Kami berdua menghampiri Otosuka yang sedang menjaga belanjaan kami, Kaori langsung menundukkan badannya untuk meminta maaf.
"Maaf, aku membuatmu takut," ucap Kaori.
"A-Aku juga minta maaf, tiba-tiba aku begitu!" Otosuka ikutan menundukkan badannya.
"Baguslah kalau kalian sudah tenang," ucapku senang.
"Ah, Parker, kau terluka."
"Oh ini, tidak apa-apa. Tinggal dijilat, pasti langsung sembuh."
"Jangan, sebaiknya kau obati. Oh iya, aku punya plester," terang Otosuka sambil mengeluarkan sebuah plester di saku celananya.
Otosuka menarik lengan kiriku, lalu menempelkan plester itu. Sambil mengobati lukaku, dia memperkenalkan diri kepada Kaori.
"Oh iya, namaku Saya Otosuka."
"Ka-Kaori..." jawab Kaori malu-malu.
"Margamu?"
Kaori menundukkan kepalanya, diam tidak menjawab pertanyaan Otosuka.
"Baiklah, Kaori-san. Sekali lagi, aku minta maaf."
"Ah, A-Aku juga minta maaf, Saya!"
Lalu mereka berdua tertawa, seperti mereka sudah saling mengerti satu sama lain. Sedangkan aku, hanya bisa tersenyum kecil. Lalu, kami berdua pun pulang dengan ditemani Otosuka.
Setelah sampai di depan gerbang apartemen yang terlihat seperti mansion mewah, bahkan bisa dibilang istana. Otosuka terdiam kaget melihat hal itu.
"Jadi, kalian tinggal di sini?" tanya Otosuka.
"Iya."
"Besar sekali... Parker, memangnya kau orang kaya, ya?"
"Ti-Tidak... Kebetulan biaya sewa mansion ini murah."
"Benarkah!? Kau tidak bercanda, kan!?"
"Mana mungkin aku berbohong."
Otosuka masih terkejut, bukitnya dia hanya bisa melihat mansion itu dengan mulut terbuka. "Ka-Kalau begitu, aku pulang dulu. Sampai jumpa lagi, Kaori-san, Parker."
"Sampai jumpa."
"Sa-Sampai jumpa..." balas Kaori sedikit malu-malu.
Kami pun melambaikan tangan kami untuk membalas lambaian tangannya. Setelah Otosuka sudah pergi cukup jauh, aku pun mengajak Kaori agar masuk.
"Ayo kita masuk."
Kami masuk, dan memberikan bahan-bahannya ke Shina. Setelah selesai, aku berjalan menuju kamarku. Saat di kamar, aku melihat Ushio sedang duduk di ranjangku dengan tatapan tepat ke arahku.
Sebuah ingatan akan kejadian tadi pagi tiba-tiba terlintas di kepalaku, sehingga membuatku sedikit enggan menatapnya dan merasakan sedikit ketakutan. Sebuah pikiran pun datang kepadaku, yaitu kedatangannya ini untuk melanjutkan memarahiku.
"Piker, maaf," ucapnya tiba-tiba.
Mendengar kalimat itu, aku sedikit terkejut. Aku putuskan untuk menatapnya dan menanyakan maksud dari permintaan maafnya tadi.
"Ma-Maaf untuk apa?" tanyaku bingung, dengan nada sedikit terbata-bata karena masih ada perasaan takut.
"Kejadian pagi ini..."
Ushio tidak melanjutkan penjelasannya. Dia menundukkan kepalanya, menghindari kontak mata denganku. Ini seolah seperti Ushio tidak nyaman memberitahukan alasannya. Karena aku tidak tega melihatnya begitu, jadi aku langsung saja memberikan jawaban.
KAMU SEDANG MEMBACA
WANITA-WANITA ANEH ITU ADALAH HAREMKU
RomancePitcher Parker, pemuda yang mulai hidup di Jepang karena mendapatkan beasiswa sekolah di Jepang. Dia harus mencari sendiri tempat tinggal selama di Jepang, dan berusaha sendiri hidup di sana dikarenakan Ayahnya menginginkan dia menjadi sosok pemuda...