Saya berakhir dengan air mata.
Sesak dada.
Juga badan yang terlalu lelah menahan tekanan.Saya semakin takut melangkahkan diri ke masa depan.
Karena saya sudah tahu rasanya, sakitnya egois seorang teman, pengkhianatan persahabatan, cemburuan keterlaluan, lingkungan sekolah dan rumah sama saja.Sama sama menyebalkan dan saya tidak perlu perkataan mereka.
Tapi sialnya setiap malam saya memikirkannya dan bertanya,"Mau jadi apa saya ini?"
Ketika egois dan gengsi sudah berpadu menjadi satu.
Kegiatan banding-membandingkan sudah panas di telingaku.
Saya menutup pintu, mengunci dan terdiam di pojok kamar.
Akankah saya mendapat kebahagiaan lebih dari pada kesedihan ini?
Kendari, 10 April 2019
Rabu. 21:44
Berakhir sudah Perasaan dan Kenyataan.
Saya tidak menginginkan akhir sub-bab seperti ini.
Tapi, saya juga tidak menjanjikan bahwa akan berakhir bahagia.Terima kasih, untukmu...
Yang selalu ada setia di cerita ini.Entah hanya sekedar memberi bintang tidak membaca, sekedar membaca tidak memberi bintang, sangat mengapresiasi karya saya, atau hanya sekedar singgah lalu pergi.
Terima kasih. Tanpa kalian, mana bisa selesai cerita ini.
Terima kasih atas pujian, kritikan juga harapan baik secara langsung dikatakan atau dikatakan lewat media.
Terima kasih.
Terima kasih.Saya tidak pernah se-bersyukur ini kawan.
Sehat selalu, ya!

KAMU SEDANG MEMBACA
Perasaan dan Kenyataan
Poesía[SELESAI] Kata-kata ini tidak dirangkai asal jadi. Kata-kata ini tercipta dari lahirnya kenangan yang bisa diabadikan dengan untaian kata-kata.