KARINA SUDAH LUPA betapa panasnya matahari di danau. Giselle dan dirinya dulu sering menghabiskan berjam-jam berbaring di handuk pantai yang digelar di pinggir dermaga, berbalur losion tabir surya begitu tebalnya hingga mereka bisa menulis inisial pacar terbaru mereka di paha, perut, dan dada mereka.
Mereka bisa terkikik-kikik tanpa henti. Betapa senangnya mereka bergosip, mengira-ngira apakah anak perempuan yang ini benar-benar melakukannya. Seperti yang dikatakan orang-orang, bertanya-tanya apakah anak laki-laki yang ini pencium yang hebat seperti yang dikatakan pacarnya yang sombong, membanding-bandingkan kelebihan Hyunjin dengan Jihoon.
Segalanya terasa menyenangkan saat itu. Dibesarkan di kota kecil tidak terlalu menyebalkan. Mungkin itu masalahnya; kota ini sudah tidak menarik lagi baginya. Ia bukan gadis kota-kecil lagi. Sekarang ia gadis kota-besar.
Seoul adalah kota yang sangat santai dibanding kota-kota besar lainnya, tapi tetap saja kota itu tidak bisa menawarkan keheningan indah seperti ini. Karina sudah lupa betapa sepinya pedesaan. Ketergesaan, kesibukan, dan kegaduhan kota terasa jauh sekali. Minimal hari ini, tak ada yang perlu dikerjakannya selain berjemur di sini, tenggelam dalam keheningan dan panas matahari yang menyengat.
Bagi kebanyakan orang, panas yang lembap dan terik ini akan terasa mencekik. Karina menyukainya. Ia menyambut panas yang menyelimutinya. Sinar matahari meresap ke kulitnya seperti kekuatan misterius yang memulihkan, menghilangkan segala kepenatan, membawanya dalam kemalasan total.
Angin sepoi bertiup pelan sekali, tapi sesekali embusannya menggoyang puncak pepohonan cypress yang berjajar di pesisir. Di cakrawala awan-awan putih raksasa mulai terbentuk. Awan-awan itu menyimpan ancaman kosong datangnya hujan pada malam hari. Danau tampak tenang, permukaannya berkilauan, Karina menyukai suara air yang menjilat-jilat tiang kayu di bawah dermaga. Serangga-serangga berdengung di sekelilingnya. Capung terbang rendah di atas permukaan danau, terkadang mengacak air dengan sayapnya yang rapuh dan tembus pandang.
Suara-suara dengungan capung, ditambah suara air yang menampar-nampar tiang penyangga secara berirama, begitu menghipnotis. Karina tertidur.
"Berani sekali kau."
Karina terlonjak duduk, sambil mencengkeram atasan bikininya. Jantungnya serasa melompat ke leher. Matanya berkunang-kunang. Ia duduk terlalu cepat dan tidak langsung bisa melihat jelas maupun menjaga keseimbangan. Setelah berhasil melakukan keduanya, ia mengumpat pelan.
Jeno Lee menghela diri ke dermaga Karina dan mengikat perahu memancingnya yang kecil ke salah satu tiang penyangga.
"Akulah yang seharusnya bilang begitu, Mr. Lee. Kau membuatku kaget setengah mati!"
"Maaf." Seringainya tidak memperlihatkan penyesalan. "Apakah kau tidur?"
"Aku pasti ketiduran."
"Tidakkah kau mendengar suara mesin perahuku?"
YOU ARE READING
MISS KARINA'S RETURN
Romance"Banyak yang bisa terjadi dalam seminggu." _Jeno Lee Seminggu. Selama itulah yang akan dihabiskan Karina Yu di Suwon demi menghadiri pernikahan sahabatnya, Giselle. Tiga tahun lalu dia membuat skandal besar di kota kelahirannya itu, dan sejak saat i...