Cinta
Tak menyapu luka
Terpaku dalam kehancuran
Lelah menatap harapan kelabu
Masa depan menghilangkan cita
Mengubah diri menjadi boneka
Terdiam
Menatap kosong
Tanpa sinar harapan
Tersesat dalam labirin masa lalu
(-)
"Dhani! Berhenti! Mau lo apain Riana?!" bentak Andre, menahan Dhani yang hendak naik ke lantai atas klub.
"Bukannya gue udah bilang kalo gue mau balas dendam?" tanya Dhani tenang, kemudian menambahkan, "Lepaskan tanganmu dariku. Aku akan memperlakukan dia dengan lembut, kok."
"Hentikan niatmu! Gue udah janji untuk jagain dia dari lo!" tambah Andre.
"Hei! Kenapa kalian diam aja? Bawa dia!" ujar Dhani kepada orang di belakang Andre. Andre berbalik, menemukan dua orang pria menghampirinya.
"Dhani, lo licik!" bentak Andre, menatap Dhani penuh amarah. Orang yang ditatap hanya menyeringai, kemudian memandang ketiga orang itu untuk segera menjauhkan Andre darinya. Belum sempat mengambil kuda-kuda, ketiga orang itu menangkap lengan Andre dan membawanya ke luar. Dhani dengan langkah ringan melanjutkan niatnya untuk balas dendam.
Di sisi lain cafe, Angkasa melihat kejadian itu dan mencari-cari sosok Yuda. Saat menemukan sosok Yuda, lelaki itu malah sedang mendiskusikan sesuatu dengan sang DJ. Angkasa langsung mengalihkan pandangan pada Andre, yang kini sedang diseret ke luar.
"Lan, aku pergi sebentar. Kalo liat Chery, sebaiknya kalian tetap bersama. Jangan kemana-mana," ujar Angkasa, menatap Wulan dengan wajah serius, sambil bangkit dari tempat duduknya. Tanpa berkata apa-apa, Wulan hanya mengangguk menanggapi ucapan Angkasa.
(-)
Di bagian belakang cafe, sebuah gang sempit yang gelap. Hanya ada satu penerangan dari lampu bohlam yang kekuningan. Di sana, Andre menahan sakit di seluruh tubuhnya. Dua orang lelaki memegangi lengannya erat-erat, sementara orang ketiga sibuk menghajar Andre dengan tinju-tinjunya yang keras. Darah mengalir deras di mulut dan hidung Andre. Tulang pipinya biru lebam. Saat itu, Angkasa ke luar dari pintu belakang cafe dengan santai.
"Ck, ck... Kalian payah banget, menghajar satu orang aja sampai harus bertiga begitu..." kata Angkasa, menyindir.
Ketiga orang yang sedang memukuli Andre kini menoleh ke arah Angkasa karena kaget. Andre pun melirik Angkasa, namun tidak bisa melakukan apa-apa lagi. Tubuhnya sudah banyak menerima pukulan dan sekarang ia sedang dalam kondisi terlemah.
"Mau apa?!" tanya orang yang tadi sibuk memukuli Andre. Kelihatannya dialah yang berkuasa di antara ketiga orang itu.
"Nggak apa-apa. Lanjutin aja...” ujar Angkasa, menyalakan rokoknya sambil memerhatikan ketiga orang itu. Ketiga orang itu saling berpandangan heran.
"Untuk apa lo di sana?! Mau kami hajar, hah?!" tanya orang kedua.
"Jadi gue nggak boleh liat kalian menghajarnya? Kalo gitu biar gue aja yang menghajar pengecut-pengecut seperti kalian!" Angkasa membuang rokok yang baru dinyalakannya itu, lalu mulai menghajar ketiga orang itu. Pemegang sabuk hitam itu pun menguasai perkelahian. Tidak butuh waktu lama, ketiga orang yang memukuli Andre itu terkapar di jalanan dalam waktu lima menit.
“Oi, masih sadar?” tanya Angkasa, berjongkok di samping Andre.
Perlahan, mata Andre terbuka.
YOU ARE READING
The One I Love
RomanceIni adalah kisahku, Riana Anindya. Bukan kisah yang romantis, juga bukan kisah yang membahagiakan. Kisah ini menguak luka di hatiku, tetapi selalu ada kebahagiaan di baliknya. Entahlah.