10

1.4K 217 21
                                    


☄°•°○

☄°•°○

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.










































Yang namanya skandal, apalagi menyangkut dating pasti proses hilangnya nggak bakal sebentar. Meski konfirmasi dari JYP sudah keluar sejak dua minggu yang lalu, mereka-mereka masih ada yang membenciku.





Hari ini tepat berjalan dua minggu setelah pernyataan resmi dari JYP terkait rumor yang salah itu. Tadinya aku sempat bernafas lega dan berpikir bahwa skandal ini akan segera berakhir.
















Namun tidak. Aku salah.

















Kehidupan sekolahku juga tidak begitu tenang semenjak skandal ini keluar. Ya meskipun mereka-mereka yang menggunjingku berkurang jumlahnya, tapi tetap saja tidak enak rasanya. Tidak nyaman.











Aku memutuskan untuk tidak masuk sekolah dulu hari ini. Aku hanya tiduran di atas kasur, tanpa berniat bangun sekalipun. Mataku terus memantau perkembangan dunia sosial media terkait skandalku ini.















"Hah... masih sama," gumamku.








Kring kring!!!!

Han Jisung🐿 is calling you...
























Ini lagi. Aku enggan bicara dengannya. Entahlah, aku jadi agak sensian kalau menyangkut Han Jisung. Jujur saja aku sedikit kesal karena waktu itu Jisung bilang skandal akan segera berakhir jika sudah diklarifikasi oleh JYP. Namun nyatanya? Gunjingan fans Korea lebih pedas ketimbang gunjingan fans Jisung di sekolahku.












Berat hati aku menjawab teleponnya.















"Halo?" panggilnya.

"Hm?"

"Sibuk nggak?" tanya Jisung. "Nggak," jawabku.


"Kamu bisa ambil cuti sekolah beberapa hari?"



Aku mengernyit bingung. "Buat apa?" tanyaku.




"Lusa kamu ke Korea. Kita adain konferensi pers. Surat klarifikasi dari agensi ternyata nggak cukup buat bikin mulut K-Netz diem."








Aku menghela nafas. Lelah. Lagi dan lagi Jisung selalu membicarakan ini. Namun akhirnya aku hanya bisa mengatakan, "Iya," padanya.















"Jisung. Aku capek," keluhku. Mataku panas dan berair. Aku menangis.

Di seberang sana helaan nafas Jisung bahkan terdengar lebih berat. Aku salah. Tidak seharusnya aku mengeluh padanya. Bebannya pasti lebih berat daripada yang aku rasakan.







"Maaf," ucapnya, "Harusnya aku gak minta tolong ke kamu waktu itu. Biar kamu gak kesandung sama hal kayak gini. Maaf."













Aku makin merasa tidak enak pada Jisung.









"Nggak. Aku yang minta maaf. Beban kamu jauh lebih berat daripada aku. Maaf, aku kelepasan buat ngeluh ke kamu," ucapku.



"Gak sekolah?" tanya Jisung, berusaha mengganti topik obrolan agar tidak tegang.

"Nggak. Aku izin."

"Jangan sering bolos sekolah kalau cuma buat ngehindarin orang-orang yang benci sama kamu."














Jisung benar. Ah, sialan. Aku menangis lagi. Kalau saja Jisung tidak terlalu baik, aku pasti gak akan nangis sekarang.













"Kamu gimana? Baik-baik aja 'kan disana?" tanyaku. Jisung menyahut, "Iya. Aku baik-baik aja."





"Masa promosi udah selesai. Terus jadwal kamu apa?"


"Nggak ada. Stray Kids belum dapat panggilan job apapun sejak skandal iniㅡ ah, maaf. Aku nggak maksud ngungkit ini lagi."










Gak apa-apa. Aku ngerti. Tanpa Jisung kasih tau pun aku udah ngerti.













"Ya udah. Aku tutup teleponnya, ya?" ucapku sembari mematikan sambungan secara sepihak.









Aku kembali merenung, menjernihkan pikiranku agar tidak terlalu terbebani. Aku pun bangkit, menyiapkan satu koper kecil dan memasukkan beberapa pakaian ke dalamnya.










Demi karir Jisung dan ketenangan hidupku, lusa aku akan berangkat ke Korea. Waktunya bicara, mendiamkan mulut gatal orang-orang yang berniat jahat.
















































 Waktunya bicara, mendiamkan mulut gatal orang-orang yang berniat jahat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

☄°•°○




[6] ʜɪᴅᴇ • ʜᴀɴ ᴊɪꜱᴜɴɢ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang