05

21 13 14
                                    

"Gue dimana," Kata Oliv sambil memegangi kepalanya.

"Masa gue tadi ngimpi, gue jadi kecil terus ada orang yang mukulin gue."

Natasya tampak terkejut, lalu berusaha menstabilkan ekspresi wajahnya. "Ini kali pertamanya lo begini?"

"Iya sejak dua tahun lalu, gue udah nggak pernah ngimpi lagi, baru sekarang aja."

"Gue udah telepon dokter Sarah, dia bilang pasti ada penyebabnya kenapa itu bisa terulang." Budi langsung mengeluarkan obat penenang untuknya.

"Tadi lo ngapain aja sama Alvin?" Tanya Natasya sambil menyalakan hpnya untuk mencatat penyebab Olivia bisa seperti itu.
di memonya.

Seandainya gue nggak janji kedia, gue bakal ngasih tau lo sekarang. Kalau itu bukan mimpi, batin Natasya sambil menatap sendu temannya.

"Lo ngapain lihatin gue kayak gitu."

"Badan lo demam Liv."

***

Disisi lain Alvin terus mondar mandir didepan kamar Olivia dan Natasya. Ia sudah mendapatkan kabar tentang Oliv, tapi itu tak meyakinkan, dirinya ingin mengecek sendiri keadaan Oliv.

Tiba tiba, pintu kamarnya terbuka. Sesaat, jantung Alvin seperti tidak berdetak. Seorang perempuan muncul dengan kacamatanya.

"Ngapain lo didepan kamar cewek, lo mesum ya." Hampir saja Julia berteriak, kalau ia tak langsung menutup mulut.

"Gue kesini mau ngecek keadaannya Oliv, geer banget lo."

Julia membenarkan kacamatanya sebentar, "Gak usah ngeles deh, gue tau cowok kardus kayak lo gini nggak mungkin khawatirin keadaanya orang sampai segini."

Alvin berdecak melihat perempuan didepannya ini, kenapa dia begitu judes padahal ini kali pertamanya mereka bertemu.

"Pergi, atau gue panggil pak imam," Ucap Julia dengan penekanan diakhir kalimat.

"Iya, iya, ck, orang khawatir salah, serba salah gue kayak raisa." Kata Alvin memasang cemberut sambil berjalan menuju kamarnya.

Julia masih menatap punggung Alvin yang semakin menjauh. Setelah itu ia berjalan menuju minimarket disebelah hotel.

To: Olip
hai lip, gimana kabar kamu?
[delete]

gimana keadaan lo?
[delete]

gue khawatir sama lo
[delete]

udah baikan?
[send]

"Gila, ngirim gitu aja hampir seabad." Alvin mengacak rambutnya sendiri. Entah kenapa terbesit rasa bersalah, padahal ia tak melakukan apa apa.

"Suprijo, lo ngapain sih?"

"Jangan panggil gue suprijo, call me Budi." Budi melayangkan tatapan tidak sukanya karena tidak suka dengan panggilan itu.

"Kasian tau orang tua lo udah susah susah mikir nyari nama buat anaknya, eh anaknya malah nggak suka, durhaka banget lo," Ucap Alvin sambil berpura pura merasa sedih.

"Lagian ya bahasa inggris suka remedi aja begayaan pake bahasa inggris." Budi mendaratkan tangannya dipipi Alvin, menampar pelan.

"Terus, lo mau apa sih?"

"Caranya minta maaf ke cewek gimana?"

***

Sementara itu, Oliv yang sedang memakai masker bersama Natasya, Putri dan Julia pergi entah kemana. "Natasya, masyaallah Alvin nanyain kabar gue dong."

Seketika, masker Oliv langsung retak, "Yah retak, gimana ini, bodo amat."

"Gue harus bales apa?" Tanya Olivia sambil menggoyang goyangkan badan Natasya.

"Jawab apa aja, terserah lo."

To: Alvin
udah, makasih udah khawatir ya
[delete]

ngapain nanya
[delete]

sokap banget lo
[delete]

udah kok
[send]

Entah kenapa dirinya sangat gugup saat ini, masalah masker, dia sudah tak peduli bagaimana maskernya sekarang.

Orang yang pintar menjadi sangat bodoh karena cinta, Oliv mengakui itu dirinya sangat bodoh karena terlalu mencintai Alvin.

Sudah sangat lama dirinya ingin move on dari Alvin, tetapi itu tak bisa bertahan lebih dari 3 hari.

Ia bingung, kenapa ia harus mencintai Alvin. Padahal disekolah ada begitu banyak cowok yang bisa ia cintai, tapi kenapa harus Alvin.

"Nat, bunuh orang dosa nggak sih," Ucap Oliv dengan mata tertutup.

Natasya yang saat itu sedang memainkan hpnya langsung menjatuhkan hpnya, "Lo mau bunuh gue?"

Klik

Julia dan Putri masuk sambil membawa kantong plastik dari mini market. "Nih buat lo."

Julia memberi susu kaleng dan obat penurun panas, Oliv kaget karena cewek yang dijuluki hati es ini membelikan itu untuknya.

"Ma-makasih." Oliv menjawabnya dengan tulus, dan Natasya hanya bisa diam melihat kejadian langka itu.

Hanya anggukan sebagai balasannya, Putri mengeluarkan isi dari tas plastik itu lalu memotretnya.

Ting

From: 08****

Jangan terlalu percaya dengan keadaan, selalu waspada, mungkin orang terdekatmu berbahaya.

SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang