Sunni 21

13.3K 1.3K 81
                                    

Cuap-cuap Akyu.. kalau aku ada typo tolong diperbaiki yaa. Maklum emak2 berdaster ini kadang suka ngebut ngetiknya. Terus kalau ada juga ditemui kesalahan dalam penulisan nama, tolong dimaklumi dan diberitahu ya. Kadang aku syuka lupa kalau lama nggak Up 🤣. Bila tulisan saya singkat juga dimaklumi karena saya juga bekerja, urus rumah, anak n suami 😂. Jadi khusus untuk saya banyak-banyak dimaklumi 😋 sekian.
.
.
.

Boleh saya rindu kamu?

Sudah 10 kali Sunni membaca isi pesan itu tapi dia masih saja gagal paham. Ini Pak Fahri salah kirim atau bagaimana. Tanpa hujan dan petir tiba-tiba saja ada pesan masuk yang isinya membuat Sunni syok dan hampir hilang waras. Dia senyum, kadang kembali mikir, senyum lagi, mikir lagi. Apakah mungkin Pak Fahri rimdu padanya? Siapa Sunni sampai seorang Fahri harus bertanya demikian?.

"Nggak mungkin. Aku yakin ini pasti salah kirim!" Sunni menguatkan hatinya agar tidak terjebak perasaan semu.

"Tapi kenapa bisa sampai salah kirim? Mungkin kontak dia Sunni dan Sayang berdampingan. Jadi bisa saja itu hanya salah kirim. Iya, pasti begitu!" Setelah kembali pada kewarasannya, Sunni meletakan ponselnya dan kembali memejamkan mata. Besok masih ada hari berat yang harus dia lalui.

Di dalam sebuah kamar hotel, Fahri tak henti memandang ponselnya. Tidak ada notif apapun yang masuk setelah dia mengirim pesan memalukan pada Sunni.

"Apa dia sedang tidur? Tapi pesan ini sudah bercentang biru" seketika Fahri frustasi dan mengacak rambutnya. Sungguh dia malu jika nanti berhadapan dengan Sunni. Apa yang harus dia katakan? Ya Tuhan.

.
.
.

1 minggu kemudian

"Pak, ini kita sudah sampai" kata Doni menghancurkan lamunan Fahri.

Fahri merapikan kemeja biru mudanya dan membuka pintu mobil. Sebenarnya dirinya sungguh tidak siap. Walau tragedi pesan itu sudah berlalu satu minggu tapi Fahri yakin kalau Sunni masih mengingatnya.

Belum genap lima langkah dia meninggalkan mobil, dari kejauhan Fahri sudah dapat melihat Sunni tengah berjalan ke arahnya bersama seorang laki-laki yang dia yakini itu adalah salah satu guru olahraga disekolah ini.

Senyumnya selalu manis dan rambutnya yang dibuat sedikit bergelombang itu diikat kuda sehingga menyisakan anakan rambut disampingnya, terlihat anggun. Fahri hampir tak bernafas ketika sepasang mata indah itu kini melihat ke arahnya.

Senyum Sunni memudar kala melihat wajah Fahri di kejauhan. Jantungnya berlomba dan lututnya terasa lemas. Laki-laki itu pergi selama dua minggu dan meninggalkan pesan penuh misteri untuk Sunni. Dia ingin bertanya tapi malu. Malu tapi juga mau tau. Entah lah Sunni bingung.

Dengan kecanggungan yang tampak keduanya berhadapan.

Fahri memberikan tatapan tak terbaca pada guru laki-laki itu. Seolah paham keadaan. Laki-laki itu pamit lebih dulu dan meninggalkan Sunni yang berdiri kaku di depannya.

"Se-lamat pagi, pak" sapanya.

Fahri menikmati wajah itu. Ada guratan merah muda yang tampak. Ya Tuhan, dia benar-benar merindukan wanita ini.

"Selamat pagi, Sunni...."

Sunni memberanikan diri untuk balas menatap dan tersenyum kecil. Dia tak tahu harus berbicara apa sekarang. Jadi lebih baik dirinya pergi saja.

"Saya permisi, pak" ucap Sunni dengan berjalan lebih cepat.

"Tunggu-"

Mau tak mau Sunni harus berhenti dan berbalik.

"Ya, pak?"

"Nanti setelah selesai mengajar. Bisa kah kita makan siang bersama?"

Pertanyaan itu seperti terdengar seperti "apakah kau mau kencan dengan ku?"  Ditelinga Sunni.

SUNNI (LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang