Sunni 14

14.8K 1.3K 90
                                    

Koreksi typo yaa..
Khusus di Up pada Sabtu malam untuk menemani para jomblowati yang jodohnya lagi belai cewek lain 😂 (bencanda)✌

Malam ini Sunni merasa begitu sulit untuk memejamkan matanya. Entah apa yang menjadi sebabnya tapi yang jelas pikirannya masih saja berputar tentang kejadian tadi siang. Seorang Fahri mengajaknya makan siang. Ya walaupun tidak ada percakapan serius yang terjadi, tetap saja hal itu membuat Sunni jadi sedikit gelisah. Dia ingat betul bagaimana Fahri menatapnya, walaupun terlihat datar tapi Sunni merasa tatapan itu penuh arti.

Sambil memeluk gulingnya Sunni menatap ke arah jendela. "Kenapa jadi mikirin dia terus sih?" Buru-buru Sunni menghapus pikiran itu. Dia harus fokus pada hidupnya yang sekarang.

"Jangan ada cinta dulu, fokuslah pada kariermu Sunni" gumamnya. Lagipula Fahri hanya mengajaknya makan, bahkan lelaki itu irit bicara, sekali bicara hanya tentang pekerjaan. Lalu apa yang harus membuatnya baper?

"Tidak... tidak... ini tidak benar Sunni. Fokus... fokus" Sunni terus mengulangi kata-kata itu seperti mantra.

.
.
.

Di ruang kerjanya Fahri hanya menatap berkas-berkas itu tanpa melakukan apapun. Di dalam pikirannya hanya ada wajah seorang perempuan yang tidak bisa dibilang biasa saja. Dia anggun dengan caranya dan Fahri suka itu.

Rambut panjangnya, matanya indahnya ketika tersenyum dan bibir kecilnya ketika manyun itu sungguh menggemaskan. Jangan tanya darimana Fahri bisa melihat semua itu, dia memiliki akses untuk melihat CCTV di ruang kelas. Baginya walau sedang tidak berada di tempat, melihat kegiatan Sunni lewat CCTV juga sudah cukup menyenangkan.

Sejak pertemuan pertama mereka yang terbilang tidak biasa membuat Fahri sedikit punya rasa penasaran dengan sosok Sunni. Hingga akhirnya dia bertanya dengan sang ayah tentang Sunni. Dari sana lah Fahri tahu tentang kehidupan Sunni yang ternyata membuatnya tersentuh.

Cukup banyak wanita di sekelilingnya yang lebih cantik tapi ntah mengapa hanya Sunni yang mampu membuatnya memandang lebih dari dua kali. Bagi Fahri, ini termasuk rekor karena biasanya dia tak pernah memandang wanita lain lebih dari dua kali. Sebelum ini, dia pernah jatuh cinta dan itu berakhir dengan tragis karena tunangannya meninggal dalam kecelakaan 4 tahun yang lalu. Setelah kepergian Aura, Fahri tidak pernah lagi jatuh cinta, baginya pekerjaan adalah hidupnya saat ini. Lalu sekarang? Entahlah...

"Sunni.... " gumam Fahri sambil memutar bolpoin ditangannya. "Sejak kapan? Ini aneh" sambungnya lagi.

Doni, sekertaris Fahri masuk setelah mengetuk pintu lebih dari tiga kali. "Permisi, Pak Fahri"

Fahri tersentak. "Oh, ya" jawabnya sambil kembali menegakan tubuh.

"Saya sudah mengetuk pintu tapi tidak ada jawaban dari bapak jadi-"

Fahri mengangkat tangannya. "Ada apa?" Tanya nya langsung.

Doni mengangguk. "Saya mau memastikan kembali apakah bapak sudah menandatangani berkas itu" Doni menunjuk berkas yang ada di hadapan Fahri.

"Oh, ini masih saya baca. Kamu bisa kembali 10 menit lagi"

Doni mengangguk lalu keluar dari ruangan kerja Fahri.

Sepeninggal Doni, Fahri menghela nafasnya. Hanya karena memikirkan Sunni dia menjadi tidak fokus. Sebaiknya dia menyelesaikan pekerjaan ini lebih dahulu.

.
.
.

Pagi ini Sunni hanya membuat sarapan yang simpel, roti bakar dengan selai coklat kacang dan secangkir teh melati. Baru gigitan kedua suara ketukan pintu mengintrupsinya. Buru-buru Sunni menuju pintu dan membukanya.

Di depannya saat ini berdiri seorang gadis kecil nan lucu, dengan rambut yang di kuncir kuda serta poni di atas alis itu membuat Sunni ingin mencubit pipi gembulnya.

"Cari siapa, sayang?" Tanya Sunni sambil duduk berjongkok.

"Cari tante, mau kasih ini" dia memberikan Sunni sebungkus plastik berwarna hitam yang ternyata isinya buah naga.

"Wah, enak sekali. Terimakasih anak cantik" gadis kecil itu tampak tersipu malu.

"Ngomong-ngomong ini buahnya dari siapa?"

Gadis kecil itu menunjuk rumah besar yang ada di halaman utama dari rumah kost an ini.

Sunni mengangguk cepat. "Owh, bilang makasih ya"

"Iyah, kata papah tante yang bobo disini cantik. Jadi aku mau antar. Biasanya aku suka antar buah ke tempat tante Lina yang ada disana-" gadis kecil itu menunjuk kamar kost yang berada di pojok kanan. Itu kamar Lina, dia adalah seorang karyaaan bank. Wanita yang cantik dengan hijab.

"Owh, iya. Itu tantenya cantik sekali" jawab Sunni antusias.

"Iyah, aku suka tante Lina. Dia mau jadi mamah aku, tapi kata papah belum boleh" akunya jujur.

Sunni tertawa. Anak kecil memang selalu jujur. Dia baru tahu kalau ternyata Lina menyukai Radit.

"Jadi, sekarang gadis cantik mau antar plastik itu ke tempat tante Lina juga?" Dengam cepat dia mengangguk.

"Aku cuman mau antar kalau ada putri cantiknya. Kalau sama pangeran yang disana-" dia menunjuk kamar kost diseberang Sunni. "Aku nggak mau, pangerannya suka cubitin pipi aku. Jadi Bi Surti aja yang antar" serunya.

Kalimat gadis kecil ini sukses membuat Sunni tertawa lagi. "Kamu lucu banget sih. Namanya siapa kalau tante boleh tau?"

"Nama aku Ferina tapi papah aku biasa panggil Fee, Plinses Fee yang cantik" dia tersenyum lebar dengan memperlihatkan gigi susu yang putih dan rapi.

Ya Tuhan lucu sekali. Sunni benar-benar ingin mencubit pipinya, andai boleh.

"Ya udah ya tante. Aku mau ke tempat Tante Lina dulu. Nanti tantenya keburu kerja. Dadah" dia melambaikan tangan pada Sunni sambil berlari kecil.

"Huh! Imut sekali anak itu" gumam Sunni. "Sayang sekali gadis sekecil itu harus kehilangan ibunya saat melahirkan dirinya".

Hasil keponya dengan Bi Surti memang membuahkan hasil. Dia tahu ternyata Radit adalah seorang duda dengan satu orang putri berumur 5 tahun. Maka dari itu dia ingin mengatakan hal itu pada Nisya kemarin. Karena jarang sekali ada perempuan yang mau menerima duda plus anaknya. Walaupun Fee tinggal bersama kakek dan neneknya, tetap saja wanita yang bersama Radit kelak harus bisa menerima Fee seperti anaknya sendiri.

Sunni kembali masuk ke dalam rumah saat melihat Fee mengobrol asik dengan Lina.

Dari dalam rumahnya, Radit memperhatikan komunikasi Sunni dengan putri kecilnya Fee lewat tirai. Mereka terlihat cocok dan Sunni juga seperti menyukai Fee apa adanya. Seulas senyum terbit dari bibir Radit sebelum dia kembali menutup tirai itu.

.
.
.

Selamat berakhir pekan..
Lanjut kalo udah 300 vote yaa 😘
Dadah 🐙

Banjarbaru, 13 April 19

SUNNI (LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang