Rani memasang mimik licik. Alisnya dimain-mainkan sambil terkekeh-kekeh kecil takut terdengar karyawan lain.
“Weeh..psstt” bisik Mona menuntut jawaban. Saking kesal dengan Rani yang masih mempertahankan mimik tadi, akhirnya Mona mencubit dengan kuat.
“Wadauuuw” Rani meringis kesakitan
“Rasain!” senyum kemenangan muncul di wajah Mona
“Mona...Mona...jadi cewe tuh harus feminin, lemah lembut...mana ada yang mau model tomboy kayak lo. Aiiih, ampe merah deh tanganku yang halus mulus ini”
“Hehee...makanya jangan macem-macem ama gue” ancem Mona. “So? Lo ngga kasih alamat gue ke dia kan?”
“Ya ngga lah...meskipun dia mohon-mohon setengah mati”
“Bagus” Mona tersenyum lega. “Tapi gimana lo bisa menghindar dari dia? Dia kan maniak banget..malah suka bikin heboh”
“Nah, itu lah hebatnya gue” Rani tersenyum sombong. “Model kayak dia itu, ada trik-triknya”
“Eh, trik apa?”
“Hehe..itu rahasia” sahut Rani dengan senyum misterius
“Halaaah...jangan pake rahasia-rahasian lah”
“Psstt...Pak Bram datang tuh...kerja-kerja”
Mona bergeser kembali ke posisi tengah di mejanya. Segera disentuhnya mouse dan menggerak-gerakkannya untuk menampilkan layar komputer yang masih dalam keadaan stand by tadi.
“Mona” panggil atasannya yang lumayan galak itu. Seorang pria berumur sekitar 40 tahunan dengan kumis agak melingkar keluar, model Pak Raden. Dia paling nggak suka kalau melihat bawahannya bergosip atau menganggur.
“Ya pak” sahut Mona
“Apa sudah selesai bahan presentasi untuk hari ini? Kita harus sampai di..”
“Hampir pak” potong Mona cepat. “Saya tinggal insert file-file gambar yang dibutuhkan lalu mengedit animasinya...pokoknya siang ini selesai. Beres pak!”
Pak Bram memukul pelan kepalanya dengan penggaris yang selalu dibawanya. Gayanya bak guru ‘killer’ di sekolah.
“Kamu itu...saya belum selesai ngomong, sudah langsung motong. Tidak sopan”
“Maaap pak” Mona memasang mimik innocent dengan lucu. “Maapin ya pak”
“Ya sudah..jam tiga nanti saya mau liat’
“Siap bos!” sahut Mona sigap lalu tenggelam dalam pekerjaannya.
Pak Bram cuma mengeleng-gelengkan kepalanya yang botak di tengah. Bawahannya yang satu ini, walaupun sedikit tomboy dan ‘urakan’ tapi bisa bekerja dengan efektif dan efisien. Jadi, tidak ada alasan baginya untuk memecat gadis itu.
Mona melirik ke jam dinding di depannya. Jam 12 siang. Akhirnya.
To Be Continued..

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta 7 hari
RomanceMona tidak menyangka bakal ada cowo yang mati-matian mengejar dirinya sebagai Susan, kekasihnya yang dahulu telah meninggal karena kecelakaan. Takdir mempertemukan mereka berdua setiap hari, bahkan akhirnya malah Jimmy, cowo itu bekerja di kantor ya...