9

612 16 9
                                    

"Gue gak mau tau, sekarang juga lu harus bisa buat Samudra kehilangan cewe itu!" Ucap seorang cowok dari dalam ruangan.

"Hati lu itu dari apa si bang? Lu itu egois banget. Lu udah ngehancurin hidupnya Samudra sampe dia kayak gini. Kali ini, gue gamau gabung sama lu. Maaf."

"Dasar perempuan brengsek!" Ucap cowok tersebut sambil menampar pipi adiknya. Kemudian tangan kananya mencekik leher adiknya. Tangis tak terhindarkan dari mulut perempuan tersebut. Sudut bibirnya yang berdarah nampak jelas saat ini.

"Gue peringatin sekali lagi, bikin dia mati!" Teriak cowok tersebut hingga seluruh rumah bergema. Tak lupa kuku nya yang tajam ikut menembus kulit leher adiknya.

Kemudian perlahan tangan cowok tersebut mulai melemah. Hal ini tidak di sia-sia kan oleh perempuan itu. Ia menendang tulang kering musuh dihadapannya, dan berlari sekuat tenang. Melihat saudaranya yang ikut berlari mengejar, tanpa sadar ia melempar vas bunga hingga mengenai tangan dari seorang pembunuh tersebut.

Dasar psikopat!

-00-

Suara khas mobil balap memasuki pekarangan rumah mewah tersebut. Kali ini rumah tersebut benar-benar sepi, hingga cowok tersebut harus memutar otak beberapa kali.

"Perempuan menyebalkan!" Ucap Samudra dalam hati, sambil membuka pintu kemudinya, dan kemudian menggendong Vania. Ia berjalan menuju pintu utama rumah tersebut dan mendorong nya, lalu berjalan menaiki tangga untuk mencari kamar milik nya.

Setelah disadari cukup untuk memberikan tempat yang nyaman, Samudra meletakkan dengan perlahan tubuh Vania. Dan sedetik kemudian ia baru sadar kalau pembantunya sedang pergi bersama sopirnya.

"Ah! Harusnya gausah gue ikutin ni cewek. Mana gaada orang lagi dirumah. Ck! Tapi kalau diliat liat, nih orang sakit magg deh." Ucap Samudra dalam hati, mencoba menebak kesehatan Vania.

"Woy cewek yang entah gatau nama lu siapa, gue kedapur bentar buatin bubur. Lu jangan macam-macam di kamar gue, atau bongkarin boxer gue. Gue sate juga lama-lama." Ujar Samudra sambil tangannya menunjuk Vania yang tertidur pulas di kasur king size miliknya.

"Lucu juga tuh cewek." Ucap Samudra sambil keluar dari kamarnya.

10 menit berlalu

"Woy! Bangun makan." Ketus Samudra dingin.

"Bangun woy!"

"Bangun!"

"Bangun mayat!" Teriak Samudra sambil menggoncang dengan kencang tubuh gadis di depannya.

"Ahhhh! Siapa lu? Brengsek juga ya lama-lama. Mau ngapain lu di kamar gue?" Teriak Vania, sambil mengambil selimut menutupi wajahnya.

Enak aja nih cewek. Udah di tolongin, ngaku-ngaku ini kamarnya lagi." Samudra memejamkan matanya sejenak.

"Makan." Ucap Samudra dingin.

"Gamau."

"Makan, atau gue bunuh lu di sini." Nada Samudra menjadi lebih pelan. Vania menjadi takut mendengar penuturan cowok di depannya. Apalagi rumor yang beredar bahwa laki-laki ini adalah ketua geng besar.

"I-iya. G-gue makan." Ucap Vania gagap.

Dengan lahap Vania menghabiskan makanan di hadapannya. Ternyata di luar dugaannya, makanan ini sangat enak. Tetapi, Vania terlalu malu untuk meminta porsi lebih kepada Samudra.

SAMUDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang