Chapter 1. Ingatan dan Rumah Kayu《Part 2》

16 6 9
                                    

Jleeb!!

Sebuah anak panah menusuk bahu kanannya sebelum dia sempat menyelesaikan kalimatnya. Aoshi kaget bukan main melihatnya. Salah satu bandit yang membawa busur telah menembak Kenza.

Darah keluar dari tempat tertusuknya asal panah. Para bandit itu hanya tertawa melihatnya.

"KENZA!!! SIALAN!!" teriak Aoshi dengan marah, dia berusaha menghadapi mereka tapi ditahan oleh Kenza.

"Aoshi, sudah kubilang, santai saja," hibur Kenza dengan senyuman keren, seakan semua ini hanya sebuah mainan anak kecil.

"Yah... Kau bisa membantu kami dengan mengisi karung ini dengan segala koin yang kau punya di bangunan bodohmu ini," ujar bandit yang menembaknya tadi dengan sombong.

"Maaf, tapi sepertinya kau meminta kepada orang yang salah," balas Kenza sambil tersenyum meledek.

Bandit yang memakai busur itu terpancing dan menyiapkan anak panahnya, pada saat itu Kenza langsung berlari dan menyelengkat kakinya, membuatnya terjatuh. Dia mengambil busurnya dan menarik panah yang tertusuk pada bahunya.

"Argh..." jeritnya ketika mencabut anak panah itu. Dia menarik tali busurnya sebelum bandit yang satunya lagi mengayun pedangnya dan Kenza mengenai dengkul musuhnya. Dia terjatuh dan mengerang. Sebelum pemanahnya bangun, Kenza meninju wajahnya dengan keras hingga pingsan.

Aoshi yang masih ling-lung, berusaha mengejar situasi dan berlari ke arah Kenza. Dia menjadi sangat khawatir dan berkata, "Gunakan Perbanku untuk menghentikan pendarahanmu, Kenza."

Kenza menghentikan Aoshi sebelum dia melepas perban yang terikat di kepalanya. Dia menggelengkan kepala lalu menjawab, "Tidak perlu, lukanya tidak terlalu dalam. Aku masih bisa bergerak." Dia mengambil sarung yang berisikan anak panah milik bandit itu dan menyelempangkan.

"Aoshi, ayo, penduduk desa membutuhkan kita."

Aoshi berpikir pada dirinya, dia meremas tangannya dan menggertak giginya, "Apa tidak ada yang bisa kulakukan...? Kuh..."

Dengan tekad dan semangat yang tinggi, dia ambil pedang bandit yang tergeletak dan mencoba mengayunkannya. Kenza hanya menghela nafas dan melihatnya dengan wajah iba.

"Biar aku ikut membantu, anggap saja sebagai ucapan terima kasih karena sudah merawatku yang sudah sekarat waktu itu," ujar Aoshi dengan serius.

"Tenang-tenang... Kau bisa membantuku mengeva..."

"Tidak!" sentak Aoshi. "Aku tidak ingin melihat orang lain terluka lagi dan aku hanya diam tidak bisa berbuat apa-apa. Kalau saja aku bisa mengalihkan panah tadi..."

"Sudah kubilang tidak apa-apa, pendarahannya juga tidak parah. Nanti juga sembuh."

Aoshi lalu menepuk kedua pundak Kenza dan menatapnya dengan tajam. Kenza hanya bisa mengalah dan berkata, "Iya-iya...  Haaah, sepertinya tidak ada yang bisa merubahmu ya? Baiklah, kalau kau dalam masalah, ingat, aku akan selalu menjaga belakangmu."

Kenza mendorong Aoshi menjauh dan menyeringai sambil memberi jempol. Dia berbalik dan berlari ke arah salah satu rumah, meninggalkan Aoshi sendirian. Aoshi pun berlari ke arah sebaliknya.

Dia menemukan sebuah rumah yang dikelilingi setidaknya empat orang. Aoshi bersembunyi di balik sebuah pohon yang cukup besar. Dia mendengar percakapan mereka.

"Hey, pak tua, jika kau tidak menyerahkan uangmu, nyawa anak ini akan jadi taruhannya," ujar salah satu banditnya yang menodong pedang kepada anak kecil yang disanderanya.

"T-tunggu!!" ucap pak tua itu. "Aku akan segera kembali."

Aoshi keluar dari persembunyiannya dan mengayunkan pedangnya secara Horizontal. Mengenai salah tau bandit, dan menghempaskannya hingga dia tidak sadar.

Lithos Siete: Origin「Light Dark」//delayed until revision//Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang