Chapter 2. Insting Alami《Part 2》

25 7 0
                                    

di depan pohon yang rindang, duduk seorang Yasuko. Kakinya diselonjorkan dan dia terlihat cukup lemas. Tubuhnya penuh dengan memar dan lecet-lecet, begitu pun pakaiannya yang robek-robek.

Lalu datang kakaknya dengan dua gelas teh. Dia pun ikut duduk di sampingnya dan menyodorkan teh itu. Yasuko menoleh dan tanpa berkata apa-apa diambilnya gelas itu.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Kenza akhirnya. Dia cukup khawatir dengan adiknya, tapi tetap berusaha dewasa di depannya.

"Lumayan, kalau saja kalian datang lebih awal mungkin situasi akan lebih baik," jawab Yasuko. Dia lalu menoleh ke arah bangkai golem yang tergeletak di padang rumput depan dan di sebelah sungai.

**

Setengah jam yang lalu...

"Ini buruk... aku sudah... sampai batas."

Badannya terhuyung, dan pandangannya pun kabur, segala tenaga yang ia kerahkan sudah sirna, tak ada yang bisa dia lakukan lagi sekarang. Yasuko melepas kedua daggernya dan tepat sebelum dia jatuh, tubuhnya diangkat oleh seseorang berambut biru. 

Pandangannya menjadi rabun tapi dia bisa menebak siapa orang tersebut. "Ao..."  Yasuko tidak sempat menyelesaikan kata-katanya dan jatuh tak sadarkan diri.

"Kerja bagus Yasuko, terima kasih sudah menahan mereka selama ini, serahkan sisanya pada kami," ujar Aoshi sambil mengangkat Yasuko, tubuhnya terasa sangat ringan hingga membuat Aoshi bertanya tanya, "bagaimana dia bisa mendapat kekuatan sebesar itu dengan tubuh ringan ini?"

Aoshi menggendong Yasuko ke pohon terdekat, dan menyandarkannya di sana. sebuah golem mendekatinya, tangan kanannya diangkat dan dia bersiap untuk mengayunkannya.

Aoshi tidak sempat menghindar dan dia terhempas oleh tangan raksasa golem itu. Dia mengepalkan tangannya dan bangkit. Masih ingat dengan pedang pemberian Yasuko tadi pagi, dengan segera dicabutnya pedang itu. Tapi ada satu masalah yang krusial. Golem itu terbuat dari batu. Dia tidak bisa sembarang mengayunkan pedangnya.

"Pikirkan Aoshi pikirkan," ulangnya dalam hati. Tatapannya tertuju kepada berbagai bagian sembari mencari bagian vital dari monster itu. Setelah diamati baik-baik, cahaya merah darah memancar dari mulut makhluk itu. Aoshi pun menyiapkan sebuah kuda-kuda, dia mempertaruhkan hipotesisnya untuk satu serangan ini.

Dengan cepat Aoshi berlari lalu melompat kearah golem tersebut. Urat di wajahnya menegang, dan pupil matanya mengecil, giginya digertakkan begitu belati panjang itu menusuk mulut monster itu hingga ke belakang. Bagian itu ternyata tidak sekeras yang lainnya dan cukup mudah ditembus.

Golem itu langsung jomplang ke belakang akibat momentum dari lompatan Aoshi tadi dan diam tak bernyawa. Aoshi mencabut pedangnya dan melihat sekitar.

Tujuh golem besar-besar masih berdiri melawan para penduduk termasuk Kenza. Kenza menyadari titik lemah tersebut setelah melihat Aoshi merubuhkan salah satu golem tadi. Satu anak penah melesat ke belakang rongga mulut dan menancap disana. Golem itu pun seketika rubuh.

"Mereka terlalu kuat," ujar Aoshi yang sudah berdiri di sebelah Kenza, keningnya dikerutkan dan nafasnya mulai tak beraturan. Dia sedikit panik lantaran golem-golem itu semakin mendesak.

Kenza menelan ludahnya dan menutup matanya. Ditepuk pundak Aoshi dan dengan tegas dia berkata, "Ulur waktu sebentar, aku akan segera kembali." Dia dengan cepat berlari ke desa sebelum Aoshi sempat memanggilnya.

"Aku harus mengambilnya segera!" pikir Kenza selagi berlari. Keringat mulai mengalir dari rasa panik dan letih. Begitu dia masuk ke pandai besi, tempat itu diutak-atik olehnya hingga dia menemukan sebuah busur dengan desain yang unik. Busur tersebut memiliki ujung yang tajam dan tidak memiliki tali.

Lithos Siete: Origin「Light Dark」//delayed until revision//Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang