4.

213 7 0
                                    

Satu kali Sofia memencet belum. Nggak ada sahutan. Dua kali. Masih tetep sepi. Tiga kali, pintu terbuka perlahan. Seraut wajah lucu menyembul dari pintu yang terbuka.

"Cali ciapa?" Tanya si kecil itu dengan ucapan yang tak jelas.

"Aih! Rio! Lupa ya sama mbak?" Pekik Sofia gemas.

Rio kembali menutup pintu dan berlari menghampiri mamanya.

"Mama... Mama, ada olang di lual! Teriaknya sambil menarik-narik baju mamanya.

" Ayo dong, ma! Kelual cepat!" Teriak rio sekali lagi ketika melihat mamanya masih asyik dengan bacaannya.

Terpaksa wanita 30 tahunan itu meletakkan majalahnya dan mengikuti langkah Rio.

"Itu, ma, olangnya," Tunjuk Rio ketika mereka sampe di luar.

"Sofia!" Pekik mama Rio sambil memeluk Sofia erat-erat.

"Tante kira kamu nggak jadi dateng."

"Jadi donk, tante." Sofia melepas pelukan tantenya "Rupanya rio sudah lupa sama fia, tante."

Pandangan Sofia beralih pada Rio yang masih memandangnya heran.

Tante sofi, Mama Rio, menoleh pada anaknya dan melambai. Rio mendekat dengan malu-malu. "Ini mbak Sofia? Anaknya bu de itu. Masa lo lupa sih? Ayo salaman sama mbak fia dulu."

Rio menghampiri Sofia dan mengulurkan tangannya malu-malu.

"Duh, sekarang Rio udah gede ya?! Sudah kelas berapa?" Tanya Sofia sambil menciumi pipi montok itu gemas.

(lo itu Rio ya!)

Rio mundur beberapa langkah. "Lo belum cekolah kok. Umul lo kan balu cegini." Rio memperlihatkan dua jarinya pada Sofia. Melihat tingkah lucu rio keduanya tertawa geli.

"Rio sudah lupa padamu. Waktu kamu kemari dia kan masih berumur satu tahun. Kamu sih, jarang banget ke sini." Tante sofi mengambil dua koper Sofia dan membawanya masuk. Dia langsung geleng-geleng kepala begitu melihat isinya. Pakaian-pakaian lama yang sudah lusuh dan selebihnya baju-baju kesayangannya. Jeans dan T-shirt.

"Kenapa nggak baju-baju jelek ini saja yang kamu bawa?" Sindir tante sofi sambil melirik Sofia tajam.

"Sebelum cari kerja Sofia kan mesti disini dulu. Masa fia mesti bawa baju-baju jelek ini tok?! Ntar kalau Sofia pakai disini, dikira pembantu tante donk."

Tante sofi terbahak-bahak. Keponakannya yang satu ini memang rada sableng dan gokil.

"Kamu tenang-tenang saja disini dulu. Ntar tante cariin kamu kerja."

"Temen tante?"
"Iya. Supaya tante bisa lebih ketat mengawasimu. Tuan rumah sekarang banyak yang sewenang-wenang pada pembantunya."
"Percuma donk kalau fia kerja dirumah temen tante. Mereka kan sudah kenal baik tante. Profesi fia jadi nggak sempurna donk! Masa pembantu diistimewakan."
"Kamu mintanya gimana sih? Tante sofi nggak ngerti.

" Fia pengen kerja di tempat orang yang tante nggak kenal sama sekali."

Kembali tante sofi geleng-geleng tak mengerti. Aneh-aneh aja keinginan keponakannya yang satu ini.

"Apasih sebenernya tujuan kamu?"
"Fia mesti beberapa kali sih cerita ke tante? Dalam surat yang lalu kan udah fia jelasin. Masa sekarang suruh nerangin lagi sih?!" Sofia cemberut.

"Alasannya cuma pengen mencari liburan?! Tante nggak percaya. Mungkin kamu punya maksud-maksud lain," Tante sofi agak curiga.

"Apa salahnya sih ngisi liburan sambil cari pengalaman unik, lain dari yang lain. Yang orang-orang macam kita nggak pernah ngalamin. Titik!"

Iyem Cantik Iyem ManisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang