01) Young

2K 277 38
                                    

"Apa yang biasa dilakukan saat muda?"




Kamar dengan nuansa hitam merah itu tampak sama dengan kapal yang baru saja dihantam ombak besar.

Berantakan dengan berbagai barang tercecer di sana-sini.

Satu orang masih setia mengulung diri dalam balutan selimut, menghindari hawa dingin yang berhembus melalui AC.

Pintu yang terletak di salah satu sudut terbuka, menampakan seorang pria yang tengah menggosok rambut basahnya.

Pelan-pelan pria itu mendekati ranjang, membangunkan seorang lain dengan bisikan lembut dan sedikit seduktif.

Si wanita muda meleguh, kemudian mengerjap sebelum tersenyum simpul.

Morning kiss. Ciuman yang awalnya biasa lama kelamaan berubah menjadi lumatan. Keduanya terpejam, menikmati sensasi saat lidah keduanya mulai melilit satu sama lain.

Perlahan, ciuman yang dilakukan si pria mulai turun. Mengarah ke arah leher putih si wanita, sambil terus mengecup dua tanganya tak berhenti menggerayangi punggung polos si wanita dengan gerakan sensual.

Beberapa menit berlalu kegiatan dua anak manusia itu masih berlanjut.

Hingga saat si wanita hendak melakukan hal lebih, si pria lebih dulu menahan.

"Masih pagi, kau pasti lelah setelah 'bermain' semalam," ia berkata lembut, tangan kekarnya merapikan anak rambut si wanita yang agak berantakan.

Si wanita memberengut, jemari lentiknya sengaja ia arahkan ke dada si pria yang tak tertutupi apapun. Membuat pola abstrak dengan gerakan 'nakal'

"Apa kau tak menginginkan ku?" wajah cantiknya ia buat layaknya puppy. Membuat si pria menggeram menahan gejolak.

"Bukan begitu, tapi ini masih pagi. Aku juga harus pergi bekerja, Luhan."

Wanita itu, Luhan. Mengerucutkan bibir, ia mendekap selimut yang membungkus tubuhnya erat.

Sementara si Pria, atau kita bisa memanggilnya Kai. Menghembuskan napas berat, jika sudah begini hanya ada satu cara.

Cup!

Luhan menoleh, wanita dengan mata rusa itu menatap Kai. Mungkin lebih tepatnya sesuatu yang pria itu sembunyikan di belakang punggung.

"Pejamkan matamu," perintahnya. Tanpa harus diminta dua kali, Luhan menurut.

Tepat pada hitungan ketiga Kai, Luhan membuka mata. Wanita itu tersenyum cerah saat mendapati paper bag dengan ukuran cukup besar terpampang di depanya.

Tanpa perlu bertanya, Luhan segera membuka hadiah yang diberikan Kai.

Tubuh Kai limbung, hampir saja ia terjerembab begitu Luhan memeluknya secara tiba-tiba.

"Terima kasih," ujarnya ceria. Tak lupa satu kecupan mendarat ringan di pipi Kai.

"Hanya itu?" Luhan yang mengerti maksud pria itu segera saja mendorong Kai hingga terjatuh di atas tempat tidur.

"Lain kali jangan menolak Tuan Kim, kau tahu sendiri pada akhirnya siapa yang akan kalah," Luhan berujar dengan nada sedikit menggoda.

Kai terkekeh pelan, pria itu memasang ekspresi sedih yang dibuat-buat.

"Ya, aku selalu kalah darimu. Makadari itu, kau bisa menghukum ku sekarang."

"Dengan senang hati," keduanya tersenyum, Luhan mendekat secara perlahan wanita yang masih terbungkus selimut itu mulai menciumi dada Kai pelan-pelan. Membuat si pria meleguh dengan mata setengah terpejam.

KILLING METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang