"Kenapa kamu keliru?" Semesta seakan bertanya pada seseorang yang diam membisu.
"Janganlah keliru. Kamu harus tetap bertahan hidup." Katanya."Sok tau!" Jawabku meledek.
"Kasar sekali mulutmu, mau ku binasakan kau?" Bergantian semesta yang berbicara kasar.
"Maaf. Apa yang ku kelirukan itu hanya hal yang biasa." Jawabku ragu.
"Omong kosong. Hal itu sangat berdampak padamu. Liat betapa hancurnya dirimu sekarang!" Semesta tidak berteriak, tapi kata-katanya cukup memukul egoku.
Cermin itu ia buangkan padaku, terhempas, jatuh, dan hancur. Tak bisa utuh lagi.
"Cermin itu, itu kamu."
Untukmu yang sedang keliru.
Hal itu biasa tapi berdampak luar biasa.Kendari. 17 Oktober 2018
Rabu. 18:13

KAMU SEDANG MEMBACA
Perasaan dan Kenyataan
Poetry[SELESAI] Kata-kata ini tidak dirangkai asal jadi. Kata-kata ini tercipta dari lahirnya kenangan yang bisa diabadikan dengan untaian kata-kata.