02

51 34 40
                                    

Didalam bus Olivia terus kepikiran tentang percakapan kecil tadi. Kenapa ia tak mengetahuinya sama sekali, padahal ia berteman dengan Natasya dari SMP. Tega sekali Natasya kepadanya.


Tak ingin berlarut dengan kebingungan, Olivia memilih tidur, ia bahkan lupa bahwa sebelahnya adalah Alvin.

Berbeda dengan Alvin, ia memilih mabar dengan teman temannya. Ia lupa kalau cewek sebelahnya itu tengah bersedih.

"Wah sialan, Ga lo noob banget. Gw tau lo baru main tapi jangan malu malu in-

Eh udah tidur, gitu dong kan kelihatan cantik, daripada kayak tadi." Alvin tersenyum sambil menatap wajah Oliv yang begitu tenang.

"Woy, alpin. Oliv ngapain?" Tiba tiba Budi muncul sambil memakan snack kentangnya.

Alvin langsung merebut snack dari tangan Budi, "Tidur dia, lo kalau punya itu dibagi dong."

"Kambing lo, gw baru buka anjir. Minggir lo gw mau bangunin Oliv." Budi menarik paksa Alvin dan langsung duduk disamping Oliv.

"WOY AMANDA OLIVIA BANGUN DONG, LO GAK PENGEN KONSER." Tiba tiba saja Oliv membuka mata.

"Lo ganggu orang aja, gw itu pengen tidur. Gw aduin nyokap lo baru tau rasa lo." Olivia langsung memukul bahu Budi, dan Budi hanya membalas dengan kekehan kecil.

"Kuy buat konser dadakan." Budi langsung menarik Oliv dan memberikannya botol mineral sebagai mic.

"Nggak, gw malu tau diliatin banyak orang nggak deh," Ucap Oliv sambil menutup matanya. Saat ia hendak melanjutkan mimpinya, ia mendengar suara yang sangat jelas.

"Maafin gw Amanda Olivia Putri."

Suara itu, jelas bukan suara Budi. Lantas suara siapa, terdengar sangat lirih namun seperti-

***
Tempat pemberhentian pertama disebuah rumah makan. Semua anak wajib melakukan sholat berjamaah dulu.

Oliv buru buru merapikan mukenah dan langsung menyusul Natasya yang sedang makan.

"Natasya." Oliv duduk sambil mengatur pernapasannya, Natasya yang sedang memotong daging pun kaget hingga dagingnya jatuh kebawah.

"Ya jatuh, lo sih ngapain teriak teriak gitu, mau ngalahin suaranya toa masjid. Kenapa?"

"Nat, Slvin kok bisa kenal sama lo." Langkah Natasya berhenti. Dan tiba tiba atmosfer didekatnya menjadi tegang, ia bingung harus menjawab apa.

"Eh, Budi mana ya kok nggak kelihatan tadi dia mau duduk bareng kita." Natasya berusaha mengubah topik pembicaraan. Olivia terdiam sambil menatap sang lawan bicara dengan inten.

"Tadi gw tanya apa ya sama lo, udahlah gw ngambil nasi dulu laper," ucap Oliv sambil memegangi perutnya.

Saat ini Oliv sedang berdoa untuk makan. Ada suara yang mengagetkan Mereka berdua, "Boleh gabung nggak."

Oliv langsung menghentikan doanya, matanya langsung terbuka dan langsung menoleh kesamping.

Bukannya menjawab, Oliv malah menunduk menahan malu setengah mati.

"Ciee yang lagi blushing, ketahuan lho." Bukan malu yang Oliv rasakan, tapi kekesalan karena yang Budi katakan, sesaat Oliv tak menghiraukan keberadaan Alvin.

"Mulutnya kayak ember bocor ya mas, habis lo nanti atau sekarang aja" Oliv menjewer telinga Budi dengan penuh kekesalan.

"Boleh apa kagak nih duduk disini, gw capek lho nungguin." Oliv benar benar lupa kalau masih ada Alvin, Oliv langsung kembali duduk dan menatap meja.

Natasya melihat Oliv tak bisa berkata apapun, "Cepetan duduk kayak satpam aja lo berdiri terus."

Berusaha agar tidak canggung, Oliv bertaya sesuatu "Oh iya Nat habis ini tujuan kita kemana?"

"Ke hotel, mungkin baru sampai ntar malem." Buka Natasya yang menjawab, melainkan Alvin yang menjawab santai sambil mengunyah makanan.

"O-oh gitu ya," Jawab Oliv lalu menunduk lagi.

***

SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang