Reygan tengah menatap foto seorang gadis cantik.
Hingga pintu terbuka menampakan orangtuanya yang memandangnya datar.
"Kau sudah menyesalinya ternyata."
Reygan tetap diam.
"Aku punya petunjuk untukmu, Reygan."
"Ressa adalah seorang Soulsse, jika kau merejectnya. Dia akan mendapat mate lain. Juga wanita yang kau sebut sebagai mate mu, dia adalah seorang Black witch yang dapat menyamarkan bau kapan saja. Aku harap kau mengerti itu!"
Setelah mengatakan itu Rolland dan Ryla berlalu meninggalkan Reygan dengan perasaaan menyesalnya.
"Jadi, dia hanya menyamarkan baunya? Mateku ternyata, selalu berada didekatku... Dan sepertinya ayah ibu tau itu dari dulu..."
Ditempat Ressa.
"Ibuuuu ayooooo!" Rengek Ressa.
"Iya, iya!"
Mereka menaiki mobil dan pergi ke perkotaan sesuai apa yang diinginkan Ressa kemarin.
"Sampai..."
"Woahhhhh!!"
"Kamu suka tidak?"
"Aku sangat suka!! Ayo bu kita masuk!"
Lagi lagi Rossa terkekeh dengan kelakuan manja putrinya itu.
Ada 3 kamar dimasing-masing kamarnya ada kamar mandi.
Dapur, ruang tamu, ruang keluarga dan ruang makan yang bersebelahan dengan dapur. Sederhana namun terkesan Elegan.
"Woah! Kamar kita berhadapan ya bu?"
"Iya, dan kamar disebelahmu adalah kamar tamu."
"Baiklah aku masuk dulu bu."
"Ya nak."
Ressa mengganti pakaian dan turun kebawah.
"Bu...kita jalan jalan yuk?!"
"Kamu saja nak, ibu mau berkenalan dengan tetangga lain."
"Baiklah...dah ibu!!"
Ressa berjalan kaki dihari yang panas itu.
"Haduhh panas sekali sih!!" Gerutu Ressa.
Hingga ia tiba disalah satu toko Ice Krim.
"Green tea satu." Pesan Ressa.
Lalu ia duduk di salah satu bangku dekat pohon Rindang.
***
Reygan pergi ke perusahaannya yang berada di perkotaan. Perusahaanya adalah yang terbesar di kota itu.
"Hari ini sangat panas." gumam Reygan.
"Pergilah ke toko Ice Krim itu!" Teriak Aaric.
'Untuk apa?'
"Pergi saja! Cepat!!"
Reygan berjalan ke toko Ice Krim yang bersebrangan dengan kantornya.
Hingga ia mencium bau yang sangat memabukan. Mate!
Ressa ada disini?!
Ia mengedarkan pandangan kesekeliling dan menemukan mate nya disana.
Ressa sedang memakan Ice krim namun sambil menggerutu tak jelas."Hari ini panas sekali sih. Gimana aku pulang ya? Jalan kaki aduhh! Gak deh."
Itulah gerutuan yang Rey dengar. Reygan tersenyum geli lalu menghampiri Tempat duduk Ressa.
Ressa terpaku.
Saat ia mencium aroma memabukan itu.
"Mengapa kau disini." Tanya Ressa datar.
"Maaf, aku sempat mendengar gerutuanmu. Bolehkah aku mengantarmu?"
Ressa berfikir.
"Kalau dia tidak mengantarku, aku tidak mau berjalan kaki." Batin Ressa.
"Tidak."
"Kau yakin? Padahal cuaca hari ini sangat panas."
"Ahhh! Ya baiklah." Ucap Ressa. Lagi pula ia memang tidak mau kepanasan. Eh, kok dia jadi lebay gini ya?
"Sebentar!" Sinis Ressa.
Lalu Ressa pergi dan kembali sambil membawa 2 mangkuk Ice Krim.
"Untuk siapa itu?"
"Untukku lah! Cepat pergi."
"Ayo."
Dalam hati Rey bersorak senang.
Mereka menaiki mobil dalam keadaan canggung.
"Haduh kok jadi Awkward gini sih?" Batin Ressa.
Ressa bergerak tak karuan dengan keringat yang mengucur didahinya.
"Kau kenapa?"
"Aku sangat gerah!"
"Baiklah, kita menepi saja dulu."
Mereka pun turun dan pergi ke Mall.
"Untuk apa kita kesini?" Tanya Ressa seraya turun dari mobil
"Bukannya kau gerah?"
"Sesuka kaulah."
Mereka berjalan masuk.
Rey pergi ketempat makanan dan memesan sesuatu.
"Mengapa?" Ressa berujar dengan pelan, bahkan sangat pelan.
"Mungkin kau lapar?"
Ressa menghembuskan nafas lelah. Bukan itu jawaban yang ia inginkan. Dia juga bukan bertanya tentang mengapa Rey membeli makanan.
Rey memang sangat tidak peka!
"Karna aku tidak tau apapun..." lirih Rey.
Ressa terkejut bukan main.
"Tentu saja aku mengerti kemana alur pembicaraan kita..."
"Oh." Balas Ressa datar.
"Kau marah, Res?"
Ressa tersenyum miris.
"Tidak. Aku hanya kecewa sedikit."
"Maafkan aku...aku sungguh menyesal..." Mohon Reygan sambil menatap sendu pada Ressa.
"Penyesalan selalu datang di akhir Rey...kau tau? Aku tidak menyangka kau akan melakukan itu..."
"Aku tid-
"Aku terlalu banyak berharap padamu, namun ada rasa penasaran, apa maksudmu saat kau mengatakan aku pembunuh mate mu?"
"Aku...aku sal-"
"Tak apa Rey, lebih baik kita pulang...aku sudah tidak gerah."
Rey mengangguk pelan dan mulai mengikuti Ressa.
Rey menyeimbangkan langkahnya dengan Ressa.
Ia memegang tangan Ressa erat, seolah olah ia mengakui kesalahanya. Ressa menoleh kesamping dan melihat Rey yang sudah...menangis?
"Mungkin sekarang bukan waktunya aku memaafkanmu. Tapi, cobalah semampumu untuk dapat kembali mendapatkan hatiku." Sebenarnya, Ressa tidak ikhlas mengatakan ini.
Reygan tersenyum senang.
Mereka pergi dari tempat itu.
Setidaknya, Rey sudah mengetahui rumah Ressa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rejected My Mate (TAMAT)
FantasyDia pikir awal dari kebahagiaan akan dijalani dan diakhiri dengan kebahagiaan pula. Ternyata itu salah. Ketika sang belahan jiwa memperlakukannya seakan dirinya bukan manusia, dia memilih pergi. Lelah, patah dan hancur. Wanita itu merasakan semua sa...