Wish Eight

2.4K 434 99
                                    


...............

Kyungsoo menatap langit-langit kamarnya hambar. Ada satu titik dalam benaknya, yang membuat ia masih terpaku hingga saat ini.

Bahkan sinar lembut yang masuk ke celah kamarnya saja, tidak dapat mengusiknya. Ia lebih memilih tenggelam dalam perdebatan hatinya.

Sulit sekali ia keluar dari bayang-bayang tentang Chanyeol. Wanita itu bahkan sampai sakit kepala, karena semalaman memikirkan tentang perkataan Chen. Titik demi titik petunjuk telah menjadi garis di kepalanya. Ia bahkan sempat menduga jika perkataan Chen di mobil tentang obat, bukanlah hal yang sepele.

"Pria itu pasti menyembunyikan sesuatu dariku!" desisnya sama seperti cicitan burung yang memprovokasinya untuk menyadar, jika hari kian beranjak siang. Bahkan cahaya matahari tidak lagi keemasan, kini warnanya telah berubah menjadi kuning terang.

"Oh, tidak!" ia terlonjak dikala jam dindingnya tidak lagi berada pada satu garis lurus, sebab jarumnya telah beranjak naik melewati waktu yang biasanya ia sudah siap dengan segalanya. "Ini kan, hari si penghuni baru, datang?" katanya lalu turun dari ranjang mungilnya.

Wanita itu tidak membutuhkan ranjang yang super besar, ataupun super empuk. Ia hanya seorang diri, jika terlalu luas, maka tidurnya akan terasa hampa, bukan? Ranjangnya akan berubah, seiring berjalannya waktu-nanti.

Kyungsoo cepat-cepat merapikan tempat tidurnya, berlanjut merapikan dirinya. Tidak ada waktu untuk mandi, bahkan ia harus memburu untuk sekedar membuat sarapan. Tidak sopan rasanya jika tidak menyediakan kudapan, disaat tamu berkunjung. Ahh, Kyungsoo baru ingat, jika yang datang bukanlah tamu, melainkan teman serumah. Dan jamuannya juga seharusnya lebih istimewa.

Kyungsoo belum juga menaruh banyak perhatiannya pada masakannya. Masih, dan tetap saja bayang-bayang Chanyeol yang menghantui kepalanya. Hingga aroma agak pahit tercium, disaat Kyungsoo masih berada di depan wajannya.

"Oh, Tuhan!" serunya menyesal. "Sepertinya aku tidak akan mendapat sarapan pagi ini! " rutuknya melihat telur gulungnya, yang menghitam di bagian bawahnya.

Mudah saja jika telur yang lain masih tersedia di lemari pendinginnya. Namun, telur yang ia olah itu, adalah telur terakir di pagi itu. Kesibukannya bertambah buruk ketika Chanyeol datang dalam hidupnya lagi. Semuanya kacau! Hingga ia sampai lupa membeli bahan makanan untuk dirinya sendiri.

Kyungsoo membuang nafas kasar. Kekesalannya membuat ia malas berfikir, ataupun bergerak. Ditinggalkannya saja wajan dengan telur gulung gosongnya, disaat pintu rumahnya terketuk nyaring.

Langkahnya sedikit malas dengan menarik-narik kakinya berat. Kyungsoo mengangkat tangan, lalu meraih rambutnya untuk diikat, supaya terlihat sedikit rapi. Perlahan ia memutar gagang pintunya, lalu menariknya lepas.

Mata bulat itu memicing tak percaya. Bibirnya dengan reflek menyembur, "Mau apa lagi kau kemari, Chan?" jantungnya tiba-tiba saja memompa kasar. Penampilan Chanyeol jauh dari kata formal. Pria itu tak lagi menggunakan jas kaku, dan dasi sutranya, ataupun sepatu kulit mengilat yang harganya tentu tidak semua orang dapat menjangkaunya.

Chanyeol tampil layaknya pria sporty. Sweater abu yang dipadukan dengan celana santai dan juga sepatu casual. Pria itu seperti penyegar di pagi hari ini, walau dengan kantung mata, yang agak menyamar, tapi sama sekali tidak mengurangi ketampanan pria itu. Kyungsoo yang sedari tadi sudah menelan ludahnya samar, berusaha bangkit dari pesona pria yang semakin lama semakin tidak terelakan sensualitasnya.

"Apa ada barangmu yang tertinggal disini!" Kyungsoo mencoba meninggikam nadanya, berusaha menyembunyikan kegugupannya. Deretan gigi putih dan panjang milik Chanyeol, sedari tadi terpampang begitu indahnya, ditambah dengan senyuman hangat pria itu, seperti menyelamatkannya dari badai es yang selama tujuh tahun ini sempat menyerangnya.

One WishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang