"Kita?"
Kyungsoo mengangguk, gadis itu kian merapatkan tubuhnya pada Chanyeol. Membuat si pria menahan napas dengan dua mata membulat.
"Aku ingin kita tetap berteman."
Wajah terbengong juga mulut setengah terbuka, itu ekspresi Chanyeol sekarang. Setelah membuat jantungnya berdegub dua kali lebih cepat, Kyungsoo mengutarakan hal yang sama sekali tak ia mengerti.
Tetap menjadi teman? Bukankah saat ini pun memang seperti itu?
"Aku sudah memutuskan Kai," ujar Kyungsoo tiba-tiba.
Chanyeol segera meletakan gitar kesayangannya kemudian menatap Kyungsoo lekat-lekat.
Ia terlihat tidak bercanda, sorot matanya mengatakan keseriusan. Namun terselip luka di dalamnya, ada apa?
Kenapa Kyungsoo tiba-tiba memutuskan Kai? Apa ini karena ia menyatakan perasaannya kemarin? Lalu kenapa Kyungsoo justru ingin mereka tetap menjadi teman?
"Jika kau ingin bertanya kenapa, aku juga tidak tahu. Keputusan itu yang terlintas di otakku. Aku lelah, entah kenapa," suasana jadi sedikit kikuk sekarang.
Chanyeol tidak tahu apa yang harus dilakukan, ia jelas tahu seberapa besar Kyungsoo mencintai pria itu.
"Apa kau masih mencintainya?"
Kyungsoo tak menjawab, gadis itu masih setia menunduk dalam. Menyembunyikan wajahnya yang sudah memerah dengan air mata menggenang, siap tumpah kapan saja.
"Jangan pernah menyakiti atau menyangkal perasaan mu sendiri. Aku tahu kau masih mencintai ..., Kai," sebenarnya Chanyeol agak sedikit malas menyebutkan nama itu.
Sebab, nama itulah yang membuat Kyungsoonya selalu menangis. Membuat gadis yang ia cintai, terus mencintai tanpa peduli ia terluka dan tersakiti.
Nama itu juga yang membuat gadisnya berubah jadi orang bodoh yang hanya mementingkan satu nama, tanpa peduli hatinya kian sakit tiap harinya.
Chanyeol teramat memahami Kyungsoo, ia tahu gadis itu melebihi dirinya sendiri.
"Aku tidak tahu, aku tak ingin munafik jika aku masih mencintai Kai. Tapi di satu sisi, aku lelah. Aku lelah dengan semua perlakuannya di belakang ku, aku juga lelah terus berpura-pura bodoh. Berpura-pura tak tahu apapun meski sebenarnya aku teramat tahu,"
Dengan segera Chanyeol merengkub gadis itu, membawanya ke dalam pelukan hangat begitu isakan kecil mulai terdengar.
Ini hal yang paling Chanyeol benci, melihat orang yang amat ia sayangi menangis.
"Menangislah, menangis sepuasmu. Tapi kau harus berjanji, tak akan ada lagi air mata di masa depan. Sekalipun ada, itu air mata kebahagiaan. Bukan kesedihan juga sakit hati, kau mengerti," jari besar Chanyeol mengusap lembut bawah mata Kyungsoo.
Kemudian dengan gemas ia kembali memeluk gadis itu, menggoyangkannya ke kanan-kiri sembari menyanyikan satu lagu secara pelan.
Kyungsoo awalnya terkejut, namun ia menikmati setelahnya. Jujur saja, ia memang butuh pelukan.
Pada akhirnya Kyungsoo juga Chanyeol terdampar di depan satu minimarket yang beroperasi duapuluh empat jam.
Keduanya duduk berhadapan dengan satu cup mie instan mengepul di di tangan.
Suara saling seruput jadi pengiring sebelum akhirnya Chanyeol membuka pembicaraan lebih dulu.
"Sudah merasa baikan?" Kyungsoo mengangguk, ia kembali menyeruput mie instannya.