Tontonan Itu Tuntunan

33 7 4
                                    

....bener enggak?

Tentu aja, karena orang-orang berbuat sesuai sama apa yang mereka lihat. Tergantung kita sendiri bagaimana memilah dan memilih tontonan.

Sekarang, perfilman di Indonesia udah sangat beragam. Edukasi, agama, komedi, berita, gosip, talk show, dan sebagainya, dan sebagainya.

Malah, dari yang aku tahu, kebanyakan tontonan pada masa sekarang itu makin lama makin ... aneh gitu enggak, sih?

STOOOP!! JANGAN JUDGE DULU, oke.

Mari kita bahas baik-baik, supaya enggak menimbulkan perdebatan. Karena, isi kepala orang BEDA-BEDA, dan aku enggak mungkin memaksakan untuk SAMA.

Balik lagi ke awal, sesuai di deskripsi, ini semua cuma uneg-uneg ku. Pendapatku.

Kalian juga sadar, kan, film atau sinetron bertema cinta-cintaan ala remaja itu banyak banget. Hehe, jujur aku kurang suka nonton yang begituan.

Televisi itu mudah diakses dan nontonnya gratis (oke, listriknya emang nggak gratis). Tapi, tayangan di tv bisa dengan mudah ditonton siapa aja, anak-anak, remaja, dewasa, tua, dan lain-lain. Ada tontonan yang mendidik dan ada yang enggak.

Kalo komedi sih menurutku emang kurang mendidik, tapi, kan ya sebagai manusia, kita butuh hiburan, kan?

Masalahnya itu, lho, kalo tontonan yang enggak mendidik sampai ditonton anak di bawah umur. Bahaya, tuh. Sebenarnya, mau dibawah umur atau enggak, kalau kitanya enggak bisa dengan bijak menyikapi sebuah tontonan, itu bakalan berdampak pada kita. Ke otak, pola pikir, dan gaya hidup.

Contoh nyata.

Sepupu aku (yang masih anak-anak) suka nonton sinetron cinta-cintaan. Karena udah biasa nonton begitu, dianya jadi kayak baperan gitu ... dan mulai ngeh dengan hal-hal yang berbau suka sama lawan jenis. Padahal dia masih SD. Kelas berapa ya ... tiga kalo enggak salah. Dan dia juga suka nyanyi lagu-lagu cinta. Duh....

Yang aku takutin, kalo dia misalnya udah berani pacar-pacaran KW gitu ya, duh, bahaya. Ancur dong. Semoga sih enggak. Kadang aku tegur dia, tapi mungkin karena udah kebiasaan suka nonton sinetron, channel nya dia ganti lagi. Dan saat itu juga aku kabur (karena males ikut nonton). Jahatnya Yuki. :"(

Enggak cuman cinta-cintaan, tapi adegan kekerasan gitu. Dikit dikit main fisik. Hajar sana, hajar sini. Masalah cewek, berantem. Hei, kamu yang ada di tv, emang hidup selalu soal asmara? Enggak, kan?

Untung aku cuma mbatin, aja, enggak ngomong ke tv nya beneran.

Iya, sih, industri perfilman juga pengen untung. Tapi, kan, ya, harusnya nyiptain suatu tontonan yang bermanfaat bagi masyarakat. Bukan malah merusak moral masyarakat. Kan bisa sama-sama untung, tuh. Enggak ada pihak yang dirugikan.

Sebenernya enggak cuman itu aja, sih, masih banyak hal aneh yang lain seputar tontonan (yang membuat aku mengernyit dan membatin, nih maksudnya apa?). Tapi, aku enggak bakal bahas itu semua. Takutnya enggak kelar.

Nah, kita alangkah baiknya kurang-kurangin nonton yang enggak terlalu mendidik. Jadiin selingan aja, jangan terlalu banyak. Dan kalo bisa, tegur orang-orang di sekitarmu supaya menonton yang mendidik, apalagi kalau anak kecil, yang belum bisa memilah dan memilih.

Kalo aku sendiri sih emang belum terlalu bisa memilah dan memilih tontonan di tv, karena emang aslinya aku jarang nonton tv. Tapi setidaknya aku menghindari sinetron-sinetron.
Aku sukanya yang fantasi-fantasi sama Sci-fi gitu. Kalo lagi tayang di tv dan keliatannya bagus, ya aku tonton.

Itu semua tergantung selera kita masing-masing. Dan tergantung cara kita menyikapi.

Aku enggak menyalahkan kalian yang suka nonton sinetron soal kisah remaja, gitu, asalkan bisa menyikapinya dengan bijak. Itu semua hak kalian.

Ya itu, aku khawatirnya kalau yang semacam itu ditonton anak-anak. Soalnya, tv bisa diakses siapa aja dengan mudah, dan orang tua juga enggak selalu sempet ngawasin anak-anaknya.

Lebih baik mencegah daripada mengobati.

Mari kita bijak dalam memilah dan memilih tontonan, supaya bisa menjadi tuntunan yang baik dan mendidik.

:D

Cuap-Cuap Soal NegeriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang