AIREKSA-4

104 7 2
                                    

Tau gak pernyataan ini :
"Deket doang tapi gak jadian."

Bagi gue sih itu gak berlaku
di kamus gue.
karena deketin doi aja gak bisa-bisa
apalagi ngajak doi jadian.
Di ketawain kucing tetangga, gue nanti.

-RIP perasaanku kepadamu-

•••••

"Kok udah gue aja sih yang piket? perasaan baru kemarin deh giliran gue, ke gue lagi masa?" gerutu Air.

"Ya gimana lagi namanya juga udah jadwalnya gitu, ya lo jalanin aja." kata Fera, teman PMRnya.

"Tapi ntar ada yang jaga juga kan?"

"Kayaknya ntar ada Jevi, Sinta, Raffi sama Deno deh, ntar lo tunggu aja di uks, jangan lupa buat surat dispennya."

"Hm."

Setelah mendapat informasi dari Fera, ia mau tau mau harus melaksanakan tugasnya sebagai anggota PMR yang budiman. Ia lalu bergegas mengurus surat dispennya dan setelah itu jaga di uks.

Setelah beberapa menit di uks, akhirnya datang juga teman-temannya yang kebagian jaga uks bersamanya.

"Eh Reen, gue sama Deno nanti cuma sampai jam 9 doang ya, soalnya ada ulangan Matematikanya Pak Parmin nih, maaf ya." kata Jevi

"Iya gak papa."

"Kelas gue juga bentar lagi ada penilaian basket nih, gak bisa jaga dulu ya, sorry banget nih." kata Sinta yang diangguki oleh Raffi.

"Yah--yahh kok kalian pada gitu sih? ga asik lo pada."

"Yakali gue kudu jaga uks send---" ucapan Air tertahan karena melihat ada siswi yang sedang butuh pertolongan.

"Cepet langsung bawa ke bilik itu aja." katanya kepada orang yang membawa orang tadi ke uks.

"Rek, kita tinggal ya, lo disini sendiri gak papa kan?" kata siswi tadi yang ternyata Reksa. Dan dibalas ancungan jempol darinya.

"Reen kita balik dulu ya,udah mepet nih jamnya, sorry ya." kata Javi kemudian berlalu bersama Doni.

"Kita juga, jangan lupa diurusin tuh orang." ucap Raffi lalu berlalu bersama Sinta.

Setelah itu ia menatap Reksa yang nampaknya tengah kesakitan.

"Apanya yang sakit?" tanya Air sambil matanya mencari-cari penyebab sakitnya, sambil memegang buku dan bolpoin untuk mencatat keluhan siswa-siswi yang sakit.

Bukannya menjawab, Reksa malah mengangkat tangan kanannya dan diletakan di dada sebelah kiri, tepatnya di jantungnya.

"LO JANTU----?" pekik Air tertahan karena ada tangan yang membekap mulutnya. Karena kesal ia menggigit tangan itu.

"Aww, santai elah, gak bisa di pelanin napa tuh suara?"
"Mana gigit-gigit tangan gue lagi, ntar kalo gue jadi vampir gimana? arrrggh darahhhh succciii aku butuhh darahh sucii !"

"Heh Merkuri! kalo kumat ke RSJ aja gak usah ke uks, ntar yang ada orang-orang pada ketularan gila-nya lo lagi, hihh!" Air bergidik jijik.

"Kog merkuri sih? gak laik ah aku gak laik." Reksa memberengut.

"Ye serah gue dong, nama lo kan Reksa, nah Reksa sama dengan Merkuri." jelas Air datar.

"Itu Raksa, oneng!" balas Reksa menatap lelah ke arah Air.

"Lah cuma beda 1 huruf doang elah, gitu aja ribet."

"Udah deh, obatin gue sekarang, buru!"

"Sorry gue gak bisa nyembuhin orang gila ya, ngapunten."

"Dan lagi, kalo sakit jantung mending berobat ke rumah sakit, bukannya ke uks, bego!" lanjutnya santai.

Tiba-tiba Reksa menyentil mulut Air, yang dibalas Air dengan jitakan mautnya di kepala Reksa.

"Rasainn!" ucap Air.

"Asal jitak aja lo ya, ntar kalo otak gue pindah ke dengkul gimana??"

"Ohh jadi lo punya otak?" kata Air sambil mangut-mangut yang dibalas polototan dari mata sang lawan bicara.

"Kamvret banget lo ya!"

"Lagian nih ya gue tuh bukan jantungan, tapi jantung gue kayak lari marathon kalo deket sama lo, tau gak." lanjutnya.

"Yee bambang! gak usah deket-deket gue kalo gitu, hush hush sono lo pergi!"

"Yaa yaa jangan dong, Ai, ntar kalo kakanda kangen sama adinda gimana?" ucap Reksa seraya menggerlingkan kedua matanya, kalo kata Air mah bikin jijik.

"Gue gak ada receh." kata Air datar.
"Apanya yang sakit, bambang? buang-buang waktu gue banget tau gak, debat sama lo tuh." lanjut Air geregetan.

"Ok ok, sans dong."

"Gue pusing banget gara-gara rumus fisikanya BuSet." sahut Reksa. BuSet adalah guru Fisika yang nama aslinya adalah Bu Setyo, tetapi murid-murid disana lebih suka manggil BuSet, biar hemat suara katanya.

"Aelah lo, gue kira parah, emang durhaka ya lo sama guru sendiri." kata Air akan pergi dari bilik, tetapi ada sesuatu yang menahannya.

"Tunggu dulu napa, gue bantuin lo jaga uks deh kalo gitu, itung-itung pedekate ye ga, hehe."

"Pdkt moyang lo!"

"Udahlah, apa yang perlu gue bantu?"

"Ada." jawab Air singkat.

"Apa, apa?" tanya Reksa penasaran.

"Lo pergi, itu udah cukup ngebantu gue." balas Air dengan senyum kemenangan lalu berlalu meninggalkan Reksa yang terbengong-bengong.

-----Tbc-----

Penasaran kelanjutan ceritanya gimana?
Ayo dong jangan pelit buat ngevote dan komen sebanyak-banyaknya biar cepet update hehe.

-peluk cium, Air-nya Raksa-

AIREKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang