03

38 25 30
                                    

Tujuan berikutnya setelah ke restoran ialah hotel. Pembagian kamar hotel sesuka murid.

Sudah jelas Oliv akan sekamar dengan Natasya. Dan juga, Putri dan Julia. Walau dengan paksaan akhirnya Putri dan Julia mau sekamar dengan mereka berdua.

Putri yang memiliki sifat sombong itu lebih memilih memesan kamar sendiri. Dan Julia, anak terpintar disekolah mana mau sekamar dengan mereka.

"Kita nomor 40 lantai 5, ayok," Ucap Natasya langsung bergegas membawa kopernya menuju lift.

"Kalian duluan aja, roda koper gue macet." Oliv mencoba menggerakkan rodanya, tapi nihil tetap saja tak bisa.

"Digendong aja, itu pasti udah berkarat minta dikasih oli atau minyak," Kata Alvin yang entah datang dari mana.

"Tapi itu berat banget, kalau mau bawain ya makasih." Sepertinya Oliv masih belum tau lawan bicaranya itu Alvin.

"Yaudah mana." Alvin merebut kopernya dan langsung berjalan kelift.

Oliv yang kaget karena dia telah berbicara dengan Alvin, masih melongo berusaha berpikir.

"Ayo cepetan, lantai berapa?"

"H-hah? o-oh lantai 5," Ucap Olic sambil setengah berlari ke lift.

"Kamar lo nomor berapa?"

"Nomor? yaampun gue lupa, gimana ini." Oliv berusaha mengingat, tapi nihil Oliv tak mengingat ia kamar nomor berapa.

Salah satu kelemahan Oliv adalah daya ingatnya. Itu membuatnya agak kesusahan.

"Lo chat aja temen lo yang sekamar." Alvin berusaha menenangkan Oliv yang panik sendiri.

"T-tapi hp gue lowbat."

"Sejak kapan lo jadi pelupa dan ceroboh." Suaranya terdengar sangat lirih, hanya samar samar.

"L-lo bilang apa vin," Ucap Oliv tanpa menatap sang lawan bicara melainkan terus menerus melihat sepatunya.

"Lo benci sama gue?" Oliv menggeleng cepat, mana mungkin ia membenci seseorang yang ia cintai.

"Terus, lo kok kelihatan gak suka kalau deket gue." Mereka saling menatap, tapi ada perbedaan dari sorot matanya.

Sorot mata Alvin tampak kebingungan, dan dari sorot mata Oliv menandatakan betapa cintanya ia dengan Alvin.

Mungkin itu rasanya cinta pada pandangan pertama.

"Gue cum-"

"Kalian ngapain masih belum masuk kamar," Ucap Pak Supri yang berdiri tegak dipintu lift.

"Ini pak kan masih belum lantai 5, lah kamar saya sama dia dilantai 5." Alvin mengatakannya begitu santai sedangkan Oliv bingung harus menjawab apa.

"Saya ikut." Pak Supri langsung masuk lift dengan tegak.

"Kamar bapak dimana?"

"Lantai 5 juga."

"Kok bisa dilantai 4?"

"Salah tempat."

"Kok bisa?"

"Kenapa kamu jadi bawel banget kayak pembantu baru aja."

Alvin yang terus menerus menanyakan berbagai hal membuat pak Supri kesal.

"Ya kan saya kepo pak." Alvin menyengir sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Lo sekamar sama siapa?"

***

Sejak kejadian semalam, Oliv susah tidur. Memikirkan hal itu saja membuatnya terbang hingga langit ke 2.

"Nggak usah ngarep terlalu tinggi, ntar jatuh sakit lho."

Menusuk hati sekali tapi memang benar apa yang dikatan Natasya, dirinya terlalu berharap agar Alvin membalas cintanya.

Oliv tak menjawab dan lebih memilih untuk memakai sepatunya, tujuan berikutnya adalah Borobudor.

Setelah sarapan mereka menuju ke bus dan mengabsen murid murid, mereka harus menunggu para WaliKelas yang entah berada dimana. Menelantarkan mereka dilobi hotel seperti Pencari Suaka.

"Woy, Budianto Supirjo lo ngapain ngelamun aja." Natasya kesal karena daritadi tak dihiraukan oleh Budi.

"Gue gak yakin Nat, masalahnya dia tiba tiba datang dan gue takut dia bakal ngerusak semuanya." Budi nampak frustasi, mengacak rambutnya.

"Ini yang terbaik buat dia, lo gak usah aneh aneh ikutin rencana dia, lagian dia bakal ngurusin dipengganggu itu." Kalimat terakhir penuh dengan penekanan.

"Gue mau ke Oliv dulu, dia pasti nyariin gue." Natasya meninggalkan Budi yang tampak frustasi.

"Supirjo murung terus, kenapa lu," Tanya Alvin yang kaget karena tatapannya Budi sangat kosong.

"Nggak, gue mau ke Bebek gue, bye."

"Sejak kapan lo punya bebek?"

Bebek sebenarnya adalah panggilan untuk Natasya, karena jika dia kesal, ia akan mengerucutkan bibirnya seperti bebek.

"Bodoh."

***
update yuhuuu, kutunggu coment kalian. Jangan lupa vote juga

SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang