Kami berdua pun pergi ke luar. Sekarang kami ada di lorong, dia memberitahukan letak toilet, ruang guru, mading, dan beberapa ruang kelas dan klub. Selanjutnya, kami keluar gedung. Kami berjalan di halaman samping, menuju kantin.
"Bagaimana kalau kita beli makanan dulu?" tawar Otosuka-san.
Setelah membeli dua bungkus roti, dia mengajakku ke atap gedung sekolah. Katanya di sana adalah markasnya. Sekarang kami sedang duduk melihat pemandangan kota, dari celah pagar besi.
"Parker-kun, kau kan berasal dari Indonesia? Tapi kenapa namamu mirip orang barat?"
"Sebenarnya, nama Pitcher itu diambil karena ayahku suka dengan baseball. Sedangkan Parker, dari ibuku yang suka dengan artis barat."
"Jadi, Parker bukan nama keluargamu?"
"Begitulah. Orang Indonesia yang menggunakan marga-nya hanya sebagian kecil, kebanyakan menggunakan nama pemberian orang tua."
"I-Indonesia itu seperti apa?"
"Hmm... Tempatnya dipenuhi kendaraan, penuh dengan rumah... Walau begitu, aku merasa nyaman berada di sana."
"Jadi, kau tidak nyaman di sini?"
"Bu-Bukan begitu! Hanya saja... Kau tahu, kan... Karena di sanalah tempat aku dilahirkan dan dibesarkan."
"Kalau bisa, kapan-kapan ajak aku ke sana, ya?"
"Bo-Boleh."
"Oh iya, Parker-kun. Mungkin ini pertanyaan yang kurang sopan..."
"Apa?"
"Apakah laki-laki orang Indonesia itu... mesum?"
"Hah? Kenapa kau berasumsi seperti itu?"
"Ha-Habisnya, saat aku memperkenalkan diri, matamu tertuju ke da-da-dadaku..."
"Bu-Bukan! Aku bukan bermaksud begitu! Kau tahu kan, anjing mengenal majikannya dari baunya. Anggap saja cara aku mengenal orang dari bentuk tubuhnya!"
"Berarti kau mesum."
"Tidakkk! Bukan begitu! Aku ini orangnya sulit mengingat nama orang, jadi aku mengingat postur tubuh dan wajahnya!"
"Hihihihi," tawanya kecil. "Kau lucu sekali."
Bel masuk pun berbunyi.
"Ayo kita masuk," ajak Otosuka-san.
"O-Otosuka-san, maaf..."
"Kau tidak perlu minta maaf, aku senang bisa lebih mengenalmu. Semua orang memiliki keunikannya masing-masing, sebagai teman, aku harus bisa menerima kekurangan dan kelebihan temanku."
Aku senang sih dia menerimaku begitu. Tapi, tetap saja menyakitkan.
"Terima kasih, O-Otosuka-s..."
"Oh iya, kita kan sudah berteman, jadi hilangkan '-san'-nya, Parker-kun."
"Kalau begitu, panggil aku Parker saja."
"Semoga kita bisa berteman dengan baik, Parker."
"Iya, Otosuka."
***
Sekarang adalah waktunya pulang dan kami berdua pulang bersama. Perjalanan kami menyenangkan, tapi saat setengah jalan keluar gerbang sekolah, ada tiga siswa yang menghalangi kami.
"Hei, kau. Menjauhlah dari Saya!" bentak salah satu dari mereka.
Dia berambut merah, tinggi sama denganku, bertubuh cukup kekar, dan memiliki mata tajam. Lalu, dua temannya. Yang satu bertubuh gendut, pendek, rambut hitam dengan poni lucu. Sedangkan satunya lagi, kurus, tingginya lebih dari kami berdua, rambut kuning dengan poni yang menutupi sebelah matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WANITA-WANITA ANEH ITU ADALAH HAREMKU
RomancePitcher Parker, pemuda yang mulai hidup di Jepang karena mendapatkan beasiswa sekolah di Jepang. Dia harus mencari sendiri tempat tinggal selama di Jepang, dan berusaha sendiri hidup di sana dikarenakan Ayahnya menginginkan dia menjadi sosok pemuda...