Assalamu'alaikum!!
Apa kabar semua XD
Bagi yang berpuasa, masih semangat kan ibadahnya? Ramadhan bentar lagi pamit lho..T_TOh well, masih ada kah yang menyimpan buku ini di library? Maaf banget udah lama nggak update padahal banyaaak banget kan hal-hal yang perlu dibahas. :(
So, let's get started!
-------Sesuai judulnya, kalian pasti tahu aku akan bahas apa kali ini. Dan yap! Covid-19.
To be honest, miris banget saat melihat berita-berita yang menampilkan pelanggaran PSBB. Mulai dari membagikan bantuan sosial, mall dibuka, dan mudik.
Di tengah pandemi covid-19 kayak gini, ekonomi di Indonesia semakin menurun karena yah...ada pembatasan dalam pekerjaan, terutama pelarangan jual beli secara langsung karena dapat menjadi tempat berkumpulnya massa. Dan akibat berkumpulnya massa, pasti sangat mungkin terjadi kontak fisik atau yang lain.
Maka dari itu, pemerintah mengimbau kepada masyarakat untuk tetap beraktivitas di rumah dan menutup toko-toko dan mall untuk mencegah penyebaran virus corona.
Soal pemberian bantuan dana yang melanggar PSBB, aku amat sangat kesal. Melihat masyarakat bergerombol dan desak-desakan seperti itu jujur membuat mulutku sontak mencibir.
Atau soal berita tentang mall yang ditutup secara paksa karena melanggar aturan, terlebih banyak pengunjung yang datang, lantas membuatku geleng-geleng kepala.
Well, walaupun aku hanyalah seorang pelajar, aku tahu kalau perekonomian Indonesia melemah untuk saat ini dan orang-orang harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Tapiiii, ini bukan hanya menyangkut kehidupan pribadi, tetapi menyangkut hidup orang banyak. Kita harus berpikir ke depan; berpikir maju. Ini tentang kesehatan kita dan kesehatan orang lain. Kita nggak boleh egois karena yang merasa 'terkurung' bukan hanya diri sendiri, namun orang lain juga. We know it so much.
Mungkin bagi orang yang extrovert dan suka mengeksplor diri di luar ruangan merasakan betapa menyiksanya berada di rumah aja. Tapi untuk orang yang memang kesehariannya hanya di rumah dan nggak suka keluar rumah seperti halnya diriku, mungkin merasa biasa saja dengan adanya lockdown.
Walaupun aku adalah orang yang sukanya di rumah aja, tapi di sisi lain aku sangat merindukan lingkungan sekolah dan bertemu teman-teman, apalagi tugas yang bagai tiada akhir ini terasa sangat memberatkan. Berbeda sekali dengan tugas biasa yang diberikan sewaktu di kelas.
Awal-awal penerapan lockdown, jujur aku merasa bosan banget dan pengin sekolah. Apalagi tugas-tugas yang berdatangan terus itu bikin aku pengin nangis tiap hari. Iya, anggap lebay tapi nyatanya memang begitu.
Tapi, aku berpikir kalau ini semua demi kebaikan kita. Dan lambat laun, tugas-tugas itu pasti terlewati dan sekarang banyak waktu senggang. Maka dari itu aku kembali ke dunia oranye ini dan menulis ini.
Badai pasti berlalu, tinggal kita yang ingin melaluinya atau enggak.
Pada akhirnya, di rumah aja nggak seburuk yang kita kira saat kita sudah berhasil melaluinya.
Masih banyak masyarakat yang nggak taat aturan pemerintah dan sesukanya sendiri. Mengatur satu orang aja nggak mudah, apalagi ratusan juta orang. Ditambah kalau orang itu suka seenaknya.
Suka heran sama orang yang kalau ada masalah menyalahkan pemerintah, tetapi giliran diberi aturan demi kebaikan nggak nurut. Maunya apa?
Sebagus apapun program pemerintah untuk memajukan negeri ini, nggak ada hasilnya kalau nggak didukung oleh rakyat.
Padahal, semua ini juga untuk rakyat, jadi apa salahnya taat aturan?
Kita tahu persis kalau angka kematian dan jumlah orang yang positif terkena covid-19 terus bertambah, tetapi kenapa malah semena-mena?
Sudah kubilang di awal, kita nggak boleh egois. Pasien di rumah sakit bertambah, itu berarti pekerjaan tim medis meningkat. Bayangkan betapa lelahnya mereka bekerja 24 jam, nggak bisa pulang ke rumah padahal sangat ingin. Ayo kita bantu mereka, bisa dengan berdoa dan memberi bantuan dana, terutama untuk tetap di rumah aja.
Kita ingin cepat-cepat beraktivitas di luar rumah, tim medis ingin pulang ke rumah, kita semua ingin pandemi ini segera berakhir. Maka dari itu, mari taat aturan pemerintah dan jaga diri sebaik mungkin.
Jangan sampai kita memberatkan orang lain. Jangan sampai tim medis yang berperan penting dalam kesembuhan dan kesehatan pasien benar-benar abai karena kita berlaku seenaknya, nggak cuma abai lewat tulisan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cuap-Cuap Soal Negeri
Acak[Random Book] Berisi uneg-uneg di kepalaku yang tak bisa aku ungkapkan secara lisan.