.
.
.
Sinar emas penuh semangat, membangkitkannya dari sebuah mimpi buruk semalam. Bukan mimpi yang menjadi kenyataan, melainkan kenyataan yang diharapkannya hanya sebuah mimpi buruk belaka.
"Tertarik dengannya? " cemohnya saat ia melihat pantulannya di cermin. Blus putih, dipadukan dengan rok hitam selututnya. Dan juga, rambut hitam pekatnya dibiarkan tergerai di punggung sempitnya.
Ia menyemprotkan kolonge yang menyegarkan pada beberapa bagian tersembunyi dari tubuhnya. Kyungsoo yang anggun, sungguh tak menyukai aroma menyengat, yang akan membuat orang lain memperhatikan dirinya. Dan ia tak menyukai itu.
Sikap apatisnya akan muncul seketika ada pria yang mencoba mendekatinya. Cukup sekali ia mengenal pria bajingan, semacam Chanyeol. Tidak akan ada lagi. Tidak untuk yang lain...
Ia berbalik menghadap pintunya, ketika harus mengunci flat sederhananya. Hidup dalam kesederhanaan, dan saling membantu, adalah kebiasaannya kini. Tak ada ambisi, yang ada hanya sebuah keikhlasan melihat sesamanya bahagia, dengan cara yang wajar.
Ia berjalan dengan menyusuri koridor menuju lantai bawah. Apartemen sederhana ini hanya berlantaikan tiga, ia menempati kamar pada lantai paling atas. Yang pada saat itu, hanya kamar itulah yang tersisa. Bukankah tempat itu juga indah, rooftop yang menampilkan pemandangan leluasa, tanpa sekat tembok yang membentenginya. Hanya saja ia perlu menaiki tangga lebih lama dari penghuni laiannya.
Lagipula kamar yang ia tempati juga lebih luas dari kamar lainnya, bukankah itu sebuah keuntungan untuknya? Memiliki kamar luas, dengan keleluasan yang absolut, miliknya sendiri.
Ia berjalan melewati ruangan kecil di dekat pintu gerbang, tempat Pak Myung biasanya mengawasi gedung yang ia sewakan sebagai hunian sementara itu.
"Selamat pagi, Pak Myung. Aku pergi dulu! " katanya sambil mengibaskan tangannya keatas.
"Sebentar, Nona Do. Aku ingin menyampaikan sesuatu. " Pak Myung berlari menghampiri Kyungsoo yang hendak melewati gerbang besi di hadapnnya.
Kyungsoo melemparkan pandangan penuh tanya, penuh antusias. Biasanya Pak Myung, adalah pria yang jarang bicara. Walaupun ia sudah tinggal lama disana, sangat jarang ia berkomunikasi dengan tuan rumah, pemilik gedung tersebut. Tapi kali ini, sungguh berbeda, nada suaranya terdengar serius.
Kyungsoo menghentikan langkahnya, membalik badannya menghadap pria paruh baya itu. "Apa ada yang bisa saya bantu, pak? "
"Begini, nak. " Tuan Myung menetralkan nafasnya. "karena aku sedang memiliki masalah finansial yang parah, aku ingin menjual kamar yang kau tempati kini. Aku akan mengembalikan uang depositmu, dan kau bisa mencari hunian lainnya. Maafkan aku sebelumnya, tapi ini sangat mendesak. " katanya panjang lebar, ia menuturkan sejelas-jelasnya.
"Maaf pak, apa kau tidak salah? bukankah aku selalu tepat waktu membayar uang sewa. Lagi pula kamar atas itu kan seperti loteng, bagaimana mungkin anda menjualnya, sedangkan anda memiliki kamar yang lebih bagus dari pada kamar yang saya tempati? " katanya penuh keheranan. Kyungsoo sempat heran, dengan berita yang menyetaknya dalam.
Mendapatkan rumah dengan deposit rendah, di kota sekelas Seoul, sangatlah mustahil. Ia tidak terima, selamanya ia akan mempertahankan kamar itu, kamar yang paling nyaman menurutnya, kamar yang menjadi saksi metamorfosenya, dari wanita yang rapuh menjadi setegar sekarang.
"Aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Biarkan aku membatu untuk masalah finansialmu, Pak? " tekannya lagi dengan perjuangan yang menggebu-gebu.
Pak Myung menggeleng, menyiratkan ketidak setujuannya. "Maaf, Nona. Tapi ini bukan masalah kecil, masalahku sangat besar. Jadi kukira kau tidak bisa membantu, kecuali... "
KAMU SEDANG MEMBACA
One Wish
FanfictionFollow sebelum baca, konten mengandung unsur dewasa siapatau kena privat. Segalanya hanya untuk dirimu. Dirimu adalah segalanya untukku. Sekuel Chansoo in 6112 Chansoo area