Semua berjalan cepat. Naruto tak mengerti siapa yang memulainya. Tapi setelah acara piknik yang berakhir berantakan, Sasuke sering ketemu dengan Naruto dengan cara yang tak terduga. Ternyata Konoha tak seluas yang dibayangkannya selama ini. Masak, ia bertemu dengan majikannya itu dimanapun ia pergi. Sasuke terlihat ada dimana-mana. Bukan berarti ia mengeluh, hanya aneh aja.
Hari ini Naruto mendapat giliran belanja kebutuhan rumah selama sebulan. Dengan penuh semangat ia mendorong troli belanjanya. Tak sengaja, kakinya melangkah di depan cafe baru yang cukup mewah di mall besar, masih milik Uchiha juga. Ia melihat Sasuke.
Naruto nyaris menghampiri Sasuke, kalo saja ia tak melihat di samping Sasuke ada seorang wanita cantik. Ia tak melihat wajahnya karena tutup tubuh bidang Sasuke. Mereka berciuman mesra, tak perduli sekelilingnya. Tangan Sasuke tidak tinggal diam, menggerayangi tubuh wanita molek itu. Tak tahan dengan semua itu, Naruto bergegas pergi.
Ia masuk ke dalam kamarnya dan membiarkan belajaannya menggelatak di lantai. Ia menghiraukan Kyuubi yang kebingungan di luar. Ia menenggelamkan kepalanya di atas bantal dan menangis sejadi-jadinya. Ini luar biasa sakit, melebihi sakit yang ditorehkan Gaara dulu. Naruto mencengkram dadanya yang berdenyut sakit.
Seharian penuh Naruto mengunci dirinya dalam kamar. Ia tak mau keluar kamar. Ia bahkan tak menyentuh makanan yang disorongkan kakaknya lewat celah pintu. Ia tahu, ia telah membuat kakaknya sangat cemas. Biarkan saja. Naruto hanya ingin bersikap egois sekali ini saja.
Naruto menjalani hari-harinya seperti zombie. Wajahnya murung dan pucat pasi. Ia sering melamun. Ia tak bisa konsentrasi mengerjakan tugasnya sehari-hari, hinga membuat semuanya berantakan. Busa yang membludak membanjiri lantai, sampah yang tak kunjung terkumpul, dan lain-lain. Bahkan pernah ketika lagi masak, api dari kompor nyaris menyambar tubuh Naruto, kalo saja kakaknya tak segera datang. Ini membuat Kyuubi kian cemas.
.................******...................
Kyuubi menghela nafas panjang. Hidupnya sedang morat-marit, penuh. Dan yang membuatnya sangat marah pada dirinya sendiri, ia tak tahu ujung pangkal masalahnya. Oke koreksi, itu memang bukan masalahnya pribadi. Tapi masalah Naruto kan masalahnya juga. Ia sudah berjanji di hari Naruto lahir ke dunia, ia akan menjaga sang adik. Apapun akan ia lakukan agar Naruto-nya tetap tersenyum.
Sayangnya untuk memenuhi janjinya itu, tidaklah mudah. Naruto memilih bungkam seribu bahasa, daripada menceritakan apa yang membuatnya gundah gulana. Jika ditanya pasti jawabannya selalu, "Aku baik-baik saja."
"Huh, baik-baik saja apanya." Gerutu Kyuubi.
Ia tidaklah bodoh. Ia tahu adiknya sedang memikirkan sesuatu yang berat. Tengok saja wajahnya! Begitu pucat seperti mayat hidup. Wajahnya selalu murung tak bersemangat. Kyuubi juga sering melihatnya melamun, hingga pekerjaan Naruto sehari-hari berakhir berantakan. Kalo mau di-list pasti daftarnya sudah setebal buku karangan Campbel.
Kemarin, waktu Naruto lagi nyuci, Kyuubi nyaris kakinya terpeleset oleh sesuatu yang basah dan licin. Untung ia punya refleks yang bagus, jadi ia tak jatuh dengan tidak elitnya. Setelah ditelusuri, ternyata semua itu berasal dari mesin cuci yang air sabunnya meluap hingga ke lantai. Di samping mesin cuci, ada Naruto dengan mata kosong dan tangan bertopang dagu.
Pagi hari, Naruto menyapu halaman. Bukannya sampahnya dikumpulkan dan dimasukkan ke tong sampah, tapi justru dimasukkan ke ember cucian beserta pakaian bersihnya pula. Apa itu tidak bego bin sia-sia namanya?
Menu sarapan Kyuubi yang biasanya sedap, kini beralih gosong semua. Kalo agak hitam dikit-dikit seperti hasil masakannya si Sakura, masih mending. Lah ini? Gosong total sampai jadi remahan abu di atas piring. Kalo udah gini apanya yang mau dimakan?
KAMU SEDANG MEMBACA
UCHIHA BROTHER
FanfictionNaruto seorang gadis remaja yang baru saja jadi yatim piatu. Keputusasaan dan ketidak berdayaannya mengantarkannya pada keluarga Uchiha yang terkenal tajir dan ditakuti seluruh penduduk Konoha. Gimana ya nasib Naruto? Apa beruntung atau malah buntun...