(6) Perjuangan

228 17 3
                                    

Keterikatan bathin yang begitu kuat terjalin ketika kita menepaki bersama jalan perjuangan.

Karena kita akan saling mengenal ketulusan keduanya dan saat itu kita saling menikmati pengorbanan di antara kita.

Setelah usai latihan para selama 2 bulan lamanya, Mas Kiki melanjutkan rutinitas kesehariannya di batalyon. Dan akupun juga masih bergelut dengan keseharianku di kampus.

Seiring berlajalannya waktu, sudah memasuki bulan September 2018, Mas Kiki kembali menghubungi aku.

"Assalamu'alaikum kimi, gimana kabarnya?"

"Wa'alaikumussalam, Alhamdulillah sehat. Mas gmana keadaannya?"

"Sehat, Alhamdulillah.. Mas minta do'anya InsyaAllah jika Allah mengizinkan mas akan mengemban Amanah baru"

"InsyaAllah mas, kim do'akan yang baik-baik untuk pekerjaan mas"

"Makasih kim. Percaya sama mas, tak lama lagi mas akan buktikan ucapan mas untuk temui langsung keluarga kimi. Tapi belum sekarang, InsyaAllah Allah menyegerakan"

"Aamiin.. InsyaAllah mas"

Menunggu itu berat, benar kata orang-orang. Apalagi orang yang ditunggu belum pernah terlihat didepan mata. Aku gak kenal dia, dia gak kenal aku. Aku gak tau siapa keluarganya, begitupun sebaliknya.

Tapi aku yakin, Allah mempertemukan kami dalam keadaan seperti ini pasti ada maksudnya. Banyak-banyak berdo'a, itu kuncinya. InsyaAllah ada jalan untuk niat baik ini.

Bulan September, Oktober, November telah berlalu. Memasuki awal Desember. Tepat pada tanggal 05 Desember, Mas Kiki tiba-tiba ngirim photo surat cuti di WA ku.

"InsyaAllah Mas dan orang tua mas akan temui keluarga kimi dalam waktu dekat ini. Tungguin mas yaa, do'akan Mas Selamat sampai tujuan"

"Orang tua Mas juga kesini?"

"Iya, kan mas niatnya serius, bukan untuk main-main, lagian mas cuti cuma setahun sekali, jadi mas gak mau menyia-nyiakan kesempatan"

Ini benaran? Serius? Allahuakbar.. Tiba-tiba mataku berkaca-kaca, tanpa berfikir panjang aku langsung ingin cepat-cepat pulang dari kampus dan mengabarkan kepada kedua orang tuaku.

Dan waktu yang tepat saat itu adalah pada malam hari. Setelah rutinitas terselesaikan semuanya.

"Ma.. Pa.. Mas Kiki mau silaturahmi kerumah, boleh kan?"

"Ya boleh lah, kapan dia mau kerumah?"

"InsyaAllah dalam waktu dekat ini, tapi dia kesini bawa orang tuanya sekalian"

"Berarti dia betul-betul mau serius sama kimi tu, jadi pas dia kesini, nanti gimana persiapannya? Apa cuma mau silaturahmi aja apa gimana?" Tanya papa ku

"Belum tau pa, nanti kim tanyain Mas kiki dulu gimana rencana kedepannya"

"Kimi sudah siap apa belum? Karna ini bukan perkara main-main kalau sudah membawa orang tua"

"InsyaAllah udah pa"

Ya Allah.. Tanpa ada rasa ragu di hati, spontan aku langsung jawab udah? Aku berhasil meyakinkan diriku dan orang tuaku. Bahwasanya aku benar-benar yakin dengan keputusanku.

"Mas sudah sampai dirumah, dan mas sudah mengutarakan niat baik mas untuk kimi ke keluarga mas, InsyaAllah ba'da jum'at tanggal 14 mas berangkat dari binjai ke pekanbaru"

"Mas bilang apa sama keluarga mas? Orang tua kim nanyain, besok itu kita mau gimana? Apa mas cuma silaturahmi aja atau gimana?" Spontan aku panik, beneran.

"InsyaAllah mas akan ngikat kim. Kita tunangan"

MasyaAllah.. Dia langsung seyakin itu, bahkan kami sama sekali tidak pernah berjumpa, dan dia langsung yakin mau menjadikan aku calon istrinya? *ngomong dalam hati, terharu

"Mas.. Nanti coba orang tua kita komunikasi dulu ya, karna ini bukan perkara main-main. Biar jelas gimana kedepannya nanti"

"Iya kim, nanti malam mas telfon ya"

Oke malam harinya, jujur aku dag dig dug menunggu telfon dari Mas Kiki. Perasaanku khawatir, cemas dan takut campur aduk semuanya jadi satu.

"Assalamu'alaikum kim"

"Wa'alaikumussalam mas"

"Ini orang tua mas mau ngomong langsung dengan orang tua kimi"

"Iya mas" dan aku langsung memberikan handphone ku dengan papa ku.

Saat itu aku tinggal telfonnya, karna aku mau bergegas untuk mengajar anak-anak di Musholla dekat rumahku.
Setelah selesai ngajar, aku langsung cepat-cepat pulang kerumah. Tak sabar mau tau apa yang sudah di omongkan orang tuaku dan orang tuanya Mas Kiki.

"Assalamu'alaikum" Masuk rumah

"Wa'alaikumussalam" saut mamaku

Ternyata mama dan papaku sudah ada diruang tamu ngobrol-ngobrol berdua.

"Pa.. Tadi ngomong apa aja sama orang tua nya Mas Kiki?"

Papaku jawab dengan senyuman. Bikin aku jadi geregetan tau.

"Pa.. Serius.. Ngomong apa aja? Tanyaku kembali

"InsyaAllah tanggal 14 besok Kiki dan keluarganya berangkat untuk kesini, dan tanggal 15 kalian tunangan. Kimi betul-betul sudah siapkan? Tanya papaku kembali.

"InsyaAllah pa.. InsyaAllah kim siap"

Ya Allah.. Air mataku tiba-tiba netes, terharu karna Mas Kiki benar-benar akan membuktikan ucapannya.

Dan papa mamaku menasehatiku panjang lebar, hingga tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 00.30.

Kita tak tau kedepannya akan dipertemukan dengan siapa, kapan, dan dimana?

Yang perlu kita persiapkan sekarang adalah bekal ilmu, kepercayaan serta kesiapan untuk menuju menyempurnakan separuh agama.

***

Next? Jangan lupa Follow, vote dan comment yaa..

Jarak Dalam Do'aTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang