(5) Kesabaran

278 15 3
                                    

“Permisi, benar ini rumahnya kimi?”

“ya benar, saya orang tuanya”

“ini pak, ada paketan bunga, minta tanda tangannya sebagai tanda serah terima ya pak”

Tiba-tiba siang itu ada paketan bunga dari seseorang yang membuat papaku kebingungan.

“Assalamu’alaikum” masuk kedalam rumah

“wa’alaikumussalam, itu dimeja ada bunga, ada yang ngirim tadi kesini”

“hah, dari siapa pa?”

“coba aja periksa beb, siapa tau ada nama pengirimnya” saut sahabatku elsa

Kebetulan saat itu aku dan elsa baru pulang dari luar.

“MasyaAllah.. ini beneran? Kok bisa tau alamat ini? Tau dari siapa ya?” spontan mataku berkaca-kaca, dengan penuh kebingungan.

“Dari siapa beb? Seneng banget nampaknya sahabatku ini” pura-pura tidak tau sambil senyum-senyum seperti ada yang ditutupi.

“Dari Mas Kiki beb, sambil ngomong kegirangan. Tapi Mas Kiki tau dari mana ya alamat rumah ini? Sebelumnya dia juga ga pernah minta alamatku.

“hemm.. aku curiga, pasti kamu kan yang ngasih tau alamat ini ke mas kiki?” tanyaku

“Hahahaa Alhamdulillah.. akhirmya aku bisa lihat wajah bahagiamu lagi beb, jadi ikut seneng deh. Okee aku jujur, mas kikimu itu tiba-tiba ngirim pesan ke Instagramku, dia bilang jangan dulu kasih tau ke kamu, dia mau ngasih sesuatu untuk ngeyakinin kamu. Walau belum seberapa sih yang dilakuinnya, tapi aku turut bahagia ngelihat wajahmu bahagia gini beb”

“heemmm... makasih yaa” *hug

Dan saat itu juga aku langsung menghubungi Mas Kiki, lewat chat WA saja. Jujur, aku belum berani nelfon Mas Kiki secara langsung.

“Assalamu’alaikum, terimakasih paketan bunga Doraemonnya Mas. Alhamdulillah kim suka”.

“Wa’alaikumussalam, Alhamdulillah kalau kimi suka. Hari ini bunga dulu ya, InsyaAllah cincinya menyusul”

Dengan cepat  Mas Kiki langsung balas chatingku, dan melihat jawabannya Mas Kiki aku sontak jadi senyum-senyum sendiri dan aamiin kan dalam hati.

“Duuhh udah kayak apa ya hatiku ini? Alhamdulillah walau sederhana yang dilakukannya, ini bisa membuatku senang”.

***

Malam ini mataku susah terpejam, satu-satunya cara yang bisa ku lakukan adalah dengan menulis kisah hari ini di diaryku. Setelah beberapa menit lamanya, alarm tahunanku berbunyi. Ternyata hari ini tanggal kelahiranku. Ya, umurku sudah memasuki usia ke 23 tahun.

Tak lama kemudian, ada notice WhatsApp dari Mas Kiki.

"Barakallah fii umrik kimi. Semoga senantiasa diberi kesehatan lahir dan bathin, panjang umur  serta di murahkan rezekinya. Maaf saat ini Cuma tulisan ini yang bisa mas kirim, InsyaAllah Allah menyegerakan niat baik mas ke kimi tahun ini”

“Aamiin, makasih ya mas do’a baiknya. Semoga Allah ijabah do’a dan niat baik dari mas”

MasyaAllah.. sesenang itu aku membalas chat dari mas kiki. Gak tau kenapa dari sekian banyaknya lelaki, yang sontak ada di fikiranku cuma satu, ya itu mas kiki.

“Semoga Allah mempermudah langkah mas kiki, aamiin..” do’a dalam hati.

Pertengahan April tepat beberapa minggu lagi mau memasuki bulan Ramadhan tiba-tiba Mas Kiki menghubungiku lagi, ya hanya lewat chat WA. Kami sangat jarang telfonan, hanya sering komunikasi melalui chating saja.

“Assalamu’alaikum kim, mas pamit ya untuk 2 bulan kedepan mungkin kita bakal jarang komunikasi. InsyaAllah besok mas berangkat ke Bandung mengikuti pelatihan Para. Mas harap kimi bisa jaga kesehatannya dengan baik. InsyaAllah jika Allah mengizinkan selesai pelatihan ini, tepatnya selesai lebaran mas mau ambil cuti dan temui keluarga kimi”

Jujur, saat mebuka chat dari Mas Kiki hatiku saat itu campur aduk. Takut, khawatir, senang, dag dig dug gak jelas. Aku khawatir dengan latihannya Mas Kiki disana, aku takut bakal gak dapat kabar lagi dari Mas Kiki, dan aku senang karna mas kiki akan menyegerakan niat baiknya. Fikiranku sudah gak tentu arah.

“Aaahhh kim, Mas Kiki itu hanya butuh do’a bukan ketakutan, dan kekhawatiran dari kamu” ngomong sendiri sambil geregetan

“Wa’alaikumussalam mas, beneran besok ya mas berangkatnya?”

“Iya kim, InsyaAllah besok mas sudah berangkat. Ada apa kim?”

“Tak ada apa-apa mas, hati-hati diperjalanan, baik-baik latihannya, sesibuk apapun sholatnya mas jangan sampai tinggal ya”

“Makasih perhatiannya ya”

Aaaaa udah gak ada malu lagi tau aku tu balas chat dari Mas Kiki gitu. Padahal aku niatnya dari awal kenal sama Mas Kiki pengen biasa-biasa aja sih, tapi sekarang kok malah perhatian trus khawatirin Mas Kiki?" bingung sendiri

Seperti biasa hari-hariku dipenuhi dengan rutinitas kesehariaku. Pagi aku kekampus bimbingan, ba’da dzuhur aku ngajar les, ba’da ashar lanjut ngajar lagi, ba’da maghrib aku ngajar mengaji di Musholla dekat rumah dan ba’da Isya aku lanjut ngajar les kembali. Begitulah keseharianku penuh dengan banyak anak-anak.

Alhamdulillah aku bahagia dengan aktifitasku. Tapi tak dipungkiri, rasa khawatir terhadap Mas Kiki masih tetap terngiang difikiranku.

Tepat seminggu sebelum lebaran, tiba-tiba aku dapat notice chat WA dari Mas Kiki, MasyaAllah sebahagia itu aku. Belum juga pesannya di buka, udah kesenangan gitu hehehee

“Assalamu’alaikum.. gimana kabarnya kim?”

Dengan sigap aku langsung membalasnya,

“Wa’alaikumussalam, Alhamdulillah sehat, mas sehat kan disana? Gimana latihannya? Ga ada yang cidera kan mas?” over banget deh aku

“Alhamdulillah mas sehat, latihannya seru, ada yang sedikit cidera..”

“apa yang cidera mas?” panik seriusan

“teman mas yang cidera, bukan mas, syukur alhamdulillah cideranya gak parah”

“huh kirain.. mas ini bisa aja buat panik”

“ciiee panikan.. tandanya apa ya?”

“apa sih mas, ga ada pake tanda-tanda lah” sok jaim iih si kimi ini hehhhee

“ohya, mas mau ngabari, selesai lebaran besok mas ga jadi ambil cuti, karna mas harus balik ke bandung lagi, masih ada latihan. Maafin mas ya, belum bisa penuhi niatan mas buat ketemu sama keluarganya kim. Tapi yakin sama mas, InsyaAllah mas akan buktikan kata-kata mas, tahun ini mas akan datang temui keluarga kimi”

“iya mas gpp kok, yang penting mas disana sehat-sehat terus, InsyaAllah nanti ada masanya mas bisa ketemu dengan keluarga kim”

“kimi masih mau nunggu mas kan?”

“kim ga bisa janji untuk nungguin mas, karna umur ga ada yang tau kan. tapi InsyaAllah kim akan pegang niat baik mas”

“kim bisa menjaga disana kan?”

“tanpa mas minta pun kim pasti akan menjaga”

“makasih yaa, Alhamdulillah mas senang”

Ujian itu bisa datang kapan saja, dimana saja, dan kepada siapa saja. Yang perlu aku lakukan sekarang adalah meyakinkan hatiku dan jangan pernah putus berdo’a kepada sang pemilik hati. InsyaAllah aku yakin, Mas Kiki orangnya tulus. Walau bukan sekarang, mudah-mudahan kedepannya ada jawaban dari segala kekhawatiran hati, aamiin..

***

Next? Jangan lupa Follow, vote dan comment yaa..

Jarak Dalam Do'aTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang