, ia tersenyum kepada orang yang tidak ia kenal, dan orang itu memilih mengabaikan. Mungkin Vania merasa malu saat ini.
"Yaelah, gitu doang marah." Ucap Rara membuka suara nya. Tepat sekali, sedari tadi ia diam karna tidak mau menyahut Vania yang sedang terselut emosi. Ia tahu betul jika sudah Vania marah, maka akan terjadi perang dunia ke 3. Barulah saat ini yang sudah agak tenang, ia kembali berbicara sambil mengutarakan pikirannya.
"GITU DOANG MAKSUD LO!?!? LO GA NGEBAYANGIN URAT MALU GUE ILANG!?!? Vania kembali mengeluarkan amukannya.
"Lha gue juga. Tapi gue biasa aja, ga terlalu marah kayak lu gitu."
"Gapunya malu mungkin lu. Urat malu putus." Vania menegaskan suaranya sembari membuat nada yang mengejek. Tak lupa ia terkekeh pelan saat berucap seperti itu.
"BANGKE KUCING LO!"
"Ehh tapi Ra, lu ngerasa dia aneh ga sih?" Tanya Vania
"Ga."
"Rara serius."
"Hm."
KAMU SEDANG MEMBACA
SAMUDRA
Teen Fiction#11 in berandalan (15-04-2019) *SAMUDRA ADIJAYA VERNANDO Muka yang tampan, serta hidung yang mancung dan rahang yang tegas tampak menghiasi wajahnya. Ditambah pesona dada bidangnya kokoh dan lebar membuat kaum hawa tergiur-giur. Namun siapa sangka...