Badai datang
Dengan kekuatannya yang maha dahsyat
Meluluhlantakkan segalanya
Asal kita ingat untuk berpegangan
Maka kita akan selalu di sini
Bersama dalam kehangatan
Kokoh menantang apapun
Tak tergoyah
Demi cinta dan persahabatan
(-)
Yuda menghentikan motornya di salah satu sudut kota, tempat dirinya dan anak buahnya berkumpul bersama. Tapi kali ini, Yuda tidak ingin pergi kemanapun. Ada masalah yang harus ia selesaikan, yaitu Tiara.
"Yo, Yuda! Kenapa lo? Serem banget!" sapa kaki tangan kepercayaannya, Edo. Ia sedang asyik merayu dua orang gadis yang ia panggil untuk menemani teman-teman geng-nya.
"Gue mau lo cariin seseorang. Ini penting," kata Yuda, turun dari motornya.
"Orang? Siapa?" tanya Edo, mengikuti Yuda ke tempat yang sedikit lebih jauh dari keramaian itu.
Yuda berbalik menghadap Edo, lalu menyerahkan uang kepada Edo.
"Temen cewek gue, Tiara..." ujar Yuda, setengah berbisik.
"Woo... Udah punya cewek, masih aja ngembat cewek lain," protes Edo.
"Diem dulu, kek!" bentak Yuda, merangkul Edo, kemudian melanjutkan, "Cari tahu pacar Tiara. Gue rasa pacarnya orang yang cukup deket sama kita. Orang itu sudah melakukan kekerasan pada perempuan."
Edo terlihat berpikir sejenak, sambil menimang-nimang uang yang ada di tangannya. Baginya, uang di tangannya itu tidak cukup untuk mencari informasi. Hei, ini Jakarta, tidak ada yang murah!!
"Itu DP. Sisanya kalo lo udah selesai nyari orang itu," tambah Yuda, saat menyadari keraguan di mata Edo. Seketika wajah Edo terlihat kembali riang. Dia kembali berbalik menghampiri kerumunan.
"Oi! Gue traktir minum!!” sorak Edo. Kerumunan itu pun menaiki kendaraan masing-masing. Ada yang naik motor, ada pula yang naik mobil modifikasi.
Edo melongokan kepala ke luar mobilnya untuk menyapa Yuda, “Ikut?”
Yuda menggeleng. Dia masih punya urusan lain, dengan Andre.
(-)
"Eh? Tiara?! Kok bisa?!" teriak Wulan, ikut prihatin ketika mendengar kabar dariku. Aku menelepon Wulan setelah mendapat persetujuan Tiara.
"Nggak tau. Tiara nggak mau cerita, tapi keadaannya nggak baik banget... Mungkin kalo lo yang dateng dan ngomong sama dia, dia bisa cerita dengan tenang..." desisku, tidak ingin Tiara mendengar pembicaraanku dan Wulan.
Sekarang Tiara sedang berganti pakaian di kamarku. Aku memintanya mandi dan memakai pakaianku, lalu beristirahat di sana.
"Kalo gitu gue ke sana, ya. Boleh ajak Angkasa, nggak?" tanya Wulan.
"Boleh sih, tapi Tiara dapet perlakuan seperti itu dari pacarnya. Gue takut dia masih trauma sama cowok. Tadi, waktu Yuda lewat di depannya aja, Tiara kayak ketakutan gitu ngeliat Yuda."
"Hmm... Kalo gitu gue minta dia nganterin aja deh. Gue ke sana ya..." ujar Wulan.
"Oke, gue tunggu," balasku, menutup sambungan telepon.
Aku memasukkan ponsel ke saku celana dan kembali ke kamar untuk melihat keadaan Tiara. Di dalam, Tiara duduk di atas tempat tidur, bersandar di dinding dengan kaki dilipat. Ia menatapku ketika aku membuka pintu kamar.
"Makasih, udah boleh numpang di sini..." kata Tiara dengan suara serak.
Aku tersenyum, lalu duduk di sampingnya, ikut bersandar di dinding dan memeluk lutut seperti dirinya.
"Kita kan udah dua tahun tujuh bulan bersahabat. Sejak awal ospek. Wajar kalo gue care dan bantu lo ketika lo kesulitan begini." Aku menopangkan kepalaku di bahu Tiara. Tidak ada tanggapan dari perempuan di sebelahku itu. Keheningan yang cukup lama terjadi di antara kami berdua. Aku bahkan dapat mendengar suara detak jantungku sendiri dengan jelas.
"Ra, gue nggak mau maksa lo buat cerita, tapi kalo boleh tau, kenapa Dhani melakukan ini?" tanyaku, memecah keheningan itu.
"Maaf, gue masih belom bisa cerita ke lo, Na... Nanti aja ya, kalo gue udah merasa lebih baik..." jawab Tiara. Lagi-lagi hening. Cukup lama kami terdiam dengan posisi seperti itu. Melamunkan hal yang tidak jelas.
(-)
Andre memandangi Yuda dengan serius. Di sebelahnya, Chery memandangi Andre dan Yuda bergantian.
"Lo inget Dhani?" tanya Andre setelah sekian lama berdiam diri.
"Si brengsek itu? Gue nggak nanya soal dia," jawab Yuda.
"Dia pacar Tiara dan lo harus hati-hati dengan dia," kata Andre, tidak peduli dengan tanggapan Yuda barusan.
"Apa? Dia pacar Tiara? Sial! Buat apa gue bayar Edo kalau ternyata sobat gue sendiri mengenalnya?!” erang Yuda, menyesal sudah memberikan uang pada Edo.
“Dengerin gue, Yud!” Andre merenggut kaos Yuda, kemudian melanjutkan, “Dhani ngerencanain hal yang buruk. Dia mau balas dendam ke elo. Ini serius, Yud...”
Yuda menatap Andre dengan serius. Tak lama, ia tertawa kecil.
“Balas dendam karena wilayahnya gue rebut? Gila! Dia bikin Tiara babak belur kayak gitu dan berencana balas dendam?! Anjing banget tuh orang! Terus? Dia ngajak lo kerja sama?” tanya Yuda, dengan emosi yang meledak-ledak. Ia memang memimpin sekelompok anak-anak berandalan, tetapi dia setia kawan dan tidak suka sahabat-sahabatnya terluka.
“Ya. Tapi gue milih posisi netral. Gue tahu rencananya buat lo, dia mau menghancurkan hubungan lo sama Riana, entah dengan cara apa. Gue bakal berusaha menghalangi rencana Dhani, tapi lo juga tetap harus waspada. Lo datang ke sini untuk balas dendam demi Tiara dan persahabatan kalian, gue nggak akan kasih tau hal ini ke Dhani. Gue nggak mau sobat gue kenapa-kenapa dan gue butuh suatu pertunjukan bagus."
Setelah bicara panjang lebar, Andre pun melepaskan kaos Yuda dan kembali bersandar di sofa.
"Bagus. Liat aja. Gue nggak akan bikin lo kecewa. Asal nggak ada yang menyentuh cewek gue, gue akan memberikan tontonan bagus buat lo. Apa lo berani menjamin keselamatan Riana?" tanya Yuda.
"Oke. Nggak masalah," jawab Andre.
"Tunggu. Dari omongan kalian berdua, tadi kayaknya Yuda bilang kalo Tiara babak belur?" tanya Chery, akhirnya mengeluarkan suaranya setelah lama mendengarkan pembicaraan Yuda dan Andre.
Yuda menghela nafas, bersandar di sofa, dan melirik Chery serta Andre bergantian.
"Sekarang dia ada di rumah, menenangkan diri..." jawab Yuda.
Chery terdiam sejenak, dan tak lama kemudian, ia bangkit dari tempatnya, menuju kamar. Baru beberapa detik menghilang ke kamar, Chery sudah ke luar lagi dengan pakaian rapi dan tas slempang. Ia hanya memandang Andre penuh makna, kemudian langsung pergi membawa motornya.
YOU ARE READING
The One I Love
RomanceIni adalah kisahku, Riana Anindya. Bukan kisah yang romantis, juga bukan kisah yang membahagiakan. Kisah ini menguak luka di hatiku, tetapi selalu ada kebahagiaan di baliknya. Entahlah.