BAB 3

43 15 8
                                    

"gue nggak suka nyinggung masalah pacaran." Jawabnya enggan.

"-----"

"gue ngerasa itu masalah pribadi gue, dan kalian gk harus tau, kenapa gue pacaran? Apa gue suka sama orang yang gue pacarin? Gue bener-bener nggak mau berbagi tentang itu."

"-----"

"karena kalian akan anggap gue kurang ajar dalam masalah pacaram."

"----"

"em..., gue suka liat cewek cantik, pas senyum menis." Jawabnya sebelum beberapa saat terdiam dan pikirannya terawanga jauh.

"----"

"gak tau lah, yang penting gue suka yang gitu." Kali ini bibirnya melengkung tersenyum.

-----Daniel Ananda Varendo----

=-----=

Daniel sedang duduk menunggu anggota osis lain keluar dari ruang guru untuk memebahas sesuatu, sebelum mereka mengadakan rapat osis. Daniel menunggu sendirian disitu karna tidak ikut berdiskusi dengan guru seperti yang lainnya.

Tanpa sengaja dia mendengar suara teriakan dari belakang ruang itu, tidak, kedengarannya seperti sedang bertengkar lebih tepatnya. Tanpa menunggu lagi dia langsung keluar dari ruangan itu dan berlari ke arah keributan, memerhatikannya dari jarak jauh.

Dia terkejut mendapati matanya melihat sosok gadis yang dibully tiga temannya. Hatinya nyeri dan ubun-ubunnya terasa panas melihat pemandangan itu. Dan dia kenal pasti dengan cewek itu dan meski sekarang rambutnya berentakan dan tidak diikat lagi, ya, itu cewek yang di klaksonnya waktu di lapangan, dan cewek yang tadi disuruh berdiri di depan oleh anesya karena telat berkumpul.

Karena tak sanggup cuman melihatnya, danielpun menegur. "WOI, ADA APA TU RIBUT-RIBUT."

Mereka semua serempak menoleh kearahnya, bersamaan dengan kamela yang menarik alya berdiri. "oh, ka-kakak, ngapain disini?" tanya kamela sedikit gelagapan, menepuk bahu alya dan mengeratkan pelukannya

"ah, pandai amat tu cewek action nya!" batinnya menggeleng pelan.

Danie menunduk sebentar dan kemudian kembali melihat alya. "kalian yang ngapain disini? Mau ngebully anak orang?!" danie melangkah mendekat.

Kamela kehilangan kata0katanya namun dengan cepat membuka mulut lagi. ". "ah nggak kok, nggak ada apa-apa. Ya kan, al?" tanyanya menginjak sepatu alya, meminta persetujuannya.

Cewek yang berdiri lemas itu tidak bereaksi, bahkan menggigit bibir bawahnya.

"lo masih ngelak?"

"du-dulu-duluan kak." Pamit kamela sopan, lalu melepaskan rangkulannya dari alya.

cewek tersungkur ketanah karena kakainya tak sanggup menopang tubuhnya lagi. Wajahnya tetap menunduk saat kamela sudah meninggalkannya. Alya tidak kuat berdiri bahkan daniel berada di hadapannya.

Daniel menunduk mensejajajarkan kepalanya dengan cewek yang tertunduk itu. "kamu nggak apa-apa kan?" tanyanya lembut.

Cewek itu masih tidak bereaksi.

"kamu aman sekarang!" ujar daniel lagi mengelus kepala alya lembut, berusaha menenangkan gadis itu.

Akhirnya alya mengadahkan wajahnya, wajah cewek itu memerah, tangannya terangkat merapikan rambutnya yang berantakan. Cewek itu terisak pelan, tangannya turun terkulai lemas di samping tubuhnya. Lalu dari mulutnya terdengar suara iskan yang pelan namun lama-kelamaan isakan itu terdengar menyakitkan. Cewek itu kembali menunduk.

Daniel memendang wajah gadis itu. "udah jangan nangis lagi, kamu aman sekarang kan?!" bujuk daniel selembut mungkin.

Alya mengadahkan wajahnya, lalu memamerkan senyumnya yang mampu melelehkan es dikutub utara dan selatan, dia tersenyum sangat manis, dengan wajahnya yang masih memerah.

The Story Of AlyaWhere stories live. Discover now