"Banyak yang bisa terjadi dalam seminggu."
_Jeno Lee
Seminggu.
Selama itulah yang akan dihabiskan Karina Yu di Suwon demi menghadiri pernikahan sahabatnya, Giselle. Tiga tahun lalu dia membuat skandal besar di kota kelahirannya itu, dan sejak saat i...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
KARINA TERBANGUN LEBIH dulu dibanding Jeno. Ia terjaga perlahan, dengan nikmat, pada Minggu pagi yang cocok untuk bermalas-malasan, dengan senyum di bibir bahkan sebelum ia membuka mata.
Pancaran cahaya matahari diagonal memberi corak garis-garis di lantai kayu. Partikel-partikel debu memenuhi ruangan bagaikan debu peri. Di luar, burung-burung berkicauan riang. Karina bakal mengira pagi sempurna ini merupakan kelanjutan fantasinya kalau bukan karena laki-laki yang berbaring di sampingnya.
Napas Jeno dalam dan teratur. Karina berbaring di sana, mendengarkan napas Jeno dan menyukai suara tarikan napas maskulin itu. Ia memuaskan diri dalam panas yang dikeluarkan tubuh tinggi dan kokoh Jeno. Mereka meringkuk bersama seperti dua anak kucing. Pipi Karina bersandar di tulang iga Jeno. Jemari Jeno melilit rambut Karina.
Mulai sekarang, untuk setiap hari dalam hidupnya ketika ia tidak terbangun di samping Jeno Lee, Karina akan kehilangan rasa menyatu ini.
Membayangkan hidup tanpa Jeno sungguh merupakan pikiran muram.
Tiga tahun lalu ia mengira dirinya bakal mati gara-gara patah hati ketika ia melarikan diri ke Suwon. Sekarang, ia menyadari dirinya hanya menderita gara-gara harga diri yang terluka. Saat ia pergi hari ini, meninggalkan Jeno, itu akan membuatnya patah hati.
Ia mencintai Jeno.
Dan ia marah pada laki-laki itu karenanya. Bajingan angkuh dan mengesalkan itu telah membuatnya jatuh cinta.
Karina menggeser posisi kepalanya sedikit, cukup untuk membuatnya memperhatikan wajah Jeno yang masih terlelap. Tanpa bisa ditahan, Karina tersenyum. Jeno bernapas lewat mulut; bibir laki-laki itu sedikit membuka. Perut Karina bergetar saat mengenang semua kenikmatan yang mampu diberikan bibir itu padanya.
Itukah satu-satunya yang kurasakan pada Jeno, ketertarikan sensual?
Karina menjawab sebelum pertanyaan itu terbentuk utuh dalam benaknya. Bukan, ini bukan cuma ketertarikan sensual. Ia menyukai selera humor Jeno, walaupun beberapa kali sepanjang minggu ini Jeno membuatnya menjadi bahan olok-olokan. Ia menyukai ketegasan Jeno untuk bermain secara adil, juga kebaikannya yang tulus.
Jeno laki-laki yang sensitif. Semalam laki-laki itu menjadi kakak sebelum menjadi kekasih karena secara naluriah dia tahu apa yang dibutuhkan Karina. Ia menghargai kepercayaan yang ditunjukkan Jeno akan kemampuanku berbisnis, batin Karina. Dia tidak menertawakan ide-idenya. Dia tidak meremehkannya. Dia menawarkan nasihat, tapi tidak menguliahinya.
Karina mengagumi Jeno yang bangkit kembali setelah hidupnya hancur berantakan. Dihadapkan pada korupsi politis, Jeno tidak berpaling dan mengabaikannya, walaupun godaan untuk itu pasti besar. Menentang semua kemungkinan yang ada dan tanpa satu sekutu pun, dia menghadapi tantangan dan penderitaan sampai dia memastikan keadilan ditegakkan. Jeno adalah laki-laki berintegritas dan bermoral tinggi. Dia berani bertanggung jawab atas kesalahan yang dibuatnya sendiri dan tidak melempar kesalahan kepada orang lain. Dia jelas laki-laki yang layak dicintai.