Kami pun menuruni tangga yang besar ini. Sesampainya di bawah, dapat kulihat Shina sedang berdiri menungguku.
"Maaf aku lama," ucapku kepada Shina.
"Ah, tidak apa-apa... Oh, Kaori, kau sudah berkenalan dengan keluarga baru kita?"
"Sudah, Shina. Namanya Piker," balas Kaori.
Shina mendekatkan kepalanya ke telingaku. "Apakah di tubuhmu ada yang terluka?" bisiknya.
"Tidak. Tapi tadi aku hampir mati."
"Kau sangat beruntung sekali, awalnya aku merencanakan untuk memperkenalkan Kaori saat terakhir, mengingat penghuni sebelumnya tidak jadi tinggal karena berkenalan dengan dia sebelum mentandatangani kontrak. Tapi karena kau sudah mentandatangani, jadi mau tak mau kau harus tetap di sini."
"Oh iya, memangnya apa isi kontrak itu?"
"Ano... Bukannya aku mengganggu pembicaraan kalian, tapi aku tidak terlalu suka diabaikan," ujar Kaori sambil memegang gagang pisau dengan kedua tangannya di bawah dagu, mata pisaunya diarahkan ke bawah, kepalanya menunduk, dengan suara kecil.
Sekarang aku mengerti, kenapa penghuni yang dibicarakan Shina itu tidak jadi tinggal di sini. Mau dilihat dari mana pun, sikap Kaori itu terlihat mengerikan. Walau aku tahu niatnya bukanlah untuk menakuti dan bahkan melakukan itu tanpa sengaja, tapi tetap saja terlihat menakutkan!
"Ma-Maaf, Kaori... Baiklah, tolong antarkan aku."
Kami bertiga pun pergi keluar apartemen atau tepatnya bagiku mansion. Pertama-tama, kami berkeliling di halaman depan. Terlihat sungguh luas, dengan sedikit tanaman. Selanjutnya, kami memutar ke belakang. Halaman belakangnya lebih luas dibanding dengan halaman depan dan lebih banyak tumbuhan dengan hamparan rumput yang luas. Halaman ini dikelilingi oleh dinding besi besar, jadi mungkin orang luar tidak akan bisa melihat. Lalu ada sebuah rumah kaca yang cukup besar berdiri hampir menempel dengan dinding yang dipojok. Sekarang kami sedang di depan pintunya.
"Mau masuk?" tawar Shina.
"Boleh," jawabku.
Pintu dibuka, sebuah pandangan penuh makhluk hijau yang menyejukkan pun disuguhkan di sini. Banyak sekali tanaman-tanaman yang asing bagiku dan ada seorang gadis berpakaian kain rajut berwarna hijau dengan pundaknya yang terlihat, celana abu selutut, rambut coklat panjang sebagian terikat, sepatu putih seatas mata kaki, berkulit putih, mungkin berdada kecil, dan wajahnya seperti seorang tuan putri. Gadis itu sedang menyiram tanaman pot kecil. Dia menyadari kedatangan kami, lalu dia berdiri.
"Selamat pagi, Shina, Kaori..." sapanya terhenti setelah melihat ke arahku. "Kau pasti penghuni baru yang baru-baru ini dibicarakan Mama?" tanyanya dengan nada sopan.
"I-Iya, namaku Pitcher Parker, salam kenal."
"Salam kenal, namaku Ushio, semoga kita bisa akrab." Dia menundukkan badannya dengan anggun. "Kalau ada masalah, jangan malu-malu untuk minta bantuan."
"Baik, semoga kita bisa akrab, Ushio."
"Baiklah, Ushio. Kami mau melanjutkan berkelilingnya, maaf mengganggu," ucap Shina.
"Baik, hati-hati."
Kami pun keluar dari rumah kaca itu. Tiba-tiba, Shina mendekatiku dan membisikkan sesuatu.
"Hati-hati dengannya," bisik Shina dengan nada serius.
"Memangnya dia kenapa?" bingungku.
"Dia itu perempuan yang paling mesum di antara semua perempuan."
"Hah?" bingungku yang semakin bertambah.
"Lihat wajah Kaori."
Aku mengikuti perkatannya dan membalikan kepalaku ke samping. Terlihat wajah Kaori pucat dengan kedua tangan bergetar menggenggam pisaunya, seperti yang kedinginan. Kalau saja aku adalah orang lain yang baru saja melihat Kaori dan tidak terlalu mengenalnya, pasti mengira Kaori sedang mengucapkan kutukan dengan aura mengancam. Tapi, karena aku cukup kenal dengannya. Aku bisa memastikan dia sedang ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
WANITA-WANITA ANEH ITU ADALAH HAREMKU
RomancePitcher Parker, pemuda yang mulai hidup di Jepang karena mendapatkan beasiswa sekolah di Jepang. Dia harus mencari sendiri tempat tinggal selama di Jepang, dan berusaha sendiri hidup di sana dikarenakan Ayahnya menginginkan dia menjadi sosok pemuda...