“Bagus..the battle is now” Rani mengeluarkan gaya centil khasnya. Dengan gaya, ia mengibaskan rambutnya, mengedipkan mata lalu berjalan menghampiri ruang kerja Albert. Eh, pintunya ditutup setelah Rani masuk. Dengan penasaran, Mona mengintip dari kejauhan. Nampak dari kaca ruangan yang ditutupi dengan window blind, Rani tampak akrab berbincang-bincang dengan cowo itu yang tersenyum berkali-kali.
Aduh, gimana nih? Guman Mona. C’mon..think...think..think fast
Sambil menopang dagu, Mona menatap layar monitor komputernya dengan bingung. Tik tak tik tak...bunyi jam di dinding.
Aha!
Akhirnya sebuah ide nyanto di kepalanya. Mona bangkit berdiri dan menuju ke pojokan tempat gelas berada. Ia hendak membuatkan Albert secangkir kopi hangat untuk mengawali kerja.
Hehe, ide yang bagus bukan?
Ia memuji dirinya sendiri dalam hati.
Ok, what do we have here?
Mona membuka laci kitchen set warna merah menyala yang dipadu dengan lis hitam
Yah, nescafe sachetnya habis. Adanya Cuma kopi bubuk. Aduh giman nih? Beraapa takarannya? Gulanya berapa sendok? Gumannya kebingungan. Dasar!
Mona berusaha menutupi ketidak-tahuannya dengan percaya diri yang tinggi. Akhirnya dia menuangkan beberapa sendok kopi dan beberapa sendok gula.
Hehe, akhirnya jadi..dan siap dihidangkan
Mona menghirup aroma kopi yang kental. Mmm...pasti enak nih.
Lalu dengan mantap, ia menuju ruang Albert. Dilihatnya Rani masih tertawa-tawa dengan cowo itu...entah apa yang mereka bicarakan.
Hmm...gimana baiknya? Gue masuk sekarang? Benar! Jangan biarkan Rani terus-terusan disitu..peluangku bisa kecil nanti.
Dengan mantap, ia mengetuk pintu.
“Masuk” terdengar suara Albert. Dibukanya hati-hati. Sekarang dua pasang mata itu memandangnya hingga membuatnya salah tingkah. Lalu sifat cueknya mengalahkan salah tingkahnya.
“Hai!” sapanya riang. “Selamat pagi! Kok gosipnya berduaan aja? Boleh nimbrung dong?”
Albert mengangguk sementara sorot mata Rani tidak senang. Mona nyengir kuda sedetik.
“Eh..ini aku buatin kopi..mau?”sodornya
“Buatku mana?” goda Rani dengan senyum tengil
“Oh, kamu mau juga? Tumben, biasanya paling anti” balas Mona cerdik.
“Loh...loh..jangan ngomong begitu dong” sahut Rani tak mau kalah. “Selera kan bisa berubah. Betul ngga, bet?”
“He eh” Albert mengiyakan
Uuuh..sebel
Mona mengumpat dalam hati. Awas loe nanti!
‘Oh..iya..nanti aku buatkan yah” dipasangnya senyum pura-pura
“Thanks, honey” sindir Rani dengan menyeringai.
Baru saja Mona melangkahkan kakinya ke pintu, tiba-tiba terdengar Albert tersedak. Dilihatnya cowo itu menyemburkan sesuatu dari mulutnya. Ada serpihan bubuk kopi disudut bibirnya.
Rani terkena semburannya walau Cuma sedikit. Namun ia tidak peduli, malah lebih concerned dengan Albert.
“Kenapa, bet? Knapa?”tanyanya. Buru-buru diambilnya tissue dan membantu cowo itu membersihkan kotoran di wajahnya dan kemejanya.
Mona terperangah sambil menutup mulutnya. Malu. Karena itu gara-gara kopi buatannya.
Dengan terbatuk-batuk, Albert berkata, “Kopinya ngga disaring dulu ya? Aku kira ini nescafe...jadi langsung teguk”

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta 7 hari
Любовные романыMona tidak menyangka bakal ada cowo yang mati-matian mengejar dirinya sebagai Susan, kekasihnya yang dahulu telah meninggal karena kecelakaan. Takdir mempertemukan mereka berdua setiap hari, bahkan akhirnya malah Jimmy, cowo itu bekerja di kantor ya...