EPISODE KETUJUH: IBU PENGURUS APARTEMEN

122 14 0
                                    

Sebuah ruangan penuh dengan barang-barang mistis, bahkan dindingnya pun ditempeli beberapa barang kuno-kuno seperti topeng yang terlihat aneh dan terkesan mistis. Selain itu, ruangan ini tidak terlalu terang, karena gordeng hitam menutupi jendela sehingga sinar matahari terhalang dan lampu ruangan ini tidak memberikan penerangan yang besar.

Alasan aku berada di ruangan ini sekarang adalah karena aku ingin meminta sesuatu kepada orang yang bertanggung jawab alias pemilik apartemen yang terlihat seperti mansion ini. Yaitu, Bu Chika. Ruangan ini adalah kamarnya.

Tentu saja aku tidak langsung begitu saja memasuki kamar Bu Chika. Sebelumnya, aku menemui dia yang kebetulan ada di ruang depan. Karena tidak enak bicara di ruang depan, terlebih masalah apa yang kuminta, Bu Chika pun membawaku ke kamarnya.

"Tidak bisa," jawab Bu Chika setelah aku mengatakan apa yang kuminta.

"Kenapa? Bukankah hal yang wajar aku memilikinya?"

"Karena itu tidak diperlukan."

"Tentu saja diperlukan!"

"Dasar. Ini sebabnya kalau kamu tidak membaca kontrak yang sudah kamu tanda tangani, jadi tidak bisa paham."

Bu Chika berjalan menuju laci dekat kasurnya yang terlihat mewah dengan hiasan ala gothic. Setelah mengambil sesuatu yang ada di laci paling atas, Bu Chika pun berjalan dan duduk di kursi, di seberangku.

Ngomong-ngomong, sekarang aku sedang duduk di kursi dengan sebuah meja bundar di depanku. Di atas meja yang dilapisi kain putih ada sebuah bola kristal yang kuketahui biasa digunakan oleh peramal. Sehingga, aku merasa seperti datang ke tempat peramal. Dengan suasana mistis di ruangan ini, semakin aku berpikir aku benar-benar datang ke tempat peramal.

"Lihatlah, di nomor empat soal isi perjanjiannya," ucap Bu Chika sambil mengangkat kertas kontrak agar dapat kulihat isinya. "Di sana tertulis kalau 'penghuni boleh memasuki semua ruangan, tanpa terkecuali, bahkan walau kamar yang sudah ditempati'. Jadi, artinya, aku tidak bisa memberikan kunci untuk kamarmu karena semua ruangan di sini bebas dimasuki semua penghuni, tanpa terkecuali."

Apa yang kuminta adalah sebuah kunci kamar, yang seharusnya aku dapatkan saat menjadi penghuni apartemen ini. Aku tidak mengerti dan ingat, kenapa aku tidak memintanya sedari awal. Padahal, kunci kamar adalah hal yang paling penting yang harus dimiliki saat menghuni sebuah tempat tinggal.

Aku baru sadar hal itu karena penghuni apartemen ini bisa memasuki kamarku dengan mudahnya. Seperti Yumi yang saat aku selesai berkeliling tempat ini, sudah tertidur di kasurku. Lalu, Ushio yang ingin meminta maaf kepadaku tiba-tiba sudah ada di dalam saja. Aku cukup terganggu dengan hal itu, walau mereka tidak ada niat buruk. Jadi, aku putuskan untuk segera meminta kunci kamar sebelum aku benar-benar melupakannya.

"Tapi, Bu Chika. Aku merasa tidak nyaman dengan hal itu. Bagaimana kalau saat itu aku sedang ganti pakaian dan tiba-tiba mereka masuk? Aku ini laki-laki dan semua di sini adalah perempuan. Jadi, kalau itu terjadi, maka akan menjadi hal yang gawat."

"Dasar, padahal mereka saja tidak mempermasalahkan ini dan tidak meminta kunci kamar sejak kamu menjadi penghuni apartemen ini. Padahal yang seharusnya ada di sini dan melakukan apa yang kamu lakukan sekarang adalah salah satu dari mereka atau bahkan mereka semua yang merupakan seorang perempuan," ujar Bu Chika. "Lagipula, aku sudah memikirkan masalah itu. Jadi, aku membuat perjanjian nomor lima."

Aku langsung memfokuskan untuk membaca isi perjanjian nomor lima. 'Untuk memasuki kamar yang sudah terhuni, maka penghuni wajib mengetuk pintu untuk memastikan apakah ada seseorang di dalam atau tidak sebelum memasukinya', itulah yang tertulis di sana.

"Mereka memanglah gadis 'unik', tapi bukan berarti mereka tidak tahu tata krama dan tidak bisa mentaati peraturan. Jadi, kamu tidak perlu terlalu meresahkan hal itu."

WANITA-WANITA ANEH ITU ADALAH HAREMKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang