............
"Aku mencintaimu."
Kalimat itu sungguh sudah memuakan untuk Kyungsoo. Tapi kenapa jika Chanyeol yang mengatakannya semuanya menjadi ringan dan nyaman. Telinganya, hatinya, seakan mendesir dengan buaian indah dari sang penyebab.
"Memuakan!" kecamnya menentang, lalu mendorong mangkuk bubur lebih mendekat ke arah Chanyeol. "Makanlah, lalu minum obatmu," titahnya tak sadar jika Chanyeol tengah menatapnya penuh curiga.
"Darimana kau tau tentang obatku?" lirihnya curiga.
Cepat-cepat Kyungsoo membalikan badan membelakangi Chanyeol. Jiwanya tengah disibukan dengan getaran ketakutan, dan tangannya mulai mencari perhatian agar dapat menyembunyikan diri yang sedang ingin menutupi sesuatu.
"Aku selalu mendengarnya dari Chen." jawabnya setelah sekian menit berlalu.
"Chen hyung?" ulang Chanyeol meraba-raba akan mana perkataan Chen tentang obatnya.
Kyungsoo masih membelakangi Chanyeol. Wanita itu tak dapat memandang netra coklat Chanyeol, sebab akan membuat ia gugup dalam menjawab pertanyaan.
"Tentu saja." angguknya walau dengan nada yang masih bergetar.
"Ohh," respon Chanyeol tak terlalu berarti. Pria itu melanjutan suapan bubur ke bibirnya.
"Bukankah kau akan mengatakan semuanya, katakanlah!" Kyungsoo yang masih sibuk mencuci peralatan bekas memasakanya.
"Semuanya." ucap Chanyeol santai, yang membuat Kyungsoo seketika berbalik.
"Jangan bercanda!" geram Kyungsoo yang menghunuskan pisau ke arah Chanyeol yang sedang makan.
Pria itu terkekeh lalu mencoba mempercepat suapanya, dan menelan habis sisa bubur di mulutnya. "Kau kejam sekali, Kyung,"
Kyungsoo tak dapat menahan bibirnya untuk segera mengumpat, "Bukankah kau lebih kejam? Pergi tanpa sepatah katapun! Pria brengsek." matanya memicing tajam.
Chanyeol memungut segala peralatan makannya. Ia menumpuknya rapi dan membawanya pada wastafel dapur. Pria itu berdiri bersebelahan dengan Kyungsoo, sambil mencuci peralatannya lalu mengeringkannya dengan lap.
Tindakan itu hanya menjadi tontonan untuk Kyungsoo. Dengan hati yang sangsih, antara kesedihan dan keterpanaan melihat tingkah Chanyeol yang mandiri. Bola mata sentantiasa bergerak menuju kemana pria itu melangkah, meletakan peralatan masak di tempat seharusnya. Sampai Chanyeol sudah siap di hadapannya, dan ia tetap tak mengalihkan sedikitpun perhatiaanya.
Tangan besar Chanyeol dengan cepat menggenggam tangan Kyungsoo. Menyeret halus tangan wanita itu, menggiringnya untuk keluar dari dapur kecil itu.
"Kita bicara di luar saja," ujar Chanyeol sembari langkah mereka mendekati pintu keluar.
"Kenapa harus diluar?"
"Karena aku ingin menghirup udara bebas." seakan menjadi sebuah curahan yang lama terpendam, Chanyeol mengucapkannya seperti tengah berdoa.
Kyungsoo terdiam, mengerti. Wanita itu lebih memilih menuruti keinganan Chanyeol, dan mengabaikan egonya. Chanyeol lebih memilih duduk, sedangkan Kyungsoo menumpukan tangannya pada pagar pembatas koridor. Berdiri dengan menahan getaran ngilu di hatinya, karena tatapan Chanyeol yang seolah menjadikannya satu satunya objek pandang, dan berpusat pada keseluruhan raganya.
"Sejak kapan kau meminum obat-obatmu itu? Dulu kau tak tergantung dengan obat, kan?" tanya Kyungsoo yang seperti tak tahan ingin mengetahui tentang keadaan Chanyeol, langsung dari mulut pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Wish
FanfictionFollow sebelum baca, konten mengandung unsur dewasa siapatau kena privat. Segalanya hanya untuk dirimu. Dirimu adalah segalanya untukku. Sekuel Chansoo in 6112 Chansoo area