2.

432 6 0
                                    

Rasanya rajut nggak rela deh membayangkan Sofia jadi pembantu. Menghabiskan masa liburnya di rumah orang yang sama sekali belum pernah dikenalnya. Belum lagi mesti menghadapi kerjaan seabrek banyaknya dan tentunya sangat melelahkan.

Perlakuan yang tidak adil dari majikan. Soalnya Rajut hobi ngomelin pembantu kalau kerjaannya nggak bener. Rajut nggak ingin kejadian itu juga menimpa Sofia.

"Sudah, sudah! Jangan cerewet! Sekarang bantuin aku membereskan barang-barang butut ini!" Teriak Sofia gemes.

Tanpa banyak cincong Rajut memasukkan barang-barang butut Sofia yang lain. Rajut rada bingung dari mana Sofia mendapatkan barang-barang butut ini? Dia sama sekali nggak tahu kalau seharian tadi Sofia nguber-nguber barang-barang itu di pasar loak. Lumayan juga barangnya. Nggak jelek amat. Pantas kalau dipakai seseorang pembantu rumah tangga. Hihihi.

Kalau ingat rencana Sofia, Rajut jadi geli sendiri. Aneh-aneh saja tingkah dan keinginan cewek satu ini. Umumnya orang kalau liburan di pegunungan, pantai, atau tempat wisata lain yang mengasyikkan. Tapi ini, liburan kok ingin coba-coba kerja. Nggak tanggung-tanggung, lagi, jadi pembantu rumah tangga! Gila! Ih, amit-amit! Nggak bakalan gue punya niatan kayak gitu, batin Rajut menyesali keputusan sobatnya.

"Mmm... Aku punya ide menarik deh, fia!" Tiba-tiba Rajut berteriak sambil menepuk pundak Sofia keras-keras. Kontan saja baju-baju butut di tangan Sofia berhamburan ke lantai.

"Ngomong nggak usah pake teriak-teriak dan nepuk pundaj kenapa sih?!" Bentak Sofia sewot sambil memunguti baju-bajunya.

Rajut cuek. "Gimana kalau kita..."
Rajut tak melanjutkan kalimatnya sengaja mau bikin Sofia menghentikan kegiatannya. Memandang Rajut dengan mata membulat penuh tanda tanya. Rajut meringis. Memamerkan sederetan giginya yang berjajar rapi sebiji ketimun. Tuh kan bener, Sofia penasaran!

"Kalau kita apaan?" Tanyanya. Judes Sofia seketika minggat dikalahkan dengan rasa penasarannya.

"Kita kerja di restoran. Gimana?" Rajut mencetuskan ide yang dianggapnya brilian.

"Atau tempat-tempat lainnya yang membutuhkan tenaga kita. Swalayan, toko-toko, atau restoran misalnya."

Sofia mencibir "kerja part time maksud kamu?! Seperti anak-anak di luar negeri itu,kan?!" Rajut menepuk pundak Sofia sekali lagi.

"Bener! Seribu buat kamu!" Rajut berteriak senang.

"Dari uang bayaran kita nanti, kita bisa jalan-jalan ke luar negeri atau untuk apa aja sesuka kita."

Sofia ketawa keras. "Lagak kamu, jut! Kayak anak bule aja! Mana ada sih swalayan, toko-toko atau restoran disini yang mau menerima tenaga main-main?"

"Nggak main-main. Kita sungguhan kerja kok," Rajut meralat.

"Kalau kerja cuma di waktu liburan saja, apa nggak main-main namanya? Cuma mau coba-coba kerja."

"Kita ttep kerja sampe kuliah nanti," Rajut gak mau kalah.

"Sama aja. Disini kebanyakan tenaga kerja dibutuhkan sehari penuh. Sedang kita cuma bisa kerja kalau pas nggak ada jam kuliah padahal, kata orang-orang yang pernah kuliah....jam kuliah itu nggak pernah menetap seperti jam sekolah. Kadang sehari bisa bolak-balik tiga kali ke kampus. Apa dengan jam kuliah yang nggak tentu itu kita bisa kuliah sambil kerja?" Sofia menjabarkan panjang lebar.

"Kita.....kita kerjanya cuma waktu liburan ini aja kok," Rajut tetep ngotot.

"Tadi kamu bilang akan di lanjutkan sampai kuliah untuk kerja sambilan. Ngomong kok plintat-plintut kayak kentut." Sofia mendelik mendengar ucapan Rajut yang plin-plan. "Lagian aku tau bener sifat kamu yang pembosan. Nanti kerja belum genap seminggu minta berhenti."

Rajut mendesah panjang. Nggak mempan lagi bujuk rayunya menghalangi niat Sofia. Niat yang katanya sudah bulat-lat!

"Fia...."
"Mmm..."
"Sebenernya aku juga nggak berniat ajak kamu kerja. Aku cuma... Nggak mau.

.
.
.
.
.
.

Tbc,, wkkwk maap. Gaje,, sorry up lgi,, soalnya gabut;(.

~bunga.

Iyem Cantik Iyem ManisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang