🌸 7; Maaf

616 114 4
                                    

Yuta dan Yerin baru saja keluar dari kantin. Pemuda itu dengan semangat bercerita segala hal sedangkan Yerin hanya mendengarkannya tanpa minat, sekedar untuk menghargai perasaan Yuta.

Yeobbo, kau dengar aku bilang apa barusan?” Lamunannya buyar seketika, kala pemuda di sampingnya itu menyentuh pundaknya.

“Kau kenapa sih memanggilku Yeobbo?” Cibir Yerin, mengabaikan pertanyaan Yuta, “Memalukan sekali. Orang-orang nanti berpikir yang aneh-aneh.”

“Baguslah. Biar orang-orang tidak ada yang menganggumu selain aku.”

“Apa bagusnya jadi pengganggu?”

“Semua orang terkadang bisa buta karena cinta. Jadi menurutku jadi penganggu antara kamu dan Taehyung seonbae itu termasuk dalam bentuk usaha.”

“Usaha?”

“Usaha untuk merebut hatimu.”

Yerin mengerutkan hidungnya, merasa geli mendengar ucapan Yuta barusan, “Gombalan tidak bermutu.”

“Aku tidak peduli.” Sahutnya santai.

Yuta memberhentikan langkahnya sebentar kala melihat ada yang aneh dari rok Yerin. Sedangkan Yerin yang berjalan duluan darinya kini menoleh menyadari Yuta malah berhenti melangkah.

“Kenapa berhenti? Katanya ingin berkeliling.”

“Yerin, kamu sedang datang bulan ya?”

“Tidak, kok.”

“Tapi… itu… rokmu…” Yuta susah menjelaskan darimana. Dibalik rok gadis itu terdapat sedikit bercak merah.

Kedua mata Yerin refleks melotot dan bibirnya sedikit terbuka, buru-buru ia melirik rok bagian belakangnya dan memekik kaget.

“ANDWAE!”

Yuta mengerjapkan matanya mendengar pekikan gadis tersebut yang tampak syok melihat bercak darah dibalik roknya. Sekarang gadis itu kembali meliriknya, “Ini tanggal berapa?!”

“13…” Jawab Yuta takut-takut.

Lalu sedetik kemudian Yerin menangis. Ia baru ingat bahwa hari ini adalah tanggal dimana ia kedatangan tamu bulanannya. Ia menangisi kebodohannya yang malah lupa dengan tanggal penting ini. Yang jelas, ada perasaan malu yang tak dapat di toleransi. Apalagi yang menyadari duluan adalah Yuta. Dan Yuta adalah laki-laki!

Sedangkan Yuta berubah menjadi sangat panik melihat gadis tersebut menangis di lorong sekolah saat ini. Terlebih tatapan siswa-siswi lain yang meliriknya dengan tatapan intimidasi.

“Yerin kamu kenapa?!” Yuta segera merangkul Yerin, ia bingung ingin seperti apa agar tangis gadis itu reda.

“Aku sangat malu! Aku tembus! Huaaaaa.” Yerin menyembunyikan wajahnya pada kedua telapak tangannya. Untung saja ada Yuta yang memberitahukannya. Kalau tidak, mungkin ia akan seperti itu sampai pulangan nanti dan ditertawakan habis-habisan.

Seperti mendapat pencerahan, Yuta melepas almamaternya lalu ia mengikat kedua lengan jas sekolahnya tersebut pada pinggang Yerin. Yerin yang menutup wajahnya kini mengintip perlakuan Yuta lewat sela-sela jemarinya, “Kau sedang apa Yuta?”

“Membuatmu agar tidak terlihat memalukan.” Sahutnya santai, “Sudah. Jangan tutupi wajahmu lagi.”

Gadis itu menggeleng kuat, “Sirheo! Ini masih memalukan!”

“Yerin…” Kedua tangan Yuta kini menarik kedua telapak Yerin yang sedaritadi menutupi wajah menggemaskannya. Akhirnya dengan terpaksa gadis tersebut mendongak menatap wajah Yuta sedangkan pemuda itu malah menertawakan wajah gadis di depannya ini yang masih memerah akibat malu. Ingin rasanya ia menarik hidung gadis itu.

Cherry Blossom ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang