5

406 18 2
                                    

"Cepet banget perginya. Gue yang kelamaan, atau dia yang kecepetan ya?" Tanya Vania dalam hati. Memilih mengabaikan, Vania kemudian memilih berlari ke lapangan berdasarkan denah SMP Semesta di telfon pintarnya.

Tak sadar berlari sambil merogoh tas, ia menabrak sesuatu yang sangat tinggi.

"LU?!?!"

Kini, Vania terkapar dibelakang cowo tersebut. Ia benar-benar tidak menyangka bahwa kejadiannya akan seperti ini. Seingat pikirannya, tidak ada orang di jalan ini. Tetapi, mengapa tiba-tiba seperti ini? Sungguh Vania malu saat sekarang. Kembali di keluarkannya makian andalan milik mulutnya yang siap mengaum.

"WOY! KALO JALAN PAKE MATA!"

"LU GA LIAT APA? INI JALAN UNTUK DILEWATIN, BUKAN DIHADANGIN."

"WOY! LU BISU?"

"OHH, APA JANGAN-JANGAN MULUT SAMA MATA LU DI DENGKUL, MAKANYA GABISA NGOMONG?"

"SINI ADU BACOT SAMA GUE! GUE GATAKUT!"

Tetapi cowo yang di hadapan Vania hanya berdiam diri, seraya menatap Vania datar. Ia benar-benar bingung, pasalnya Vania yang menabrak dirinya, mengapa iya yang terkena hujatan? Cowo itu mencoba menerka bahwa cewe di depannya ini agak idiot mungkin.

"WOY! NAPA LU DIEM? OHH, GUE TAU! LU DIEM KARNA SALAH KAN? NGAKU LU!"

"Cewe bodoh lu!" Ucapan Samudra kali ini benar-benar merasuk dalam hati Vania. Walaupun hanya bergumam, tetapi Vania dapat mendengar dengan jelas ucapan laki-laki tampan tersebut.

Setelah mengucapkan kata itu, Samudra memilih pergi tanpa mengajak berbicara lawan jenisnya tersebut. Ia terlalu malas untuk menanggapi urusan yang bahkan tidak penting baginya.

"ITU ADEK YANG LAGI TIDURAN, DIHARAPKAN KEMBALI KELAPANGAN UNTUK MENGIKUTI MOS HARI INI." Ucapan seseorang dari lapangan tersebut benar-benar membuat Vania malu. Belum lagi dirinya yang dikatain 'tiduran' sangat membuatnya tidak sabar. Dengan setengah berlari, ia menuju lapangan.

"Jadi acara kali ini adalah pengenalan lingkungan sekolah. Nah dari sini diharapkan kalian dapat mengenal sendiri lingkungan sekolah lewat misi-misi yang pihak OSIS berikan kepada kalian." Ucap seseorang di depan mig, layaknya pemandu acara. Melihat perkiraan yang ada, Vania berkesimpulan bahwa yang berbicara di depan adalah sekretaris OSIS.

"Tetapi sebelum kalian bertugas, mari kita dengarkan dan saksikan sambutan ketua OSIS. Dipersilahkan Angkasa Gustavo Vernando untuk maju ke atas mimbar."

Tanpa di duga-duga, muncul seorang berwajah tampan dengan rambut berponi serta dasi yang sedikit dilonggarkan. Matanya yang sayu berwarna coklat hazel mampu merayu kaum hawa. Tak sedikit siswi yang memanggil namanya. Berbagai sorakan berusaha memikat perhatian Angkasa, namun cowo tinggi tersebut memilih mengabaikan, sembari tersenyum terhadap peserta didik baru.

"OMG, INI MAH SEBELAS DUA BELAS SAMA YANG TADI." Teriak Vania dalam hati

Setelah memposisikan diri di mimbar, Angkasa mulai berbicara mengenai sambutan nya.

"Perkenalkan nama saya Angkasa Gustavo Vernando. Kalo kalian pengen ya panggil aja Angkasa ato Gustavo. Bebas kok." Ucap Angkasa diakhiri senyum manis di sudut bibirnya. Banyak siswi-siswi yang riuh menyambut dirinya.

'aduh ganteng banget sih kak.'

'udah ganteng, humoris lagi. Lengkap deh pokoknya.'

'aduh matanya manteb banget si kak. Sifatnya itu loh ramah.'

'minta line nya dong kak.'

'aduh, matanya teduh deh'

Kira-kira begitulah yang tertangkap indra pendengaran Vania saat ini. Tetapi dirinya hanya biasa saja terhadap Angkasa, tidak terlalu melebih-lebihkan.

"Ehem-ehem." Deheman dari Angkasa membuat seluruh siswa diam. Keadaan seperti inilah yang diinginkan Angkasa untuk mengutarakan maksud dirinya di sini.

"Jadi, untuk pengenalan lingkungan sekolah, kalian mendapatkan tugas untuk meminta tanda tangan kakak kelas, minimal 10." Ucap Angkasa diakhiri dengan muka datar.

"Kakak kelas bisa berupa kelas 11 atau juga 12."

"Berhubung di sini kakak kelasnya banyak, kalian hanya boleh mencari kakak kelas yang namanya terdapat huruf A saja." Tambah Angkasa kemudian.

"Ada pertanyaan?"

Seorang murid tampak mengacungkan jarinya. Seketika semua orang melihat ke arahnya, beserta guru-guru yang ikut mendampingi. Melihat hal tersebut, Vania pun ikut menoleh. Matanya menangkap sebuah wajah yang tidak asing baginya.

"ASTAGA RARA!?!"

"Yah, pertanyaan nya apa?" Tanya Angkasa sedetik kemudian.

"Kan katanya kak Angkasa kalo kakak kelasnya harus yang ada huruf A nya, berarti saya minta tanda tangan kakak boleh dong?" Tanta cewe tersebut.

Sejurus kemudian, Angkasa melihat sekretaris OSIS nya, untuk meminta jawaban. Melalui kode mata, akhirnya Angkasa angat bicara.

"Mohon maaf, peserta didik baru tidak diperbolehkan untuk meminta tanda tangan OSIS." Tegas Angkasa

Terlihat beberapa orang murid memasang tampang kecewa. Padahal mungkin mereka akan merencanakan meminta tanda tangan Angkasa secara berjamaah. Namun hal tersebut diurungkan, setelah mendengar perintah ketua OSIS SMA semesta tersebut.

Vania yang mendengarnya hanya mendengus sebal.

"Kurang kerjaan banget sih." Ucap Vania dalam hatinya.

Dan dimulailah saat ini, kejadian dimana Vania berkeliling sekolah barunya untuk menyelesaikan tugas kuker dari petugas OSIS.










Sorry pendek:(

Ditunggu votement nya ya readers, biar aku semangat buat bikin ceritanya

SAMUDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang