BAB 1

1.2K 42 0
                                    

"SIAPA DIA?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"SIAPA DIA?"

"Namanya Karina Yu."

"Kau kenal dia?"

"Sejak kelas tiga SD."

"Oh ya?"

"Bisa jadi sejak kelas dua."

"Berarti dia dibesarkan di sini?"

"Yap."

"Ke mana dia selama ini?"

"Seumur hidupmu?"

Laki-laki pertama mengerutkan dahi ketika menunduk menatap laki-laki kedua. "Ke mana dia selama ini?" ulangnya kaku.

Laki-laki kedua tampak takut. "Seoul"

Aksennya yang kental membuat kata itu terdengar seperti Sohul. "Pindah ke sana beberapa tahun lalu. Dia penjahit."

"Penjahit?" Dia takkan pernah menebak hal itu dilihat dari penampilan wanita itu.

"Sesuatu seperti itu. Somi bisa menceritakan lebih banyak tentang apa yang dilakukan Karina selama ini."

Dia bertekad menanyai istri temannya ini tentang Karina Yu nanti. Gadis itu membangkitkan keingintahuannya.

Dan keingintahuannya, seperti seleranya yang lain, tidak pernah dibiarkan tak terpuaskan untuk waktu yang lama.

Namun, saat ini dia cukup puas hanya mengamati Karina saat gadis itu berbaur di antara tamu-tamu pesta lain. Bukan lagi gadis kota kecil, Karina tampak menonjol seperti ibu jari yang bengkak.

Perumpamaan yang buruk, pikirnya. Ibu jari yang bengkak tidak sedap dipandang mata. Dia belum melihat cacat cela dalam penampilan wanita ini.

"Kenapa dia meninggalkan kota ini?" tanyanya.

Temannya terkekeh. "Kau takkan memercayainya."

"Ceritakan padaku."

"Well, ceritanya begini." Dengan suara rendah, laki-laki yang satunya mulai membagi potongan gosip paling panas yang pernah ada di ujung barat kota Suwon.

*****

SUBJEK KISAH SULIT-dipercaya yang sedang diceritakan itu tengah menahan kuap di seberang ruangan. Tawa keras yang tiba-tiba terdengar mengejutkannya, juga orang-orang lain di dekat sana. Berbalik, Karina melihat dua pria berdiri di dekat dinding berjendela banyak, yang mengarah ke lapangan golf. Si pria tinggi berambut cokelat kemasan karena pantulan cahaya lampu tengah mengusap air mata tawa dari matanya.

Paling-paling mereka sedang bertukar lelucon jorok, pikir Karina jijik. Orang-orang kampungan ini tidak tahu sopan santun dalam pesta resmi. Ruang ganti di dekat kolam dan ruang formal utama di country club ini tidak ada bedanya bagi mereka. Mereka sama sekali tidak punya tata krama.

MISS KARINA'S RETURNWhere stories live. Discover now