Sekarang Julia dan Putri sudah tidak sedingin pertama mereka bertemu, walau memang agak menyebalkan.
Saat ini mereka sedang menuju ke Malioboro, karena hotel dan Malioboro dekat semua siswa bisa sesuka hati ingin kesana kapan saja.
"Woy, kalian berempat."
"Allahu, kalau dipanggil itu noleh."
"Perlu gue rukyah nih mereka berempat."
Budi mendadak kesal sendiri karena sedari tadi berteriak tak dihiraukan oleh mereka, karena mereka tau itu akan buang buang waktu.
"Yang sabar bro," Ucap Alvin dengan nada kasihan yang terkesan mengejek.
"Sialan lo Vin."
Lantas kevin berjalan menuju empat cewek itu, "Gue boleh minjem si Oliv bentar nggak,"
Keempat cewek itu saling bertatapan bingung, akhirnya Natasya membuka suaranya.
"Lo kira temen gue barang, pake dipinjem pinjem segala, yaudah jangan lupa dibalikin."
"Lo seneng kan, Alvin ngajak lo jalan." Bisik Natasya yang membuat pipi Olivia merah merona.
"Ayo," Ucap Alvin sambil menggandeng tangan Oliv.
Mereka memasuki cafè yang berada didekat Malioboro, walau capek juga karena malam itu Malioboro cukup ramai.
"Ada apa," Tanya Olivia yang sekedar basa basi.
"Emm, gue mau minta tolong sama lo." Olivia mengerutkan dahinya, minta tolong.
"Minta tolong apa?"
"Di Yogyakarta, itu ada kakak gue. Dan gue bilang, gue udah punya pacar. Lo mau jadi pacar bohongan gue."
"Cuma sampai kita pulang aja kok, please lo mau ya."
Pacar bohongan, yaampun. Dalam hati, Olivia sudah senang bukan main. Tapi hanya sebatas bohongan.
Olivia menghela napas, jika ia menerima tentu sangat menyakitkan baginya, karena Alvin tak mempunyai perasaan kedirinya. Namun, jika ia menolak, Alvin mungkin akan menjauhinya.
niatnya mau minta maaf, eh ini mulut malah nyasar minta dijadiin pacar pura pura. batin Alvin merutuki dirinya sendiri yang terlalu bodoh.
"Oke."
***
Cuaca malam ini terasa sangat dingin, seorang gadis duduk dirooftop hotel dengan pandangan lurus, seolah menerawang.
Gadis itu menghela napas kasar, entah apa yang ia pikirkan, ia sendiri tak tahu. Dia butuh waktu sendiri, Oliv menduga mungkin saat ini Natasya heboh karena tak mendapati dirinya bersama Alvin.
Sejak perbincangan dicafè dengan Alvin, ia memutuskan untuk kembali kehotel sendiri. Ia lelah dengan perasaannya.
"Amanda, lo Amanda kan?" Oliv sontak menoleh kebelakang, mendapati seorang cowok dengan senyum yang sangat manis.
"L-lo siapa," ucap Oliv dengan sedikit takut.
"Lo gak inget, gue Chimmy dulu lo manggil gue cumi." Oliv melebarkan pupilnya, benarkah ia Chimmy, teman masa kecilnya itu.
"Lo cumi anaknya Pak Hartono," ucap Oliv bersemangat.
"Gak usah buka kartu ya lo, anaknya Bu Endang."
Lalu keduanya tertawa, bahkan Oliv sudah lupa dengan masalahnya. Dan menceritakan semua kenangan mereka.
"Terus lo inget nggak dulu Budi pernah nangis karena dilihatin Natasya."
Oliv tertawa mengingat kejadian itu, waktu itu mereka berumur empat tahun dan Natasya menangis karena boneka Barbienya dihilangkan Budi. Oliv dan Chimmy tertawa kembali.
Terdengar suara yang sangat menggelegar, "OLIVIA, GUE NYARIIN LO KEMANA MANA TERNYATA LO ADA DISINI." Natasya berlari sambil memeluk sahabatnya ini.
"Lo nggak papa? gue tadi sempet mau manggil polisi," ucap Natasya sambil menyeka air matanya.
Melihat kedua sahabatnya yang rela begadang demi mencari dirinya membuat Oliv ikut mengeluarkan air mata.
"Lo siapa?" Budi melayangkan pertanyaan ke Chimmy, bahkan mereka semua lupa karena perubahan drastis Chimmy
"Gue Chimmy." Hanya dua kalimat, membuat Budi dan Natasya berteriak heboh.
"Gila, apa kabar bro, udah lama banget, wajah lo sampai berubah gitu."
"Wajah gue gak berubah, lo aja yang nggak inget," ucap Chimmy sambil meninju pelan bahu Budi.
Natasya langsung memeluk Chimmy "Apa kabar anaknya Pak Hartono."
Akhirnya mereka berempat berpelukan seperti dulu, namun Chimmy merasa ada yang aneh.
"Lho Vino mana?"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret
Teen FictionPerlahan semua rahasia yang disembunyikan dariku mulai terbongkar. Dan sejak itu aku kenal denganmu