~3~

31 4 1
                                    


~~•~~

Sudut sekolah , tak ada tanda tanda kehidupan, sepi—sunyi. Aku dan Defthan berjanji akan bertemu disini waktu istirahat.

kring....kring.....kring...., bel berbunyi tiga kali menandakan jam istirahat.

"hemm udah istirahat saatnya aku bertemu Defthan di tempat yang kemarin dia bilang" gumamku dan langsung bergegas ketempat yang sudah dijanjikan.

"Wah... jam berapa kamu kesini Def ?" tanyaku terkejut melihat Defthan.

"Baru aja tadi sampe sini, aku kira kamu bakalan enggk dateng" tanya Defthan.

"Buktinya aku udah disini" jawabku dengan bercanda.

Hatiku merasa berdetak lebih cepat dari biasanya, aku yang sudah tegang memikirkan apa yang akan aku lalukan setelah topik pembicaraan habis.

Ekspresi yang santai, tanpa ada beban sedikitpun, Defthan berbicara denganku dan menatapku tanpa berpaling sedikitpun.

Melihat matanya yang begitu indah, rautan wajahnya begitu halus, bibirnya yang tipis, badannya yang tinggi dan bidang membuat aku susah untuk melihatnya.

"Hei jangan bengong kai, mikirin apa sih?" tanyanya dengan mendekatkan wajahnya.

"hah!??? apa?" jawabku terkejut.

"Ih kenapa sih, gak fokus ya, ini nih doyan makan, istirahat ingetnya sama makan" jawabnya meledek diriku.

"Apaan sih, ngejek doang bisanya, udah ayo cepet mau bilang apaan sih" kataku dengan nada yang jengkel.

"Hem aku harus mulai dari mana ya?" gumamnya.

"Bilang aja biasa ihh.. lama sekali, pegel ni kaki" kataku dengan nada marah.

"Hmmm gini.....maafin aku ya, yang selama ini udah buat kamu menunggu" jelasnya padaku.

"Menunggu apa? , gaje deh" jawabku, tapi sebenrahnya aku sudah tau bahwa Defthan ingin berpacaran denganku.

"Menunggu karena selama ini kamu aku anggap anak kecil" jelasnya lagi.

"hemm" kata yang terus aku gumamkan.

"Aku akan berusaha menjadi sahabat yang terbaik buat kamu, tolong jangan permasalahin kejadian kemarin masuk ruang BK ya kai, itu cuma aku disuruh jadi ketua osis aja kok" jelasnya dengan lantang.

Seketika aku terdiam, bahwa apa yang aku harapkan tidak sesuai dengan kenyataan, hatiku kembali sakit, bahwa aku sadar Defthan tidak menyukai diriku dan untuk memilikinya itu semua adalah mustahil bagiku.

"Oh gitu ya Def? haha.. aku enggak permasalahin kejadian itu kok, maaf ya aku sudah buat kamu jadi enggak enak sampe bilangnya kayak gini..btw aku mau ke kelas dulu aku lupa buat tugas, aku duluan ya" jawabku mengelak, dan langsung pergi.

Air mataku mulai menetes, aku berlari menuju kamar mandi, aku menangis tersendu-sendu. Untungnya tidak ada siapa-siapa. Aku melihat diriku di depan cermin.
"Dengan tampang seperti ini kamu ingin memiliki Defthan? , yang bener aja" gumamku.
"Melihat wajah ku saja aku sudah minder, apalagi nanti jika aku benar-benar jadi pacar Defthan, wajah Defthan mau disembunyikan dimana?" gumam ku lagi dengan menatap wajahku di depan cermin.

Aku menenangkan diriku sendiri di depan cermin.

"Apakah dengan cara aku menangis seperti ini aku akan memiliki Defthan?"
"Apa yang aku lakukan selama ini?"
"Diriku tidak akan pernah memiliki Defthan bahkan sampai 100 kali turunan enggak bakal bisa"
kata-kata yang keluar dari pikiran ku. Aku penghapus air mata ku lalu pergi dan masuk ke ruang kelas.

Dalam kelas ternyata guru sudah menjelaskan materi.

"Kai kok baru masuk kelas? kan bel nya udah bunyi dari tadi?" tanya guru pada ku.

"Iya bu tadi dipanggil kakak kelas buat ngurus extra kurikulernya bu" jelasku dengan penuh kebohongan.

"Iya tidak apa-apa silahkan duduk kaina" jawabnya.

Pelajaran sudah selesai, akhirnya waktu pulang. Hari ini aku tidak pulang bersama. Aku sengaja pulang belakangan agar tidak bertemu dengan Defthan. Aku bersembunyi di belakang sekolah tempat kami bertemu tadi. Aku bahkan melihat Defthan mencari-cari diriku kesana kemari.

"Aku rasa sekarang saatnya untuk pulang" gumamku   sambil berjalan dan melihat keadaan sekitar.

"Ya tuhan!!! kejutku", aku kaget melihat Defthan ternyata masih menungguku di depan kelasnya.

"Ngapain aja lo? jam segini baru keluar kelas?" nada yang marah.

"hmmm...anu...hmmm.. tadi aku cuma ngelanjutin tugas" aku bingung mau jawab apa.

"Alasan aja lo, sini cepet pulang!" bentaknya. Aku kaget Defthan bisa semarah ini.

Defthan berjalan di depan ku, aku diam dan merasa tidak enak.

Seketika Defthan menengok kebelakang, melihat ku dan berkata "bocah!! lama kali lu jalan, punya kaki gak sih?" bentaknya, suara Defthan cetar ditelingaku.

Dengan spontanitas aku jalan cepat mendekatinya. "Apaan sih bentak-bentak" gumamku, kesal.

"Together even though you are not entirely mine"

~~•~~

My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang