Kami pun sudah sampai di rumah Otosuka, dengan suasana yang cukup canggung karena kita benar-benar tidak bicara saat di perjalanan. Aku pun masuk setelah Otosuka membuka pintunya. Sekarang kami berada di ruang tamu, aku sedang duduk di sofa, dan Otosuka merawat lukaku. Selama dia merawat lukaku, kami tidak bicara... lagi. Dan selesailah aku diperbani dan diberi obat luka.
Karena merasa tidak suka terus-terussan mendapati situasi canggung begini, aku memberanikan diri untuk memulai percakapan. Mungkin dengan membicarakan sesuatu yang biasa atau hal yang terjadi di sekolah.
"Oh iya, Otosuka." Aku mengambil buku di tasku. "Ini, catatan pelajaran tadi."
"Kenapa...?"
"Hm?"
Belum selesai aku memberikan jawaban, yaitu jawaban kenapa aku memberikan catatan pelajaran tadi. Otosuka sudah mengeluarkan emosinya.
"Kenapa kau harus terluka seperti ini!?"
"Ma-Maaf..." ucapku yang merasa bersalah.
"Kau tahu, aku mengkhawatirkamu!! Kau tidak perlu terluka seperti ini, hanya karena aku!!"
Sambil memberikan pernyataan tadi, dengan penuh emosi. Otosuka memukulku, tepatnya memukul dadaku.
"Sa-Sakit..."
Dia pun menghentikan pukulannya.
"Otosuka, mungkin ini egois... Tapi, aku hanya ingin menolong temanku, walau aku harus terluka."
"Tapi... Tapi..."
"Kau cukup diam dan biarkan aku menolongmu."
Otosuka mengusap air matanya, mungkin dia sudah mulai tenang. Kemudian, dengan ekpresi yang terlihat lebih tenang, dia pun berbicara lagi.
"Dasar, egois... Terima kasih, tapi aku tidak akan diam. Aku juga akan menolongmu, kita kan teman," ungkapnya dengan ekpresi senang. Lalu, tiba-tiba wajahnya memerah. "Ano... Pa-Parker... sebenarnya... Akira, adalah temanku... Setidaknya itu dulu... Kami tidak saling berbicara lagi semenjak dia selalu menggertak semua teman-temanku. Semua teman-temanku menjauhiku, dan... Saat kau masuk ke kelas, aku merasa kalau aku ingin berteman dengamu... Mungkin karena aku kesepian dan aku benci kesepian. Padahal, aku tahu kalau kau berteman denganku kau akan dibentak oleh Akira, tapi tak kusangka dia sampai menghajarmu."
Aku pun menaruh tanganku di atas kepalanya. Tujuannya sih aku ingin membuatnya tenang, setidaknya itulah cara yang kuketahui dari anime-anime yang kutonton.
"Tenang saja, aku tidak akan menjauh darimu."
Wajahnya kembali memerah, kali ini dia hanya menundukkan kepala. Melihat itu, entah kenapa membuat jantungku berdetak kencang dan perasaanku tidak karuan. Pasalnya, Otosuka yang terlihat malu-malu seperti itu membuatnya terlihat manis.
Ah, sial... apakah ini yang namanya efek gapmoe seperti di anime-anime?
"Ehm!"
Berkat deheman yang tiba-tiba muncul, sontak aku kaget dan merasa panik. Langsung saja kulihat ke arah orang yang berdehem tadi, dia berdiri di dekat pintu ruang tamu.
Dia seorang pria menggunakan jaket hitam dengan resleting yang terbuka sedikit, celana biru gelap, rambut hitam, berbadan mirip dengan Akira, tapi matanya tidak terlihat menyeramkan.
"Ah!" Otosuka langsung berdiri. "O-Onii-chan, ini tidak terlihat se..."
Laki-laki itu tidak menghiraukan Otosuka dan berjalan menghampiriku. "Aku percayakan adikku kepadamu," ujarnya dengan nada serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
WANITA-WANITA ANEH ITU ADALAH HAREMKU
RomansaPitcher Parker, pemuda yang mulai hidup di Jepang karena mendapatkan beasiswa sekolah di Jepang. Dia harus mencari sendiri tempat tinggal selama di Jepang, dan berusaha sendiri hidup di sana dikarenakan Ayahnya menginginkan dia menjadi sosok pemuda...