<< PART 9 >>

83 31 13
                                    

"Kumendekat bukan berarti menjadi benalu atau parasit yang mengganggumu. Tapi karena aku, ingin ada untukmu."

~Lieben~

🍃

"Panas ...." Sebuah keluhan meluncur dari mulut Ara. Ia tidak terlalu suka masuk di kelas siang. Selain udaranya yang terkadang panas, terkadang kantuk ikut menyerang.

Masih ada waktu sekitar lima belas hingga dua puluh menit lagi untuk jadwal kelas Ara dimulai.

"Lo mau es krim, Ra?" tawar Maya yang baru membuka bungkusan es krimnya. "Yah, yah, yah ... meleleh. Sangkin panasnya, nih, udara." Dengan tak tahu malu, Maya menjilat rakus cairan es krim yang meluber ke tangannya.

"Jorok amat lo, May," ejek Dita yang sedari tadi melihat pergerakan Maya.

"Sirik aja lo jadi people!"

"Gak gue banget."

"Guys, ada Kenzo!" pekik Fini yang tadi lagi memotret beberapa COGAN yang berlalu-lalang atau duduk di dekat mereka. "Gak lo samperin, Ra? Itung-itung protes gitu karena kontak dan IG lo di blok gitu?"

Ara menatap ke arah Kenzo yang berjalan dengan cepat, dan langsung mendudukan diri di salah satu undakan tangga dekat dengan pilar. Ara menimang-nimang. Jika dia berjalan menuju tempat Kenzo berada, teriknya mentari akan langsung menghunus kulitnya. Baunya juga bisa saja meresap pada tubuhnya. Lalu pelu timbul karena tak mampu menghalau panasnya.

"Lama amat lo mikirnya, Ra!" seru Maya yang mengganggu pertimbangan Ara.

"Lo ganggu aja, ih! Ini tadi gue lagi mengumpulkan pertimbangan, tau!"

"Ye, pake nge-gas lagi," balas Maya.

"Mau, kagak? Tuh bentar lagi anaknya udah pulang tau," timpal Fini.

"Tau darimana lo?" tanya Maya.

"Kalian lupa ini?" Fini menunjukan dua buah buku agenda yang diketahui berisi tentang identitas para COGAN kampus. Terutama sebuah buku agenda yang lebih kecil, yang isinya diperuntukan Kenzo seorang. Termasuk jadwal kuliahnya.

"Fin, sekali-kali tuh buku lo pinjemin ke gua kali. Biar gue bisa nyari-nyari COGAN yang cocok untuk gue. Lo pikir jomblo sejak embrio itu enak apa?" ujar Dita dengan begitu piasnya.

"Dasar si bucin," ejek Maya. Dan dengan santainya dia menyerahkan bungkusan es krim kepada Dita. Lalu mengeluarkan handphone dari sakunya. Dita yang tak menyadari, hanya menerima bungkusan itu, dan merobek-robek ujung bungkusan untuk jadi mainan isengnya.

"Maya mau chatingan sama 'gebetan'-nya lagi, tuh," tebak Ara.

"Maya udah gak polos lagi, Bosque!" pekik Fini.

"Awas lo kalau lepas dari jomblo tapi gak ngajak-ngajak gue!" ujar Dita.

"Bising banget kalian!" Maya menyingkir lebih jauh dari ketiganya. Dan kembali fokus pada benda pipih kesayangannya.

"Lo yakin gak mau jumpai Kenzo, Ra?" tanya Fini.

"Mataharinya itu lho, Fin. Gue takut melepuh," keluhnya.

"Eh, tusuk gigi! Jarak lo sama tuh cowok cuma sepuluh meter! Malas amat tuh bangke. Gih, sono!" husir Dita.

"Kayaknya kurang dari sepuluh meter deh, Dit," timpal Fini.

"Bodo amat! Gue gak tau-tau jarak," jawab Dita. "Nih ya, Fin. Berdadarkan novel yang pernah gue baca, situasi kayak lo dan Mezon--"

"Kenzo, Dit," koreksi Maya yang masih setia duduk menjauh.

LiebenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang