......
"O-obat apa?" paniknya hingga ia gemetaran untuk berkata.
Nada yang sudah bergetar, ditambah dengan butiran peluh yang timbul di pelipis pria itu. Matanya seakan mengisyaratkan sebuah kebenaran yang ditutupi dengan sebuah kebohongan.
Ia berpaling dari tatapan Kyungsoo, lalu tertawa lirih. "Aku tidak sakit, kenapa harus minum obat! "
Kata-kata Chanyeol memang meyakinkan, namun tidak begitu saja seseorang dapat menerima itu. Kyungsoo pernah bersama Chanyeol, bahkan pernah menghabiskan malam bersama pria itu. Hampir semua hal yang menyangkut Chanyeol, Kyungsoo mengetahuinya. Termasuk gestur dan nada bicara pria itu.
Dasar bodoh! Kau kira kau bisa berbohong padaku? Kyungsoo menggumam dalam hatinya. Inginnya ia langsung saja menyembur Chanyeol, dengan kata-kata pedas, namun urung.
Wanita itu sadar akan posisinya kini. Ia bukan lah orang yang berkewajiban untuk khawatir dengan keadaan Chanyeol. Bukankah mereka tidak memiliki hubungan kini? Hanya sebuah hubungan masa lalu, dan itu sudah sangat lama berlalu-walau tak sepenuhnya dapat dilupakan.
Kyungsoo mengeratkan gigi dalamnya. Ia lalu memalingkan pandangan, disaat wajah Chanyeol berubah kikuk. Ia tak ingin menuntut apapun dari pria itu, temasuk sebuah pengakuan. Ia hanya berfokus pada pekerjaannya kali ini.
Dan sampai saat mobil SUV hitam itu, terhenti di sebuah bangunan sederhana, yang berpagar kayu, dan bercat abu. Rumah itu tampak terawat, walau bangunannya tidak semegah gaya Kota pada umumnya. Bahan kayu serta merta menjadi tanda kesederhanaan panti itu.
Hanya setelah mobil parkirkan, Kyungsoo tanpa aba-aba lagi membuka pintu, lalu terlonjak keluar. Wanita itu bahkan tidak berkomentar apapun tentang sikap kikuk Chanyeol. Kyungsoo dengan nyamannya melenggang dari mobil Chanyeol, menuju ke pekarangan panti.
Tak secepat biasanya Chanyeol bereaksi. Bahkan ia kini masih duduk di dalam mobil. Langkahnya tercekat, ia menahan rasa takutnya tadi. Tangan besarnya mengelus dadanya sendiri. "Huuhhh-!" desahnya panjang dan berat. Satu kelegaan yang dirasa adalah, saat Kyungsoo tidak memperpanjang perkataan Chen.
Plakk...
"Awww!" rintihan kesakitan dari Chen. "Apa salahku, Chan? "
Pukulan Chanyeol, telak mengenai belakang kepala Chen, hingga pria itu mengaduh kesakitan.
"Sialan kau, Hyung! "
"Kenapa sikapmu berubah, bukannya tadi kau sungguh sangat manis?"
Chanyeol memutar bola matanya malas. "Itu hanya untuk Kyungsoo, bukan untukmu! "
Chen terdengar mendecih, namun setelah itu pria bersurai coklat itu terkekeh tak percaya. "Apa kau memiliki dua muka sekarang? "
"Apapun yang ku lakukan hanya untuknya. Jadi jangan ikut campur dalam urusanku, hyung!" Chanyeol hanya fokus pada peringatannya pada Chen. Ia menjadi pecundang ketika Chen menyinggung tentang sakitnya...
"Ku mohon, hyung. Jangan mengatakan apapun padanya, tentang aku, di masa itu. jangan sekalipun, "
Embusan nafas Chen terdengar berat dan beruntun. Ia bahkan tidak menyangka, jika Chanyeol akan ketakutan seperti itu. Dilihatnya Chanyeol berkali lipat bersungguh-sungguh kali ini.
"Apa kau begitu mencintainya, Chan? "
"Apa yang bisa ku perbuat, hyung. Setiap detikku hanya dimiliki olenya. Aku tak menyalahkan jika ia membenciku kini. Perbuatanku di masa lalu, bukan sebuah hal yang kecil. Ini lebih dari sebuah kesakitan semata. " kata Chanyeol dalam. Sorot mata pria itu juga dalam satu tarikan kesedihan dan penyesalan yang membuat rautnya memudar, dan tertaut pada kesedihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Wish
FanfictionFollow sebelum baca, konten mengandung unsur dewasa siapatau kena privat. Segalanya hanya untuk dirimu. Dirimu adalah segalanya untukku. Sekuel Chansoo in 6112 Chansoo area