Wish Three

2.8K 463 193
                                    

.

.

.

Kyungsoo yang masih membeku didekapan Chanyeol, merasa kenyaman menjalar di sekujur tubuhnya. Penolakan, hanya ada dalam benaknya, namun nalurinya membawanya pada kungkungan yang memanjakan hasrat terpendamnya.

Hingga sebuah dehaman menyadarkan wanita bermata bulat itu. "Kukira kau sungguh menikmatinya, sayang? " Chanyeol menggoda dengan suara seraknya yang dalam.

"Dasar bajingan! " pukulan mendarat di dada Chanyeol, sebagai hukuman atas kelancangannya. Kyungsoo adalah pegawai pemerintahan, pantaskan Chanyeol memperlakukannya sedemikian rendahnya?

Tapi Kyungsoo hanya orang pemerintahan ketika ia bekerja. Namun kini, walaupun demi pekerjaan, tapi malam ini sudah termasuk dalam urusan pribadi. Dan, di apartemen ini dia bukan lagi seorang pegawai pemerintahan, melainkan seorang tamu yang berkunjung ke rumah orang. Terlebih lagi orang ini, adalah pria yang paling berpengaruh di Korea. Dan juga di hatinya.

"Kenapa bibir manis itu hanya kau gunakan untuk mengumpat, hmn? " ujarnya dengan menggenggam kepalan tangan Kyungsoo di depan dadanya.

"Lapaskan! " hardiknya keras. "Karena kau pantas untuk itu" lanjutnya tanpa perasaan.

Chanyeol masih saja dapat tersenyum, dikala kata-kata Kyungsoo sudah terlampau pedas.

"Kukira kau kesini untuk membujukku? " kerlingan mata Chanyeol membuat Kyungsoo semakin membara, seakan panas menjalar lagi di kedua sudut pipinya.

"Tidak jadi! Lebih baik aku pulang saja, daripada menuruti syarat anehmu itu! " desisnya pedas, lalu berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Chanyeol.

"Bukankah aku belum bilang syaratnya," katanya tanpa malu.

"Tidak usah kau ucapkan, pasti syaratmu sangat aneh! " ucap Kyungsoo penuh keyakinan. Seorang Park Chanyeol, pasti memiliki tawaran yang dapat menguntungkan dirinya sendiri. Persis seperti dia tujuh tahun yang lalu.

"Darimana kau tau? Aku hanya ingin kau untuk memasak makan malam, karena aku belum makan! " tandasnya lalu menyungingkan senyuman manis penuh godaan ke arah Kyungsoo, yang sedang menahan malu, karena salah sangka.

Kyungsoo seakan dikuliti hingga bagian terdalam. Dia merasa malu dengan prasangkanya yang berlebihan. Mengingat pria yang berhadapan dengannya adalah pria yang memiliki tingkat libido tinggi.

Kyungsoo berdeham, "Hmn,, hanya itu?" tanyanya sayup-sayup, dengan mata yang tak hentinya menutup dan memejam cepat.

"Ya hanya itu. Dan kabar lebih gembiranya lagi, aku akan membantumu!" mata Chanyeol berbinar cerah, dengan cepatnya ia menarik Kyungsoo, lalu menuntunnya untuk memasuki dapur, yang terletak tak jauh dari ruang tamu apartemen itu.

Chanyeol berjalan sedikit menjauh dari Kyungsoo, lalu meraih dua celemek yang tersimpan di salah satu laci disana. Dengan cekatan ia memasangkan celemek itu pada tubuh mungil Kyungsoo. Melilitkann talinya mengitari pingang langsing wanita itu. Entah apa yang menyebabkan Kyungsoo membeku di tempatnya. Dia seperti terkena bius. Tak ada penolakan atas sentuhan yang di berikan Chanyeol. Dia yang membeku hanya dengan menerima perlakuan hangat, yang tak dipungkiri lagi, membuat hatinya kembali nyaman.

"Kau mau makan apa? " ketusnya, berusaha membangun benteng, yang tadinya sempat melemah. Kembali ia menyakini jika Chanyeol adalah orang yang harus dihindarinya. Walaupun tidak bisa menghindari sepenuhnya, setidaknya harus ada batasan di antara mereka.

"Aku mau makan, pasta. " ucapnya manja, layaknya sedang meminta susu pada ibunya.

Kyungsoo tak menjawab, lalu segera ia menuangkan air ke panci, yang tadinya ia raih dari salah satu laci terbawah dapur itu. Setelah memanaskan air, lalu ia mengambil pasta pada rak pajangan yang begantung di tembok dekatnya memasak. Bukankah Kyungsoo baru pertama kali ke rumah ini, setelah renovasi besar-besaran yang di lakukan Chanyeol? Namun dengan mudah ia mengetahui letak segala peralatan, dan bahan di dapur yang didominasi oleh marmer putih, dengan lampu kristal yang menjadi penerangnya.

One WishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang