(1) Penantian Yang Salah

777 24 6
                                    

"Bolehkah aku benci keadaan ini?"
keadaan yang selama ini aku khawatirkan, terjadi sudah.
"Ah, sudahlah kim. Semua sudah terjadi, apa yang mau dipertahankan lagi?"

***

Saat itu, tepatnya 06 Juni 2017 langit seakan mendung menghiasi suasana hati yang gemuruh sedih. Seakan tidak sanggup untuk melakukan apa saja.

"Kim, kamu yakin dengan keputusanmu? Apa enggak dipertimbangin lagi?" Sahabatku bertanya.

"InsyaAllah aku yakin, selepas ini aku enggak mau lagi memulai sesuatu dengan yang namanya pacaran lagi."

"Semoga ini keputusan yang terbaik, aku senang kalau kamu berfikiran seperti itu"

"Aamiin, minta do'anya ya". Pintaku.

Namaku Kimi, saat itu usia ku baru memasuki 22 tahun. 2 tahun belakangan, aku pernah menjalin kasih dengan dia yang tak dapat ku sebut namanya. Ya, cukup menjadi kenangan saja. Karna bagiku masa lalu adalah harapan yang dulu pernah aku impikan untuk bisa bersama. Jadi tak perlu memaksa untuk secepatnya bisa melupakan, biarlah waktu yang mempertemukan ku dengan keadaan yang seharusnya aku jalani, tanpa ada lagi rasa sakit dan kecewa seperti yang pernah ku rasakan.

Malam itu tanggal 16 Juli 2017 tepat pukul 00.01, lagi-lagi aku mengingat dia yang dulu pernah mengisi hati. Aku ingat sekali setiap bulannya dia selalu mengucapkan sesuatu yang membuat hatiku bahagia. Dan dia yang selalu menjadi alarm subuh setiap waktu.

"ah sudahlah kim, untuk apa mengingat sesuatu yang sudah hilang, toh dia juga sudah lupa"

Benar, aku sangat bodoh akan hal untuk melupakan seseorang, apalagi dia yang pernah singgah didalam hati.

Handphone ku bedering, dan dengan sigap aku langsung mengambil dan melihat siapa yang nelfon. Ternyata bukan dia, melainkan sahabatkku.

"Assalamu'alaikum" sapaku sambil mengusap air mata.

"wa'alaikumussalam beb, pasti kamu belum tidur?"

"Kenapa beb, tumben nelfon malam-malam?"

"udahlah beb, kalau mau nangis jangan ditahan, nangis aja. Aku akan dengarkan semua keluh kesahmu"

"aku benci keadaan ini beb, udah sebulan kenapa malah makin sulit lupa, padahal setiap saat aku udah coba" sambil terisak

"kamu gak sendirian, kamu punya Allah. Allah akan bantu kamu, asal kamu benar-benar ikhlas dengan semuanya. Kamu tau dia lagi ngapain sekarang? Gak kan? Bisa jadi dia lagi tidur dengan nyenyak, lah sedangkan kamu jam segini ngapain? Ngabisin air mata buat tangisi dia? Bodoh kamu!"

Aku hanya bisa terdiam dengan isak tangisan.

"selepas ini aku gak mau lihat atau dengar kamu nangis lagi hanya karna dia"

"InsyaAllah beb"

"yaudah coba kamu ambil wudhu', sholat trus tidur, mudah-mudahan hati kamu bisa jauh lebih tenang"

"iya beb, makasih udah peduli dan jangan pernah bosan untuk ingatkan aku terus"

Esoknya, Alhamdulillah hatiku jauh lebih tenang. Aku berusaha untuk tetap fokus dengan kuliah dan karirku.

Bulan-bulan selanjutnya, aku udah mulai lupa dengan dia. Karna disibukkan dengan aktifitas keseharianku.

"oke, pagi ini aku siaran. selepas itu aku kekampus, ba'da dzuhur aku ngajar private, ba'da ashar aku ngajar private lagi, ba'da maghrib lanjut ngajar mengaji di musholla, dan ba'da isya lanjut ngajar private kembali.

Dan waktu aku untuk memikirkan kamu kapan? Ya tidak ada, tidak akan ada celah lagi untuk kamu bisa nyelip dalam rutinitasku, sambil tertawa kecil sendiri" hihi

MasyaAllah.. sebegitu antusiasnya aku, sebegitu optimisnya aku untuk bisa melupakan kamu dengan menyibukkan hari-hariku. Aku bisa, aku pasti bisa.

Aku kimi, ya kimi nama panggilan akrabku di kampus, mereka sering memanggilku kimi. Entah berawal dari mana, aku pun tak tau.

Ini sahabatku yang selalu ada saat suka dan duka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini sahabatku yang selalu ada saat suka dan duka. Allah mempertemukan kami semenjak kami duduk dibangku SMK. Kalau ditanya tentang selisih paham, kita sering mengalaminya. Tapi pasti salah satu diantara kita ada yang mengalah. Dia sudah kuanggap seperti saudara kandungku sendiri.

 Dia sudah kuanggap seperti saudara kandungku sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Next?
Jangan lupa vote dan comment yaa..

Jarak Dalam Do'aTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang